Aku masih memasang raut wajah kesal menatap Felix dan beberapa pelayan yang ada bersamanya setelah mendengar penjelasan terbata dari mereka.
"Jadi selama ini bukan kalian yang memakan semua pastry buatanku?" kesalku lagi.
Kepala Felix masih menunduk saat menjawabku dengan suara pelan. "Maafkan kami, Nyonya. Tapi tuan memang sangat menyukai semua pastry buatan nyonya."
Aku mendengkus kencang. Benar-benar sangat kesal dengan tingkah Kenneth yang seenaknya. Sebenarnya apa yang ada di pikiran Kenneth, ya? Mengapa bisa bersikap kekanakan seperti itu? Dasar!
"Ck, sudahlah!" potongku masih sengaja memasang nada kesal. Padahal sebenarnya aku tidak kesal pada mereka. Tentu saja yang salah adalah Kenneth. Karena Felix dan para pelayan lain pasti tidak akan berani memberi bantahan pada permintaan pria itu. "Sekarang, aku membawakan cake ini untuk kalian. Jangan berikan padanya, atau aku akan benar-benar marah. Aku rasa kalian tidak lupa bagaimana aku saat marah, kan?"
Kylana Dwynetta yang sedang menggila tentu saja akan selalu bertindak di luar nalar. Aku ingat dalam satu adegan di novel yang menjelaskan Kylana mengamuk pada seluruh pelayan ketika membiarkan Elora memakai dapur di rumah ini untuk membuatkan Kenneth sarapan saat pria itu sedang sakit.
"Y-ya, kami mengerti, Nyonya," jawab Felix terbata.
Aku pun menarik napas berat. Sejujurnya, tak mudah bersikap menyebalkan dan meledak-ledak seperti sikap Kylana yang asli. Sejak dulu aku terbiasa melewati masalah dalam bentuk orang-orang menyebalkan dengan cara yang tenang. Jadi ketika harus bersikap seperti Kylana yang asli, aku sedikit merasa berat—walau memang aku harus melakukannya agar tetap terlihat kokoh seperti Kylana Dwynetta selama ini.
"Tolong bagikan pada yang lain, Felix. Dan ingat! Tidak perlu menyisakan untuk tuanmu itu," tegasku, lalu memilih melangkah pergi dari dapur.
Aku berjalan menuju kamar dengan kekesalan yang belum mereda. Aku tidak suka jika pastry buatanku selama ini justru dinikmati sendirian oleh sosok yang sudah memberi luka begitu dalam pada Kylana. Sebut saja aku pendendam. Karena rasanya aku seperti sudah berbagi jiwa dengan Kylana sampai seakan bisa merasakan apa yang dialaminya selama ini.
Baru juga aku ingin mengganti baju setelah pulang dari tempat Kimmy, pintu kamarku tiba-tiba diketuk oleh salah satu pelayan dan mengatakan kalau ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Aku sedikit mengernyitkan kening saat melihat sosok Luke di ruang tamu.
"Apa kau yakin orang itu adalah tamu untukku bukan untuk Kenneth?"
Pelayan wanita yang kutahu bernama Jiana itu menggeleng kecil sambil menegaskan jika Luke memang datang untuk menemuiku. Akhirnya aku kembali melangkah menghampiri Luke yang langsung tersenyum lebar setelah menyadari kehadiranku.
"Hai, Kyla. Syukurlah kau sudah semakin sehat," sapanya.
Aku perlahan mengulas senyum tipis. Sekalipun aku memang tahu kalau hubungan Kylana dan Luke sebelum tragedi itu terjadi memang sudah membaik—bahkan pria itu juga menjenguknya saat masih berada di rumah sakit, tapi mereka tidak sedekat itu sampai saling menemui di tempat yang cukup privasi seperti rumah ini.
"Kau tak suka aku datang mengunjungimu?"
Pertanyaan yang ditanyakan dengan nada bergurau itu perlahan membuat sikapku tak terlalu kaku lagi. "Bukan tak suka, Luke. Hanya sedikit bingung saja dengan kedatanganmu ke rumah ini. Seingatku, kita tidak sedekat itu, kan?" balasku sambil duduk di sebelahnya—walau masih cukup berjarak.
Luke justru mendengkus tak terima mendengar kalimatku. "Kupikir saat mengunjungimu di rumah sakit beberapa waktu lalu itu sudah menyiratkan kalau hubungan kita tidak sekaku dulu lagi. Kau bahkan memintaku membawakan manis untukmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/327632641-288-k355610.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarity [Completed] ✔️
Ficción GeneralSong Series #6 If our love is tragedy, why are you my remedy? If our love's insanity, why are you my clarity? [Clarity - Zedd feat. Foxes] Kyla Yocelyn hidup dalam keadaan yang tidak pernah menyenangkan. Kyla adalah seorang yatim piatu yang harus be...