Tak
Suara gelas yang di taruh di atas meja berbunyi dengan begitu nyaringnya. Musik dan suara suara dari para manusia masuk ke dalam pendengaran pemuda itu.
Tangannya mengusap cairan yang menetes di samping bibirnya. Pandangan mengedar melihat sekelilingnya. Seringainya terlihat ketika ada seorang gadis yang mendekat padanya.
"Ganteng sendirian aja?" Ucapnya sembari mengusap rahang aether.
Aether terkekeh dan memegang pinggang perempuan itu. "Hmm, mau nemenin?" Ucapnya sembari menyeringai.
Perempuan itu tersenyum menggoda lalu mendudukkan dirinya di atas pangkuan aether dan mengalungkan tangannya di leher aether.
Perempuan itu hendak untuk mencium bibir aether namun aether menolehkan kepalanya. Perempuan yang duduk di atas pangkuan aether itu mengerucutkan bibirnya sebal karena diabaikan oleh aether.
"Ganteng" ucapnya sembari memegang pipi aether dan menghadapkan ke muka dia sendiri.
Aether menatap perempuan itu datar lalu menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa?"
Perempuan itu menggoyangkan pantatnya dan menggesekkennya pada alat vital aether. Aether yang diperlakukan seperti itu memejamkan matanya dan menggeram.
Aether memegang dagu perempuan itu dan menciumnya ganas. Melumatnya dan meremas payudaranya. "Ehmm" desah perempuan itu sembari menjambak rambut aether.
Aether makin meliar, tangannya masuk kedalam pakaian perempuan itu dan meraba seluruh tubuhnya. Perempuan yang duduk diatasnya menggesek gesekkan bokong sintalnya.
Aether menggeram lalu mendorong perempuan itu. "Pergi dari hadapanku!" Ucapnya dengan nada yang dingin.
"Tapi.."
"Pergi sekarang! Sebelum kamu dapat akibatnya!" Ucapnya memerintah dan diangguki oleh perempuan itu.
Bertengger yang berdiri di hadapannya itu terkekeh lalu menuangkan alkohol itu ke dalam gelasnya kembali. "Kenapa tidak kamu terima saja dia? Lumayan bukan?" Ucapnya sembari terkekeh
Aether mengambil gelas itu dan meminum isinya hingga kandas. "Cih. aku tak suka barang bekas" ucapnya
"Kita tak tau kan, dia masih perawan atau tidak" ucapnya sembari menaruh kedua tangannya di atas meja
"Ya kalau memang masih perawan. Kalau tidak? Membawa penyakit saja" sinis aether
Bertengger itu tertawa pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Aku punya simpanan perempuan. Kamu mau?"
"Sudah kubilang. Aku tak suka barang bekas"
Bertengger itu memutar bola matanya malas. "Yang ini masih perawan. Belum kusentuh sama sekali"
"Tidak"
Bertengger itu menghela nafas dan menuangkan alkohol ke dalam gelas aether kembali. Lalu menaruhnya di hadapan aether.
Tak
"Ini terakhir. Kamu sudah terlalu banyak minum, aether" ucapnya tak terbantahkan
Aether berdecih dan menenggal cairan itu hinggal kandas kembali. "Kamu tak asik" ucapnya sembari menaruh sebuah kartu berwarna hitam di atas meja.
--------
Terlihat sebuah motor sport yang membelah jalanan dengan kecepatan di atas rata rata. Motor berwarna hitam mengkilap mengambil etensi orang orang yang melihatnya.
Motor itu berhenti di sebuah bangunan yang cukup tua, bangunan itu terlihat suram dengan hawa yang mencekam.
Aether berjalan memasuki bagunan tua itu. Matanya menangkap sebuah jasad yang tergeletak di lantai kotor bangunan itu. Darah menyebar dimana mana, bau amis menyebar di indra penciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Hayran KurguPemuda dengan rupa menawan dan sifat misteriusnya, menarik seluruh perhatian semua orang yang berada di sekitarnya. Kecuali kakak kelasnya. Justru mereka saat tampak terlihat seperti seorang musuh baik di luar sekolah maupun di dalam sekolah. #ceri...