[15] Sebuah Pembuktian

3K 574 241
                                    

Aku sudah tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.

Aku hampir saja menyemburkan tawa saat mengingat balasan kalimat yang Kenneth ucapkan padaku kemarin. Sayangnya, aku sedang dalam peran mengikuti permainan Kenneth dan kakek agar saat yang tepat bisa menusuk mereka dalam permainannya sendiri. Jadi akhirnya aku hanya mengangguk singkat lalu mengedikkan bahu dan menyahut tenang.

Kalau begitu, mari kita buktikan saja kalimatmu nanti.

Setelah itu, kami makan malam dalam hening dan pembicaraan sebelumnya tenggelam begitu saja. Tetapi pagi ini aku sudah bertekad untuk mengatakan sesuatu pada kakek Kylana. Sesuatu yang akan menjadi awal dari tiap rencanaku selama ikut memainkan peran dalam kepura-puraan mereka.

"Jadi kau ingin kembali ke perusahaan?"

Kepalaku mengangguk setelah meneguk teh dari cangkirku. "Apa kakek tidak setuju?" pancingku.

"Tentu saja kakek setuju. Sejak tahu kau sudah pulih, kakek selalu ingin kau kembali bekerja. Untung saja kakek menolak permintaanmu berhenti bekerja hari itu."

Ya, ya. Tentu saja karena perusahaan Arthur sangat membutuhkan Kylana. Kakek tua ini tidak tahu saja kalau cucunya yang pintar itu sudah menghilang dan digantikan aku yang tentu saja tidak mengetahui apa pun soal bisnis.

"Jadi, kapan kau akan kembali ke perusahaan? Kakek akan menyiapkan segala keperluanmu."

"Secepatnya. Aku tidak sabar kembali bekerja."

Kakek mengulas senyum lalu menepuk-nepuk puncak kepalaku dan memasang raut bangga yang sama sekali tidak ditutupi. "Kakek bangga sekali padamu."

Aku memilih diam, memberi tatapan hangat dalam kemarahan yang berusaha kusembunyikan. Apa salah Kylana sampai harus memiliki kakek seperti Roland Arthur ini? Aku benar-benar mengasihani nasib wanita malang itu. Tetapi tenang saja, aku akan berusaha keras membuat kehidupan Kylana tak sama seperti dulu. Kylana yang saat ini adalah aku, harus memiliki harga diri yang jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Setelah percapakan pagi itu, aku pergi ke tempat Kimmy dan mulai membicarakan jadwal kursusku. Kembali bekerja di perusahaan Arthur sebagai Kylana Dwynetta bukan berarti membuatku mengubur dalam-dalam mimpiku. Aku tetap berniat mengikuti kursus dengan Kimmy setidaknya satu minggu sekali.

Hari ini aku mengobrol cukup banyak dengan Kimmy. Termasuk bertanya padanya tentang cara membuat usaha berjualan pastry sendiri. Melihat reaksi awal Kimmy yang seolah terkejut saat aku menanyakan tentang hal itu, aku tahu kalau wanita itu tidak percaya jika seorang Kylana Dwynetta—yang dikenal sebagai salah satu pengusaha wanita sukses bahkan memiliki suami yang juga hampir memiliki kekayaan tak terhitung jumlahnya—justru ingin membuka usaha kecil seperti yang ditanyakannya. Tetapi Kimmy hanya tak tahu kalau memiliki usaha itu adalah salah satu impianku saat menjadi Kyla Yocelyn. Dan aku harus mewujudkannya selagi aku juga bekerja membalaskan rasa sakit Kylana pada orang-orang mengerikan itu.

Karenanya, setelah memberikan alasan basa-basi, aku senang Kimmy menyarankan beberapa masukan bahkan menawarkan diri untuk membantuku jika aku memang sungguhan ingin membuka usaha di bidangnya. Tentu saja aku menyambut tawaran itu dengan baik. Sekalipun aku tahu belum bisa mewujudkannya dalam waktu dekat, karena aku ingin fokus dulu pada kegiatan utamaku sekembalinya ke perusahaan nanti.

Setelah dari tempat Kimmy, aku juga sempat bertemu dengan Seira sebentar untuk membicarakan beberapa hal tentang pekerjaan Kylana sebelum koma. Aku bangga pada Kylana yang memang ternyata sangat pintar dan kompeten.

Perusahaan keluarga Arthur bergerak di bidang properti. Dan ternyata sebelum Kyla koma, dia yang berhasil membuat pembangunan cluster besar dan mewah di pusat kota setelah cukup lama usaha itu mengalami penundaan. Pantas saja saat aku berniat mengundurkan diri, kakek langsung tak setuju. Karena pembangunan cluster yang diperkirakan akan meraup untung sangat besar itu berjalan karena ide Kyla dan kerja kerasnya.

Clarity [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang