Chapter 2 [Rival]

62 7 1
                                    

Suara deruman dari motor terdengar memasuki lingkungan sekolah dan mengambil atensi warga sekolah. Siswa dan siswi sekolah itu mengedarkan pandangannya kepada seorang anak lelaki yang sedang mengendarai motor sport hitam.

Anak lelaki itu memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Siapa lagi kalau bukan aether paxley? Anak lelaki dengan muka yang rupawan.

Dia menggendong tasnya dan berjalan di koridor sekolah menuju ruang kelasnya. Dari ekor matanya dia bisa melihat jika siswi siswi disana menatap kagum ke arahnya.

"Cih" decihnya pelan dan mempercepat jalannya ke kelasnya.

Sesampainya dikelas dia segera memasuki ruangan itu dan melemparkan tasnya ke atas meja. Lalu dia duduk di atas kursi miliknya dan menyilangkan kakinya. Menatap tajam teman teman sekelasnya.

"Hei hei, tatapanmu itu loh. Bikin merinding aja" ucap salah satu dari mereka

Aether mengerutkan dahinya. "Memang ada apa dengan tatapanku?" Tanyanya

"Menyeramkan" ucap lelaki yang duduk di depannya.

Aether mendengus dan menendang pelan kursi lelaki yang duduk di depannya itu. "Diam kamu albedo"

Albedo menengok ke arah aether dan melipatkan kedua tangannya di dada. "Loh? Aku cuma mengatakan kebenaran. Tatapanmu itu menyeramkan"

"Semua aja kau katakan menyeramkan" timpal seorang perempuan yang baru masuk ke dalam kelas.

Perempuan itu duduk di sebelah aether dan menatap ke albedo. "Lebih menyeramkan aku, atau aether?" Tanyanya

Albedo meneguk ludahnya kasar dan berbedam. "Tidak dua duanya"

"Masa?"

Albedo mengangguk dan kembali menghadap ke depan. Berpura pura mengerjakan sesuatu, lebih tepatnya berpura pura sibuk.

"Kemarin aja kamu bilang tatapanku nyeremin, sekarang bilang gitu juga ke aether. Jadi lebih nyeremin tatapan siapa?" Tanya perempuan itu.

"Tidak dua duanya" ucapnya tanpa menengok ke belakang

"Jawab yang jujur!"

Albedo menengok ke belakang dengan tatapan kesal. "Lebih nyeremin kamu! Puas kamu ei?" Marahnya

"Hahahaha"

Aether menatap dua orang itu dengan tatapan malas, dirinya hanya menopang dagu. Pekerjaan yang dia lakukan sedari tadi hanya menyimak sembari bernafas.

"Kenapa kamu ther? Letoy amat" ucap ei saat menyadari aether hanya menyimak saja

"Tidak apa apa" ucapnya tanpa menoleh ke ei

Ei memegang bahu aether pelan lalu memiringkan kepalanya. "Ada masalah?"

"Tidak"

"Jawab yang jujur"

Aether kesal dengan pertanyaan pertanyaan yang diberikan ei pada dirinya. "Kan emang gak ada!" Marahnya dan menepis tangan ei

"Gitu aja marah"

Bel sudah berbunyi dari tadi namun bukannya anak anak kelas itu diam, malah tambah berisik akibatkan informasi tentang mapel kali ini jamkos alias jam kosong.

Bola bola kertas sudah terlempar dimana mana, bahkan terlihat di depan papan tulis ada yang sedang konser disana menggunakan sapu. Ada juga yang mengucapkan makian akibat bermain game.

Aether yang tak tahan akibat suara berisik itu akhirnya keluar dari ruang kelas. Namun tanpa aether sadari teman perempuannya itu mengikutinya dari belakang.

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang