Chapter 4: Batu Kertas Gunting

1 0 0
                                    

Ketiga anak gas telah berada di rumah dengan nomor enam di gang karbon. Rumahnya memiliki dua lantai dilihat dari atas rumah bawah ada rumah atas yang dilengkapi dengan dinding, jendela, atap dan cerobong asap berwarna abu-abu. Dinding rumah tersebut berwarna abu-abu dan atap berwarna hitam. Oxanne mengetuk pintu berwarna putih dengan kaca putih transparan di bagian tengah pintu tersebut dan mereka bertiga menunggu.

Terdengar suara langkah kaki yang cepat. Suara hentakan tersebut semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat hingga tidak terdengar lagi. Hentakan tersebut diganti dengan muncul sosok figure bertubuh hitam yang berada di belakang kaca pintu. Hydro terkejut melihatmya, tepati tidak untuk Oxanne and Nitro.

Sosok itu membuka pintu dan muncullah sosok wanita dewasa yang memiliki kulit dan rambut hitam. Tubuh sosok itu bukan berbentuk gas, tetapi semacam benda padat. Tandanya terdapat bagian lehernya. Dimana makhluk gas memiliki leher, sedangkan gas tidak dan kepala mereka mengambang (atau kemungkinan tidak dapat dilihat secara jelas).

Rambutnya diikat satu ke atas oleh aksesoris berwarna putih dengan bentuk belah ketupat. Matanya dan bulu matanya putih tanpa pupil, mengenakan jas kerja dengan warna doouble, yaitu abu-abu dan putih dengan satu kancing di tengah berbentuk belah ketupat, kaos abu-abu dan speatu hak tinggi putih. Tubuhnya juga tinggi, tetapi dia terlihat ramah dan tersenyum ramah.

"Oxanne dan Nitro. Selamat pagi!" Sapa si wanita itu. "Huh!? Kamu anak dari tuan dan nyonya Cavendish kan?" Wajahnya berbalik arah ke Hydro dengan tatapan yang masih tersenyum ramah.

"I-iya!" Jawab Hydro singkat tapi gugup.

'Apa dia wanita yang bernama Carla yang dikatakan oleh Oxanne dan Nitro?' Kata Hydro dengan perasaan heran.

"Kalian mau main ke rumahku seperti biasa kan?"

"Ya!" Jawab Oxanne dan Nitro secara serentak. Lalu dua anak gas dan Carla melihat ke Hydro. Hydro malah kebingungan dan menunjuk dirinya sendiri.

"A-aku!?" Tanya Hydro dengna ambigu dan gugup.

Carla mendekati Hydro dan menurunkan badannya agar bisa memandang wajah Hydro.

"Kau mau main atau tidak?"

"Oh!"

Lalu akhirnya Hydro mengerti (tetapi tetap saja tidak boleh melirik seseorang seperti orang yang berkeinginan sesuatu). Lalu ia mengangguk iya.

"Iya, nyonya Carla!"

Carla tertawa kecil. "Panggil aku kakak Carla saja. Tapi nyonya Carla juga boleh kok."

"B-baiklah, Nyonya Carla!" Hydro mengangguk iya dan tersenyum.

"Baiklah! Ayo masuk!" Seru Carla sambil menikkan tubuhnya dari jongkok sementara dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ketigak anak gas melayang mengikuti Carla ke dalam rumah.

Hydro sambil melihat ruang dan benda yang berada di sekitar Nyonya Carla. Ada vas, bingkai gambar dirinya dan seorang pria yang kemungkinan adalah suaminya yang berada di samping Carla tercetak di foto. Dua foto yanf berada di antara bingkai foto besar tersebut. Satunya foto dirunya dan sarunya pria yang sama secara terpisah, vas bunga berwarna emas (walaupun bukan emas betulan), dan kumpulan bunga yang sisimpan di vas itu adalah bunga mawar berwarna putih, meja, sofa, dan lampu chandelier berbentuk kecil di tengah atas atap. Beberapa Betapa cantik dan cukup mewah bagian dalamnya.

"Wow!" Seru Hydro dengan kagum dengan ruang tamu tetangga barunya ini.

