[11] Menemukan Alasan

3.4K 613 181
                                    

Sejak kedatangan Luke ke rumah ini, beberapa kali pria itu kembali menemuiku. Sekalipun tidak datang ke rumah ini—karena Kenneth sudah memberikan larangan pada penjaga di depan gerbang untuk tidak memperbolehkan Luke masuk, pria itu justru mengunjungiku di tempat Kimmy. Kami juga sudah bertukar nomor ponsel—sesuatu yang tak Luke sangka akan aku berikan padanya.

Berteman dengan Luke sama sekali tidak membosankan. Aku cukup senang karena selain Seira, di sini akhirnya aku punya teman lain—walau seringkali aku mengingatkan diriku untum tidak sepenuhnya memberi rasa percaya pada Luke.

Aku tersentak kaget saat merasakan sisi tempat tidur di sebelahku tiba-tiba terisi. Aku mendelik saat melihat Kenneth sudah berbaring santai dengan kedua mata memejam di sebelahku. Pria ini sepertinya memang suka sekali membuatku kesal. Padahal aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan setiap tingkah lakunya.

"Apa kau memang sudah kehilangan sopan santun sampai masuk ke kamar ini tanpa permisi?"

"Ini juga masih kamarku, kan? Aku sudah membiarkanmu menguasai kamar ini selama dua bulan ini."

Aku berdecak malas. Memilih untuk bangkit berdiri dan meninggalkan kamar. "Akh!" Aku memekik terkejut saat tiba-tiba posisiku sudah kembali berbaring—yang sialnya sekarang justru berada di atas Kenneth. "Sial! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!" Aku berusaha melepaskan diri, tapi belitan tangan Kenneth di pinggangku justru semakin erat.

"Dulu kau selalu saja mencari cara untuk membuatku mendekatimu."

Aku ingin sekali memukul kepalanya saat mendengar bisikan lirih itu. "Lepaskan aku, Kenneth!"

Bukannya melepaskanku, Kenneth justru membalik posisi kami sampai wajahnya tepat berada di atasku. Aku berteriak kesal karena tidak bisa melarikan diri. "Kenapa kau jadi sering bertemu dengan Luke?"

Sering katanya?

Padahal setelah siang itu sampai sekarang, hanya dua kali aku bertemu dengan Luke. Memang dasar Kenneth yang sepertinya aneh dan sudah gila! Jadi aku memilih mengabaikannya. Aku terus berontak, tapi tetap saja tak bisa melepaskan diri dari kurungannya.

"Aku tidak suka kau dekat dengan Luke."

"Apa peduliku, hah?! Lepaskan aku! Apa yang sebenarnya ada di kepalamu?! Kenapa kau jadi selalu aneh seperti ini?!" Belum cukup memakan semua pastry buatanku, sekarang justru bersikap seolah kami memiliki hubungan baik sebelumnya. Muak sekali rasanya!

"Apa yang membuat sikapmu berubah padaku, Kyla?" Kenneth justru tidak menghiraukan kemarahanku. Dia justru menatapku dengan tatapan yang kuyakin tak pernah diberikannya pada Kylana dulu. Pria ini, sepertinya tidak pernah berkaca sama sekali. Dasar tidak tahu malu!

"Karena aku sudah bosan padamu," jawabku padat. "Mengejarmu tidak lagi menyenangkan untukku." Aku menikmati raut terkejut miliknya. "Jadi, bisa lepaskan aku sekarang? Aku benar-benar tak suka dengan posisi ini."

Aku segera mengambil kesempatan untuk melepaskan diri saat Kenneth terlihat sedikit lengah—mungkin masih mencerna kalimat kasar dariku. Aku mendorong tubuhnya sedikit keras agar dia menyingkir dari atasku.

"Karena kau sudah memiliki pria lain yang bernama Marvin?"

Gerakanku yang sedang merapikan rambut seketika terhenti saat mendengar Kenneth menyebut nama Marvin. Darimana pria itu tahu soal Marvin?

"Kau terkejut karena aku mengetahui nama itu?" Kenneth kembali bersuara. "Aku sudah terlalu sering mendengarmu menyebut nama itu saat tertidur."

Wajahku pasti berubah pias. Tetapi aku berusaha langsung menguasai diri.

"Jadi, siapa dia?"

"Siapa Elora bagimu, Ken?" Aku justru membalikkan pertanyaan untuknya. Kadang aku tak habis pikir, mengapa aku tidak bisa mengabaikan saja sikap menyebalkannya ini. Tetapi jika mengingat bagaimana Kenneth terus menyiksa batin Kylana, rasanya aku tak puas jika hanya mengabaikan pria itu.

Clarity [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang