Arther menatap sangkar di depannya dengan datar, kemudian dia berjongkok di depan sangkar besi itu. Aether menengok ke belakang, lebih tapatnya ke arah pemilik pelelangan.
"Bagaimana mr paxley? Produk kami tidak gagal bukan?" Ucap pemilik lelang dan diangguki oleh aether.
Setelah merasa puas akan produknya, aether melempar black card miliknya ke arah sang pemilik lelang. Pemilik lelang yang mengerti maksud dari aether dengan segera menangkap black card itu dan menyerahkannya kepada sang asisten.
"Darimana kamu mendapatkannya?" Tanya aether
Pemilik pelelangan hanya tersenyum saat mendengarkannya. "Di sebuah tempat yang begitu kotor" jawabnya.
"Dimana itu?"
"Tuan tidak perlu mengetahuinya"
Aether berdecih kemudian menatap sangkar itu kembali. "Apakah terjamin kebersihannya?"
"Tentu tuan, saya jamin itu"
"Penyakit?"
"Manusia itu sehat tuan" ucapnya sembari memberikan kembali black card milik aether.
Aether berdiri lalu menepuk sangkar itu pelan. "Bukakan sekarang"
"Baik tuan"
Sangkar itu terbuka, menampilkan sesosok lelaki pendek berambut hitam yang mempesona. Kulitnya berwarna putih bersih, bibirnya yang berwarna pink terlihat menggoda di mata aether.
Apalagi dengan rantai yang melilit di lehernya, membuat aether tak bisa menahan senyumannya.
Ei yang baru datang bersama manusia yang dia inginkan, hanya menggelengkan kepalanya. Ei bisa merasakan bahwa aether saat ini sedang sangat bahagia, dan dia tau alasannya.
"Gimana? Produknya memuaskan kan?" Ucap ei sembari menepuk bahu aether pelan dan hanya dibalas dehaman oleh aether.
Aether menepis tangan ei dan berjalan mendekati manusia miliknya. Kemudian dia meletakkan jas miliknya di atas menusia itu.
Setelah itu aether menggandeng tangan manusia miliknya. "Kita pulang sekarang" ucap aether kepada ei dan diangguki oleh ei.
"Baiklah~"
Sesampainya di mobil, mereka segera masuk ke dalam. Tanpa basa basi ei langsung melesatkan mobilnya menjauhi pekarangan lelang. Keadaan di dalam mobil hening, ei yang sedang mengendarai mobil dan manusia yang di beli ei hanya duduk diam di sampir kursi supir. Aether yang bermain handphone di kursi belakang dengan menusia milik aether yang masih merasa canggung.
"Ngomong ngomong, siapa nama manusia yang baru kamu beli?" Tanya ei memecah keheningan.
"Hm. Maksudmu?"
Ei membola dan refleks menghadap ke arah aether. "Jangan bilang, kamu belum memberinya nama?!"
Aether memukul kursi milik ei keras. "Ei! Kendarain yang benar! Aku belum mau mati"
"Eh, maaf!"
"Aku belum memikirkan tentang namanya" ucap aether sembari melirik manusia disampingnya.
"Yasudahlah, terserahmu saja" ucap ei dengan malas.
Aether menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya. "Memangnya kamu sudah memberi barang itu nama?"
"Aether jangan seperti itu! Panggil milikku gorou!"
"Oh? Namanya gorou?"
"Hmm"
"Baiklah" ucap aether
Keadaan kembali menghening, hanya terdapat suara musik yang baru saja di setel oleh ei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
FanfictionPemuda dengan rupa menawan dan sifat misteriusnya, menarik seluruh perhatian semua orang yang berada di sekitarnya. Kecuali kakak kelasnya. Justru mereka saat tampak terlihat seperti seorang musuh baik di luar sekolah maupun di dalam sekolah. #ceri...