16. DEAR FOX

3.9K 419 45
                                    

Ruangan kecil itu terasa dingin dan gelap, jendela dan pintu tertutup rapat. Seperti tidak ada kehidupan walau sebenarnya ada seseorang yang kini duduk sendiri menatap sudut kamarnya dengan tatapan kosong. Berharap ia mati saja dari pada terus hidup di dunia gelap ini.

Buk

Buk

Tangan mungilnya memukul perut buncit dirinya sendiri berharap kehidupan di dalamnya segera musnah.

"Mati aja mati aja" Gumamnya sambil terus memukul perutnya, berakhir ia jatuh dari kursinya meringkuk di lantai yang dingin memegang perutnya yang sakit akibat ulahnya sendiri.

Cklek

"Ya ampun Renjun! " Yangyang teramat terkejut melihat Renjun meringkuk di lantai meringis memegang perutnya, dengan hati hati Yangyang menuntun Renjun ke ranjang.

"Adek jangan sakitin Mama dong, kasihan Mama nya" Yangyang mengusap halus perut buncit itu mengucapkan kata kata lembut mengira semua ini ulah si janin. Padahal faktanya ini perbuatan Renjun sendiri.

"Njun, tadi aku habis beli ini" Yangyang segera mengeluarkan sesuatu tadi tasnya, lalu memperlihatkannya pada Renjun. Yangyang membelikan satu set alat lukis untuk Renjun.

"Buat kamu" Yangyang belajar dari internet tentang tekanan dan depresi, dan mungkin saja melukis bisa menjadi media untuk terapi agar Renjun tidak terus terusan menyakiti janinya. Yangyang tidak ingin terjadi sesuatu pada Renjun dan janinya.

Renjun berusaha duduk di bantu Yangyang, ia mengambil alat lukis itu lalu membukanya dari plastik tipis yang melindungi alat lukis itu.

Mereka duduk di lantai, dengan berhati-hati kuas lukis itu memberi warna pada kertas putih bersih di depannya.

Yangyang mengambil bantal berbaring di lantai samping Renjun, menatap dengan senyuman tipis tiap goresan Renjun. Tangan Yangyang mengusap lembut perut Renjun yang sekarang menjadi hobi barunya setiap berkunjung ke kos Renjun.

Dug

"Njun, bayinya nendang! " Yangyang terbangun, mendekatkan telingannya pada perut buncit itu dan janin di dalamnya kembali memberikan tendangan kecil yang membuat kegiatan Renjun terhenti.

"Rasain Njun" Yangyang membawa tangan Renjun ke permukaan perutnya sendiri dan seakan tau janin di dalamnya memberikan tendangan yang lebih kuat.

"Hallo dek ini Aunty, empat bulan lagi kita ketemu" Senyum lebar tidak henti henti berpajang di wajah Yangyang, ia begitu senang dan menyayangi janin Renjun.

"Pasti dia lucu banget kayak Mamanya, ya kan Njun? Tangannya, kakinya, pasti kecil mungil banget. Apalagi nanti kalau dia udah numbuh gigi, pasti lucu banget"

Tanpa di sadari Renjun tersenyum tipis sangat tipis hingga Yangyang tidak menyadarinya, ia ikut membayangkan betapa lucu anaknya nanti ketika ia mengoceh, merangkak, dan berjalan. Tiba-tiba Renjun ingin merasakan semua moment itu.

🐶🦊

"Apa itu yang lo bawa? "

"Baju baju bayi, dua bulan lagi kan Renjun lahiran"

"Ck, buat apa sih" Haechan melipat tangannya di depan dada menatap tidak suka barang barang yang Yangyang bawa.

"Udah deh Chan, cukup. Kalau lo gak suka bayi Renjun cukup lo ungkapkan di hati lo aja, jangan di tampakin apa lagi di depan Renjun" Yangyang melangkah mendahului Haechan memasuki kos Renjun, ia sangat kesal dengan sikap Haechan yang begitu membenci makhluk tidak berdosa itu.

"Renjun, liat apa yang aku bawa" Yangyang langsung membuka kantong plastiknya memperlihatkan pada Renjun beberapa baju dan mainan bayi yang ia beli dengan uang jajannya.

DEAR FOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang