06. Gitar Esa

69 15 0
                                    

🍂

Jreng~

Felix menghentikan langkahnya. Diikuti dengan berhenti nya genjerengan gitar dari dalam kamar si termuda di kosan mereka, Esa.

'Esa belom tidur? Tumben..'

Felix dengan segala rasa penasarannya. Mendekati daun pintu kamar Esa. Menempelkan telinganya disana. Kurang kerjaan memang.

Tatap kedua mataku

Hapuskan ragu

Labuhkan hatimu

Mungkin tak s'lalu biru

Namun bersama mu langit ku

Tak lagi sendu~

Felix tahu kalau suara Esa itu indah. Menenangkan selalu ketika didengar. Jadi tanpa permisi ia,

Ceklek!

"Esa.."

Didalam Esa berjengkit, Felix berhasil mengejutkannya. Mana masuk tak mengetuk lebih dahulu. Namun setelahnya, Esa tetap sambut si bule dengan senang hati. Mengisyaratkan untuk duduk disebelahnya yang tengah memangku gitar kesayangan.




















"Tumben kamu belom tidur?" Tanya Felix penasaran.

"Lagi kangen rumah, pengen pulang kampung tapi belum bisa. Jadi yaudah aku usir kegalauan dengan main gitar," balas Esa diiringi senyum menawan.

Felix termangu. Jujur ia juga rindu ibunya di Australia sana. Jauh didalam hatinya, ia rindu kampung halaman. Tapi hati Felix masih nyeri ketika mengingat bagaimana sang ayah begitu menentang keinginannya berkuliah di Indonesia.

Entah mengapa. Namun Felix nekat, hari itu 2 tahun lalu setelah hari kelulusan. Ia segera memesan tiket dan mengambil penerbangan menuju Indonesia menyusul Chandra yang sudah ada disana lebih dahulu.

Bisa dibilang, Felix kabur dari rumah. Bahkan Chandra sendiri pernah meminta Felix untuk kembali ke Australia sebelum ayah mereka murka. Tapi percuma, tidak ada gunanya karena Felix hanya ingin berada di Indonesia saja.

"Lagipula akhir-akhir ini, aku lagi suka lagu langit favorit. Adem aja dengernya.." Esa masih bercerita.

Membuyarkan lamunan Felix tentang masa lalu. Ia tersenyum tipis.

"Pasti ada kesempatan, Esa. Suatu hari nanti kamu bakal pulang ke kampung kamu. Ketemu ibu dan adik kamu, aku orang pertama yang bakal bantuin packing dan antar kamu ke stasiun ataupun bandara."

"Makasih Lix, udah ada selalu buat aku sejauh ini. Thanks for your time, bro.."

Felix membalas senyum Esa, "My pleasure, Mahesa."
















"There must be time, Esa. Tetaplah ingat rumah selagi kamu bisa, jangan kayak aku yang menyesal setelah nekat pergi kesini. Keep happy, Mahesa Langit Dahana."

--Alexandre Felix A

🍂

[A/N]

Hallow, kembali lagi dengan saya di Sabtu pagi ini.

Happy reading, guys and see you❤️

Langit Favorit || SKZ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang