Penampilan aether sekarang sangat rapi dan formal. Dia memakai kemeja dengan jas yang melekat di tubuhnya. Aksesoris yang menempel di jasnya membuat dia terlihat semakin menawan.
Dia menyemprotkan parfum mahal di setiap inci tubuhnya. Lalu dia menyibak poni yang menutupi matanya itu kebelakang. "Haruskah kupotong poninya?" Gumannya
Aether menatap pantulan dirinya di cermin, lalu tersenyum lebar. Dia berpose di depan cermin itu dengan penuh percaya diri. "Kenapa aku sangat tampan?" Ucapnya.
Tok tok tok
Pintu itu diketuk beberapa kali oleh seseorang dan membuat aether menatap malas ke arahnya.
"Tuan muda. Nona ei sudah menunggu anda di bawah"
Aether mengacuhkan suara itu dan fokus memasangkan jam tangan di tangan kirinya. Dirinya bersiul menikmati teriakan dari pelayan miliknya.
"Tuan muda!!"
"Iya! Tunggu sebentar!" Teriaknya sembari berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut.
Aether menatap malas pemuda itu, dan bersidekap dada. Dia menelisik penampilan pria di depannya dengan teliti. Lalu aether menganggukkan kepalanya.
"Oke, aku turun sekarang" ucapnya
Sesampainya dibawah dia melihat ei yang sedang meminum teh dengan di temani beberapa maid wanita. Perempuan itu entah kenapa, terlihat sangat bahagia.
"Hi aether!!"
Aether menatap ei malas lalu mendudukkan pantatnya di sebelah ei. "Kenapa semangat sekali?"
Ei memegang kedua bahu aether dan menatap aether sangat dekat. Matanya berbinar binar. "Kamu tau? Lelaki imut yang kuperlihatkan kemarin? Dia sangat cantik!!"
Aether memutar matanya malas lalu menepis tangan ei. "Sudahlah, ayo pergi"
Ei beranjak dari duduknya dan bertepuk tangan pelan. "Ayo!"
Aether berjalan dibelakang ei sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Lalu dia berhenti di depan sebuah mobil berwarna merah mencolok. "Hah? Ini?"
Ei tertawa lalu menepuk atap mobil itu pelan. "Mobilku!"
"Sejak kapan?"
Ei mengendikkan bahunya acuh dan masuk ke dalam mobil dengan diikuti aether yang duduk di sebelahnya. Lalu mobil itu melaju ke tempat pelelangan.
Mobil yang dikendarai ei berhenti di sebuah restaurant kecil, lalu ei turun dari mobil tanpa menghiraukan tatapan bingung dari aether. Kemudian dia mengetuk jendela mobil di sebelah aether.
Aether menurunkan kaca jendala tersebut. "Kenapa herhenti disini?"
"Tempatnya disini. Ayo turun"
Aether menganggukkan kepalanya dan menaikkan kaca itu kembali. Setelah itu aether turun dari mobil. Kepalanya bergerak menelisik restaurant di depannya.
"Ayo masuk" ucap ei sembari merangkul bahu aether dan dibalas anggukkan oleh pemuda itu.
Mereka berdua berjalan memasuki restaurant yang terlihat sedikit kuno. Namun menurut aether, restaurant itu memiliki daya tarik tersendiri.
"Hi paman!" Sapa ei setelah memasuki restaurant tersebut dan berjalan ke sebelah lelaki tua itu.
Lelaki tua di samping ei tersenyum dan memencet sebuah tombol kecil di depannya. Tombol itu benar benar kecil, berukuran sekitar 0,25 cm.
Setelah tombol itu di pencet, lantai yang dipijak oleh aether dan ei bergerak turun dengan kecepatan sedang. Lalu tiba tiba lantai itu berhenti dan terlihat sebuah pintu yang terbuka dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
FanfictionPemuda dengan rupa menawan dan sifat misteriusnya, menarik seluruh perhatian semua orang yang berada di sekitarnya. Kecuali kakak kelasnya. Justru mereka saat tampak terlihat seperti seorang musuh baik di luar sekolah maupun di dalam sekolah. #ceri...