IBLIS

6 2 0
                                    

Happy Reading

''Ah~. Akhirnya kita terbebas''


















Suara bass, tekanan kuat, membuatku mematung diam tak bergeming. Apa - apaan makhluk itu?! Kenapa auranya kuat sekali. Ini bukan manusia bahkan monster sekalipun.

''Ah~ temanku yang malang. Mengapa kalian sudah tidur lebih dahulu? Mari kuistirahatkan ke tempat layak'' ucapnya memandang puluhan mayat monster dengan sendu. Tangannya terangkat kedepan, aku waspada.

Sut!!

Seketika aku tertarik oleh sesuatu, tangannya berlubang bagaikan menyedot udara. Aku langsung menyentuh tanah dan menggunakan sihirku untuk menahan teman - temanku yang tak sadarkan diri.

Duk!

Setelah meninju tanah dengan sihir, tanah disekitar teman - temanku mengurung setengah badan teman - temanku yang tak sadarkan diri.

Demi menahan gravitasi dari makhluk tersebut, aku rela mengeluarkan sihirku untuk menahan tarikannya. Tangannya menyedot semua mayat monster yang kubantai, masuk kedalam tangannya.

Setelah semu tersedot, tangannya terkepal dan melihat telapak tangannya. Seketika dia terkikik kesetanan.

''Hihihihi~ sudah lama aku tersegel, akhirnya bisa mengisi energi. Waktunya berburu~'' ucapnya.

Matanya menatapku, aku meneguk ludahku kasar. Dia melepas topengnya dari wajah. Goresan luka di mata, kulit coklat dan mata emas bagaikan elang.

Giginya seperti hiu, rambut maroon- nya bak jarum landak. Wajahnya begitu liar dimataku.

''Ehe~ ada wanita cantik yang sudah bangun. Enaknya diapain, ya? Dimainin dulu atau langsung lahap?'' Ucapnya dengan sarkas gelap.

''Siapa kau'' ucapku datar dan melangkah menuju kedepan. Walau tanganku gemetar, aku langsung mengepal erat. Dia menyungging senyum.

''Wah~ berani juga, kau. Mengingatkanku pada wanita 'itu'. Tapi...'' dia menggeluarkan asap hitam dari tubuhnya, menyebarkan aura hitam dimana - mana.

''Dia sudah mati. Sekarang, kamilah yang akan menguasai dunia. Mhmhhahaha...'' ucapnya memberat. Langit mendung disertai guntur. Saling sambar - menyambar, mengikuti suasana tegang disini.

''Nah~ nah~. Ayo puaskan aku, wanita'' ucapnya seperti bernafsu. Aku tak boleh meremehkannya. Langsung saja, aku mengangkat tanganku ke arah jam 9, tepatnya arah tenggara.

''Atlantis''

Clank!!

Sebuah tombak pemberian Oceania datang di genggamanku. Aku dalam posisi siap menyerang. Kemudian...

Set!!

Ctang!!

Aku menyerang bagian tengkuknya, tetapi ditahan dengan mudah oleh tangannya. Aku tak kaget, dia memang sudah kuat dalam sekali lihat.

Bruak!!

Diriku dihempaskan ke dinding dengan mudahnya, aku tercekat kala punggungku menabrak dinding stadion sampai hancur. Aku perlahan berdiri.

Alicia Stories : Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang