3. DEAR FOX

3.7K 508 19
                                    

"Yangyang! " Renjun berlari menghampiri Yangyang yang berada di depan perpustakaan, sepertinya pemuda itu baru saja meminjam beberapa buku terlihat dari buku yang ia pegang.

Karena berbeda fakultas membuat mereka jarang bertemu, terlebih gedung fakultas Manajemen dan Arsitektur berjauhan.

"E-eh hallo Kak" Renjun menyapa Jaemin yang baru ia sadari berada di dekat Yangyang. Renjun kenal namun tidak begitu akrab dengan Jaemin, mereka hanya sesekali bertemu jika Jaemin bersama Yangyang.

"Mau pulang bareng Njun? " Ajak Yangyang yang memang kebetulan ingin pulang.

"Mau, kebetulan mata kuliah ke dua kosong soalnya Dosennya gak ada"

Yangyang menatap Jaemin yang sedari tadi diam, memang Jaemin tidak banyak bicara ketika ada seseorang yang tidak begitu ia kenal.

"Kakak pulang bareng sama Kak Jeno aja, aku pulang bareng Renjun"

"Jeno gak dateng Yang, Hyunjin juga lagi ambeien jadi gak dateng"

"Lah, kenapa Kak Jeno gak dateng? "

"Gak tau, gak bilang apa apa dia. Ini juga di chat gak di bales sombong banget kek ketua DPR"

"Bukannya Sunoo lagi sakit ya? " Celetuk Renjun membuat mereka terkejut, Jaemin yang awalnya cuek dengan keberadaan Renjun langsung menatap Renjun meminta penjelasan.

"Iya, semalam Kak Jeno dateng ke minimarket beli kompres bayi untuk Sunoo soalnya Sunoo demam abis imunisasi bekas suntikkannya aja masih memerah"

"Djancok si Jeno gak bilang bilang, ya udah Yang aku ke rumah Jeno dulu ya" Jaemin langsung berlari menuju parkiran untuk mengambil motornya melaju ke rumah Jeno.

"Emang mereka sedekat itu ya? " Tanya Renjun sambil berjalan di samping Yangyang menuju halte bus.

"Beh! Deket banget Njun, Kak Jaemin dan Kak Hyunjin itu udah kayak Bapaknya Sunoo. Pokoknya kalau Sunoo sakit mereka ikut kerepotan"

Renjun mengangguk tidak menyangka mereka sesayang itu pada sosok bayi mungil yang ia rawat semalam.

"Kalau lo? Pernah ikut ngerawat Sunoo?"

Yangyang menggelengkan kepalanya "Gue sibuk kuliah dan kerja jadi gak sempet main sama Sunoo, gue bisa ketemu Sunoo kalau Kak Jeno bawa anak itu ke kampus"

-🐶🦊-

Seperti biasa, Renjun akan menghabiskan waktu 5 jamnya berdiri di kasir minimarket melayani pelanggan yang akan melakukan transaksi. Jika pelanggan sudah di layani ia akan membantu Yangyang menyusun barang barang di rak sesuai jenisnya.

"Udah, duduk aja Njun"

"Ck, gak usah berlebihan gue mau bantuin lo"

Yangyang mengambil sekotak susu dari tangan Renjun lalu meletakkannya di rak.

"Jangan bandel Renjun"

Renjun menatap kesal Yangyang, kenapa temannya ini terlalu berlebihan? Padahal ia hanya ingin membantu.

"Udah 6 bulan Yang, udah sembuh kali gak usah berlebihan"

"Bodo amat, gue gak mau ambil resiko kalau tuh jahitan bermasalah. Nanti kalau lo sakit siapa yang mau bayar uang kos lo? Lo juga udah nunda kuliah 1 tahun, mau nunda lagi karena tuh jahitan? "

Tutur panjang Yangyang mampu membuat Renjun bungkam, Yangyang bukan berlebihan tapi ia perhatian atau mungkin ia tidak ingin di repotkan lagi? Renjun sadar, ia sudah terlalu merepotkan Yangyang selama ini.

"Ya udah maaf, gue ke kasir ya"

Jam menunjukkan pukul 11 malam, waktunya minimarket tutup. Yangyang dan Renjun sudah menganti baju mereka dan bersiap untuk menutup toko namun seorang pemuda tiba tiba masuk membuat mereka terkejut.

"Maaf Kak toko sudah tutup"

"Bentar, ada yang mau gue beli. Gue cepet cepet kok, gak papa ya" Jeno memohon, terlihat keringat keluar dari dahinya karena berlarian ke toko dengan membawa Sunoo di gendongan hipsetnya.

"Ya udah cepet" Yangyang akhirnya mengurungkan niatnya untuk menutup toko membuat Jeno menghela nafas lega, ia langsung mengambil troli mengambil segala keperluannya tanpa melihat lihat dulu.

"Njun, gue pulang duluan ya. Kak Jaemin udah jemput didepan, lo tinggal kunci pintu toko trus tutup folding gatenya dan matiin lampu"

Renjun mengangguk meniyakan perkataan Yangyang yang langsung berjalan cepat ke luar toko tempat Jaemin yang sudah menunggu di sana. Entah ia tau atau tidak ada Jeno di dalam toko.

Setelah Jeno mengambil seluruh keperluannya ia segera melakukan transaksi, belanjaan Jeno sangat banyak entah ini keperluan untuk berapa bulan karena keperluan Renjun sebulan saja tidak sebanyak ini. Oh iya, Renjun lupa Jeno memiliki bayi yang kebutuhannya bahkan lebih banyak dari pada orang dewasa.

"Maaf karena belanja di waktu kalian mau tutup"

Renjun tersenyum ramah sambil memasukkan belanja Jeno yang sudah ia scan harganya.

"Tidak papa, totalnya 959.000"

Jeno menyerahkan kartu kreditnya segera Renjun memproses pembayaran lalu menyerahkan belanjaan Jeno.

Namun Jeno terlihat kesulitan membawa dua kantung kresek besar itu dengan Sunoo di gendongannya, walau bayi itu tertidur di hipset namun tetap saja hal itu membuat pergerakan Jeno terbatas.

"Mau saya bantu Kak? "

Jeno menatap Renjun intes, tubuh Renjun begitu mungil, apakah ia bisa membantu Jeno membawa belanjaan yang berat ini? Walau rumah Jeno tidak terlalu jauh dari minimarket tetap saja butuh tenaga ekstra membawanya.

"Bisa? "

"Bisa Kak, tapi tunggu bentar ya saya mau tutup toko. Kakak tunggu di depan aja dulu"

Renjun segera menutup toko tidak mau Jeno menunggu terlalu lama karena ini sudah saat malam dan Jeno membawa bayi kecil. Tidak baik bayi di luar jam segini.

"Ayuk Kak" Renjun membawa dua kantung itu, walau sedikit kesulitan namun Renjun tetap berusaha membawanya.

"Yang ini biar saya" Jeno merebut satu kantung dari tangan Renjun, kasihan jika tubuh mungil itu membawa barang seberat ini.

Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Jalanan juga sudah mulai sepi dan rumah rumah mulai meredup tanda orang-orang sudah beristirahat.

"Udah lama kerja? "

Pertanyaan mendadak Jeno mampu membuat Renjun terkejut, butuh beberapa detik sebelum Renjun menjawab pertanyaan itu.

"Baru sih, baru 1 minggu"

Jeno mengangguk lalu kembali hening, sama menyelami pikiran sendiri tanpa mau berbagi. Menikmati angin malam yang begitu menusuk, membuat tangan Jeno yang kosong memeluk erat Sunoo agar bayi itu tidak kedinginan.

Langkah Jeno tiba-tiba terhenti mendengar suara jatuh dari belakangnya, ia segera berbalik terkejut melihat Renjun yang sudah duduk di tanah meremat perutnya. Wajahnya memerah dan penuh keringat, sudah berapa lama ia menahan ini? Mengapa Jeno tidak menyadarinya? Bahkan belanjaannya yang sudah berhamburan di jalan sudah tidak Jeno pedulikan, ia lebih berfokus pada Renjun yang kini meremat tangannya.

"Njun, kamu kenapa? " Jeno berlutut mengenggam lengan Renjun yang terlihat kesakitan.

"Sa-sakit Kak. Perut.. Sakit"











Hayoloh Renjun kenapa tuh?



Maaf ya mantemen kalau aku gak tiap hari update, soalnya aku ada kesibukan jadi gak bisa janji bakal update setiap hari.











Tbc

DEAR FOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang