Bab 6

395 30 6
                                    

Hana dan Ryan saat ini tengah berada di ruang kepala sekolah dan dikelilingi oleh kepala sekolah juga beberapa polisi. Hana melirik Ryan yang tampak sangat tenang, bahkan laki laki itu berani menatap satu persatu orang orang yang ada disini tanpa canggung. Berbeda dengan Hana yang sangat tidak nyaman dengan berkumpulnya orang orang besar yang tidak ia kenal.

"Baik, jadi kamu yang bernama Ryan dan kamu nak Hana?." Tanya salah satu polisi yang bernama Subroto itu.

Hana dan Ryan mengangguk menyetujui ucapan pria paruh baya di depannya itu.

"Santai saja, saya hanya akan menanyakan beberapa hal untuk kelanjutan penyelidikan." Ucap Subroto dengan senyuman.

"Mari kalian berdua ikut saya." Ajak Subroto.

Hana dan Ryan yang sedari tadi berada diruang tamu di ajak untuk masuk ke ruangan lain yang ada di ruang besar milik kepala sekolah agar lebih leluasa untuk berbicara. Sedangkan Subroto sudah lebih dulu masuk dengan satu polisi yang bernama Doni.

"Baik langsung saja Hana terlebih dahulu. Dimana kamu saat kejadian Jatuhnya nak Jurin?."

"Saya berada di dalam kelas karena pelajaran sedang berlangsung, semua murid dan guru dikelas adalah saksinya. Lalu saat semua orang keluar karena melihat tragedi itu, saya pun ikut melihat dan menjadi salah satu orang yang berkerumun waktu itu." Jawab Hana.

"Baik, terima kasih untuk informasinya, saya akan Beralih ke nak Ryan."

"Baik pak." Ucap Ryan.

"Dimana nak Ryan saat tragedi itu?."

"Sebelum tragedi itu saya sebenarnya dari kelas dan izin ke toilet karena sudah kebelet pak. Saya ditoilet sekitar 15 menit. Lalu saat saya sudah selesai dengan urusan saya dan keluar toilet tiba tiba sudah banyak murid yang berlarian dilapangan dan berkerumun. sudah itu saja pak." Jawab Ryan.

"Sebenarnya saya melihat dia duduk sendirian di sekitar toilet laki laki, saat semua orang berkerumun penasaran dengan tragedi itu, dia malah duduk sendirian pak." Kata Hana.

"Saya sudah melihatnya di cctv, dan nak Hana juga menghampiri nak Ryan kan?." Tanya pak Subroto.

"Iya pak, karena saya merasa aneh dengan dia." Tunjuk Hana pada Ryan.

"Baik, lalu apakah nak Ryan melihat sesuatu yang mencurigakan sebelum kejadian itu? Saat kamu dalam perjalanan menuju toilet?."

"Tidak, bapak pasti sudah tahu di mana tragedi itu terjadi dan letak toilet anak laki laki di sekolah ini. Otomatis saat saya fokus berjalan menuju toilet saya membelakangi area itu jadi saya tidak bisa melihat ke rooftop pak." Jawab Ryan.

Setelah mencatat yang mungkin poin penting bagi kepolisian. Pak Subroto terlihat sedang merenung dan berpikir mencerna setiap ucapan dari kedua anak yang sudah ia interogasi itu.

Tidak jauh berbeda dengan Hana, gadis itu menunjukkan wajahnya dan hampir setiap helai rambutnya menutupi wajah. Gadi itu tengah berpikir mengenai apa yang ia dengar dari Ryan. Apakah laki laki itu jujur? Yang satu satunya di luar kelas sepertinya hanya laki laki itu saja. Apakah benar laki laki itu tidak melihat apapun? Tapi Ryan menjawab semua itu dengan sangat tenang, bahkan kakinya sangat rileks tidak menunjukan kegelisahan sama sekali.

Dan gadis itu juga baru menyadari sesuatu, bukankah pelajaran sedang berlangsung saat itu? Kenapa bisa Jurin keluar dari kelas? Apakah tidak ada satu orang pun yang tahu? Sedang apa Jurin keluar dari kelas dan malah berada di rooftop dan berakhir menjadi tempat kematiannya?. Rasanya Hana sangat pusing. Hana ingin mencari tahu semua ini. Ah, Hana hampir melupakan surat itu.

"Pak bolehkah saya bertanya?." Tiba tiba Ryan memecah keheningan.

"Ya nak Ryan silahkan."

"Bukankah kasus ini dinyatakan sebagai kasus bunuh diri?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Creepy StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang