Ditengah kebisingan kelas yang mendapatkan jam kosong, tampak riuh dan murid menyebar diseluruh penjuru ruangan. Keadaan kelas seperti berada di suatu playground. Ramai, dan bising, beberapa murid ada yang berlarian.
Seperti murid pada umumnya yang mendapatkan jam kosong, ada beberapa murid perempuan yang berkumpul untuk bercerita tentang rumor atau isu terbaru di sekolah, ataupun tentang idola mereka. Sedangkan murid laki laki, berkumpul untuk menyaksikan suatu pertandingan sepak bola di satu ponsel.
Sayangnya ada satu pemandangan yang tidak biasa. Ditengah riuhnya kelas, ada satu bangku yang diduduki oleh seorang gadis berambut panjang, menunduk dengan tangan yang memegang pena dan entah menulis apa?. Meski suasana sekitarnya sangat gaduh, dirinya tidak terpengaruh oleh itu, ia tetap diam dan tenang.
Namanya adalah Hana.
Brakkk!!!
Meja didepan gadis bernama Hana itu di gebrak hingga membuat seisi kelas menjadi hening, pusat perhatian berganti pada seorang gadis yang berdiri di depan meja yang Hana miliki.
"Hana~" panggilnya.
Gadis bernama Jurin itu menyapa Hana dengan senyum manisnya, seperti mereka adalah teman baik. Namun, kenyataanya tidaklah begitu.
Jurin, memperhatikan tampilan Hana dari atas hingga ke bawah. Tatapannya sangatlah meremehkan gadis didepannya.
Merasakan gangguan yang menerpanya, Hana mengangkat kepalanya sedikit. Matanya menatap datar sosok gadis yang biasa mengganggu ketenangannya itu. Hana menundukan kembali wajahnya, Menganggap objek didepannya hanyalah badut yang membosankan.
Pandangan sayu dari gadis dihadapannya, tampak seolah tidak tertarik sama sekali dan tidak takut kepada dirinya. Jurin, merasa tersinggung dengan hal itu.
"Hana, tahu enggak? tatapan lo itu, buat gue tersinggung? Ahhh, gue jadi pengen ngasih pelajaran buat lo." kata Jurin.
Gadis sangar itu melipat sebelah tangannya didada, dan tangan satunya meniup kuku seolah ada debu yang menempel.
Tidak ingin merepotkan dirinya sendiri, Hana enggan menanggapi Jurin yang memang selalu sengaja memancing emosinya. Dengan cepat, Hana memasukan buku dan penanya kedalam tas. Ia tidak ingin bukunya menjadi objek permainan dari gadis sangar dihadapannya.
"Hana, ayolah... lo itu terlalu pendiam. Sekali kali lo harus main sama gue, biar lo tau cara kita main. Iya enggak, girls?." kata Jurin, meminta pendapat teman satu gengnya yang memang berada dibelakang Hana.
Bukannya mendapat jawaban, Hana kembali melirik wajah Jurin sekilas, lalu kembali mengalihkan penglihatannya ke meja.
Jurin merasa semakin kesal karena mendapat tatapan menyebalkan itu lagi dari Hana. Merasa jengkel, Jurin memainkan helai rambut Hana yang terurai panjang.
"Lo, makin nyebelin aja." kata Jurin dengan smirk dibibirnya.
"Bukannya lo yang nyebelin?." kata Hana datar, dengan wajah yang datar pula. Tangannya, menepis tangan Jurin yang speechless.
"Apa lo bilang? gue nyebelin? Ha? Ha, Ha, Ahahaha." Jurin tertawa bak kesetanan.
Hana, masih memandang Jurin yang tertawa terbahak bahak bak kesetanan itu. Dengan wajah datarnya, gadis itu kembali menjawab Jurin yang baru saja berhenti dari tertawanya.
"Nilai lo udah A+ sampe enggak ada kerjaan dan malah ganggu gue?." jawab Hana.
"Kurang ajar!!! Berani lo sama gue??!!."
Jurin hendak melayangkan tamparannya. Dengan cepat Hana menangkap tangan sebelum mengenai pipinya. Hening sejenak, dalam beberapa saat mereka saling menumbuk iris mata mereka dengan emosi yang hampir sama namun sangat berbeda. Jurin memiliki emosi marah yang blak blakan. Sedangkan Hana, matanya memancarkan kegelapan, emosi yang misterius seolah bisa saja diam diam meledak dengan amat sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Stalker
RomanceHana, seorang gadis pendiam. Tatapan matanya yang sayu terlihat selalu malas pada objek sekitar. Membuat dirinya selalu di bully oleh teman satu kelasnya, bahkan merambat hingga satu sekolah. Suatu ketika, keberadaan surat cinta di kolong meja yang...