Carla kemudian berbalik ke belakang dan menatap tiga anak gas. Ia lalu bilang ke mereka bertiga tentang sesuatu.

"Baiklah. Kalian bisa menungguku sambil duduk sebentar di sofa? Aku akan mengambil biskuit dan susu untuk kudapan."

"Iya!" Jawab ketiga anak-anak gas secara bersamaan.

Lalu Carla berbalik ke ruangan lain meninggalkan mereka yang sambil melayang menuju sofa berwarna kuning emas yang empuk.

"Aku duluan!" Seru Oxanne yang beru saja mendapatkan dudukan. Sepertinya mereka bertiga cecara tidak sadar mereka berlomba siapa yang mendapatkan tempat duduk.

"Aku kedua!" Sahut Hydro mendapatkan dudukan di sofa lagi. Ia berada di samping kanan Oxanne.

Terakhir Nitro yang mendapatkan dudukan. Ia duduk di sebelah kiri Oxanne.

"Terakhir....." jawab Nitro dengan nada monoton dan tidak semangat. Dia sama sekali tidak memiliki reaksi dengan kesenangan. Tapi seitdaknya dia ikut bermain dengna mereka.

Sambil menunggu Carla dengan biskuit dan susu untuk mereka. Oxanne mengatakan sesuatu. Sepertinya dia punya ide untuk menhilangkan kebosanan ini.

"Oh iya! Bagaimana jika kita main gunting batu kertas?" Saran Oxanne.

"Sepertinya menarik." Jawab Hydro dengna semangat.

Nitro yang tidak bereaksi maupun mengekpresikan apapun langsung mengangguk iya.

"YAAAYYY!!! Baiklah!" Seru Oxanne.

"Batu, kertas gunting!"

Hydro dapat Kertas, Oxanne dapat gunting dan Nitro juga dapat gunting. Oxanne tiba-tiba melirik ke Hydro dengan tatapan jahat. Hydro mereasakan sesuatu yang tidak beres. Oxanne segera "menggunting" Hydro di bagian baju kirinya sambil berteriak "GUNTING! GUNTING! GUNTING!" dan Hydro merasa geli dan tertawa. Oxanne lalu benar-benar menggelitiki Hydro. Nitro yajg dari tadi diam saja hanya bisa bilang "aku menang."

Lalu mereka melakukan ronde kedua.

"Batu, kertas, gunting!"

Hydro dan Oxanne dapat batu, sedangkan Nitro dapat kertas. Lalu Nitro menepuk halus pipi Hydro dan Oxanne. "Bungkus! Bungkus!" Serunya.

Lalu ronde ketiga lagi, dan Hydro yang gak dapat kemenangan mulai serius. Sepetinya tantangan semakin memanas di antara bertiga. Terasa seperti api di dalam tubuh mereka.

"BATU!.... KERTAS!...."

Sebelum masuk ke "gunting", Hydro berpikir dengan "serius dengan wajah dan otot berubah menjadi pria dewasa dalam imajinasinya.

'Sepertinya nukleusku berkata, mereka akan memakai jurus batu, kalau begitu-'

"GUNTIIIING!!!!"

Hasilnya....

Hydro dapat gunting, sedangkan Oxanne dan Nitro dapat batu. Hydro hanya bisa diam dan putus asa.

'Sial! Aku tidak sengaja pakai gunting ke batu. Seharusnya kertas.'

Kemudian ia beretriak secara dramatis menghadap ke langit-langit atap karena kalah.

"AAAAAARRRRGGHHHH!!!!"

Mereka berdua lalu memukul kepala Hydro yang sedang berada di posisi telungkup. Pukulan mereka sebenarnya halus dan tidak bawa sakit.

"Tok! Tok!"

Tapi Hydro berpikir dirinya seperti dipukul habis-habisan setelah kalah di arena yang sangat "ganas" tadi.

Tak lama kemudian Carla datang dengan membawa biskuit dan susu. Sepertinya mereka bertiga sedang sibuk bermain.

'Imajinasi anak-anak sangat tinggi.' Pikir Carla dengan rasa kagum dan tertawa kecil.

Periodicity Adventures (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang