24

5.7K 414 6
                                    

Masih di rumah Chika, kini mereka semua sedang mengobati luka Christy. Dan luka lebam yang ada di lengan dan pahanya, karena Chika memukulnya dengan kencang.

"Udah ya kak, kalian pulang aja, ini udah malem, udah jam 8, kan besok masih sekolah kak, pulang gih, kalo bisa tolong cariin kak Chika hehe." Ucap Christy sambil terkekeh pelan.

"Ga kita bakal disini Chris, nemenin kamu, kita gamau kamu terluka lagi, kita bakal jagain kamu." Ucap Gita.

"Bener Chris, coba kalo tadi kita ga inisiatif buat ngikutin kamu, dah gatau kamu gimana sekarang keadaannya." Ucap Eli, dan mereka pun mengangguk.

"Iya kak makasih ya kak udah bantuin aku, udah ngobatin aku, maaf ya ko aku ngerepotin kakak." Ucap Christy dengan nada merasa bersalah.

"Engga, lo ga ngerepotin kita-kita." Ucap Dey.

"Ya udah kak, mending pulang beneran kak, aku gamau gara-gara aku kalian dimarahin sama ortu karena pulang malem." Ucap Christy.

"Huft.. dasar bocil, ya udah deh kita pulang, tapi kalo Chika ngapa-ngapain lo, lo harus telfon kita, kalo lo ga telfon kita, kita yang bakal nginep di sini." Ucap Jinan, Christy yang mendengar itupun hanya terkekeh pelan.

"Iya kak ish bawel banget sih, gemes deh." Ucap Christy. Mereka yang mendengarnya hanya memutar bola matanya jengah.

"Kita pulang ya Chris." Ucap Dey berpamitan. Christy pun mengangguk.

"Sekali lagi makasih ya kak." Ucap Christy.

Di tempat lain, jauh dari keramaian orang-orang, tempat yang sepi, gelap, bahkan sangat menakutkan jika mengunjungi tempat itu di malam hari. Pemakaman. Chika berada di pemakaman bundanya, dia menangis sejadi-jadinya kala mengingat ucapan Dey yang membuat hatinya sedikit tersadar mungkin?

"Bunda hiks, apa Chika udah jadi orang jahat bunda? Chika udah ngelanggar janji sama bunda hiks hiks.. pasti bunda di sana marah ya sama Chika? Tapi Chika belum bisa ikhlasin bunda hiks... Maafin Chika bunda, tapi sekarang Chika bingung harus gimana bunda." Ucap Chika di depan makam bundanya, sembari menangis sesenggukkan.

"Kesalahan Chika mungkin udah ga bisa di tebus dan ga bisa dimaafin lagi kan bunda? Hiks Chika ga pantes buat di sebut kakak lagi, Chika tau Christy sayang sama Chika, tapi Chika belum bisa bunda hiks hiks hiks, maafin Chika bunda, maafin." Ucap Chika.

"Chika juga gatau seberapa banyak luka yang udah Christy terima, seberapa banyak luka yang udah Chika lakuin, maafin Chika, maafin." Ucap Chika yang terus melontarkan kata 'maaf'.

Chika menangis dipemakaman hingga tak terasa hujan pun turun dengan deras. Seakan alam semesta tau, betapa jahatnya Chika saat ini, dan tau betapa rapuh dirinya. Air matanya menyatu dengan air hujan. Hujan yang kini semakin deras, dan mungkin bisa menyakiti tubuh seseorang karena tetesan yang begitu keras.

Jam menunjukkan pukul 11 malam, Chika pun memutuskan untuk kembali ke rumah dengan tubuhnya yang basah kuyup. Saat ia telah sampai, ia memasuki rumahnya. Badannya menggigil kedinginan, lalu ia melihat sesosok yang berdiri di dekat tangga yang sedang menatapnya kasihan.

Sosok itu berlari menaiki tangga meninggalkan dirinya yang sedang kedinginan. Mungkin dia tidak peduli pada Chika. Pikir Chika yang kini mulai melangkahkan kakinya dengan tertatih-tatih. Pusing, tubuhnya melemas, berharap sosok itu datang lalu memeluknya dan membawanya ke kamar.

Mungkin tuhan kini sedang berada di pihaknya. Sosok yang tadi meninggalkannya kembali dengan handuk yang cukup besar, lalu dengan gerakan cepat dia melilitkan handuk itu ke tubuh lemas Chika.

"Kak, maaf ya aku gendong kakak." Ucap sesosok itu, lalu menggendongnya, seperti ia menggendong anak bayi.

'bahkan saat gue udah jahat sama lo, lo masih baik sama gue, masih perhatian, maafin gue Christy, gue bukan kakak yang baik untuk lo.' batin Chika, lalu kesadarannya mulai menghilang.

Sosok itu adalah Christy, seseorang yang selalu Chika sakiti. Christy panik ketika melihat sang kakak memejamkan matanya.

"Kak, kak Chika tunggu bentar, astaga jangan pingsan dulu kak plis." Ucap Christy, lalu membuka pintu kamar Chika, setelah itu membaringkan tubuhnya. Christy mengganti pakaian basah Chika dengan kaos yang sudah ia siapkan tadi. Setelah menggantinya, Christy keluar dari kamar Chika, lalu berlari menuju dapur untuk mengambil air hangat dan juga handuk kecil untuk mengompres Chika.

Christy kembali ke kamar Chika dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan. Karena harus naik turun tangga yang menguras energinya.

Ia mengompres Chika dengan penuh ke hati-hatian. Namun saat hendak beranjak dari tempat tidur Chika, ia melihat kakaknya sadar.

"Ga usah peduliin gue, keluar dari kamar gue sekarang." Ucap Chika tegas, membuat Christy ketakutan.

Author: Chika lo itu udah ditolongin Christy woi, bukannya bilang makasih malah ngusir, gimana sih ah elah. Lanjut.

"Maaf kak." Ucap Christy lalu meninggalkan Chika sendirian di kamarnya.

"Huft kepala gue pusing banget." Gumamnya.

"Hah ini apa?" Tanyanya pada dirinya sendiri ketika ia memegang benda basah di atas jidatnya.

"Kompres?" Ucapnya lagi. Tanpa ia sadari, dirinya tersenyum tipis.

"Udah ah gue mending tidur, semoga aja besok gue udah sembuh." Ucap Chika lalu menghembuskan nafas kasarnya.

Christy berada di meja belajarnya, melihat ke lemari yang ada di samping meja itu. Lemari yang penuh dengan kado yang seharusnya ia berikan kepada Chika, namun selalu ia simpan, karena terlalu takut untuk ia berikan.

Ia berdiri ke depan lemarinya itu. Membaca tulisan yang ia tandakan di setiap kadonya. Kado yang sudah ia beli dari semenjak Chika berumur 13 tahun. Hingga kado tahun lalu ketika Chika berumur 17 tahun. Christy bingung, di tahun ini ia harus membeli kado apa untuk Chika? Karena usianya hampir 18 tahun. Belum terpikirkan.

"Kak, ini buat kakak, tapi aku takut kakak nolak semua ini, aku terlalu pengecut, tapi aku janji akan memberikan semua kado ini untuk kak Chika di waktu yang pas." Gumam Christy pelan, sembari menyentuh kado tersebut.

"Good night kak Chika, cepet sembuh yaa." Ucap Christy kepada boneka yang berada di kasurnya. Setelah itu ia masuk ke dalam mimpinya.

Keesokan harinya, Christy sengaja bangun lebih awal, pukul 5 pagi dirinya sudah siap dengan seragam lengkapnya. Ia turun menuju dapur, lalu memasakkan bubur untuk Chika, tak lupa ia juga menyiapkan obat agar Chika lekas sembuh.

Setelah selesai, ia pun membawa nampan yang berisikan bubur buatannya, segelas air putih, dan beberapa butir obat. Ia masuk ke dalam kamar Chika. Masih sama seperti ia masuk saat tadi malam. Christy menaruh nampan itu dengan hati-hati, agar Chika tak terusik dari tidurnya. Christy membiarkan kakaknya tertidur, karena ia sempat mengecek suhu tubuhnya, dan ternyata masih lumayan panas.

Christy keluar dari kamarnya, lalu berjalan menuju garasi untuk mengambil motornya, lalu pergi menuju sekolah.

Jangan lupa vote dan comment ya guys, biar aku semangat nulisnya

Thank youuu

Lanjut ga niii

ILVSISTER(Ch2) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang