18. DEAR FOX

2.5K 284 25
                                    

Jeno menginjakkan kakinya kembali ke kampung halaman Renjun, ia cukup kesulitan membawa Sunoo dan barang barang anak itu yang tidak bisa di bilang sedikit.

"Bababa nyaa~" Sejak naik kapal tadi, si bayi tidak berhenti mengoceh menunjuk berbagai arah. Seperti ikan yang tiba-tiba muncul di permukaan air, burung yang terbang bergrombolan di udara, atau gunung gunung yang sangat tinggi.

"Jenoo!! " Seorang pemuda datang dengan tergesa-gesa langsung membawa barang barang yang di bawa Jeno.

"Syukur deh lo dateng, tangan gue kayak udah mau copot bawain nih barang" Jeno merenggangkan lengannya yang terasa linu dan memperbaiki posisi gendong Sunoo.

"Jadi lo ke kota buat ambil nih bayi? Hallo Sunoo" Haechan menyapa si bayi berpipi gembul itu, si bayi hanya memperlihatkan gigi barunya lalu kembali melihat lihat sekitar.

🐶🦊

Ketukan pintu membuat sang pemilik rumah segera membukakan pintu. Lagi lagi orang yang sama, namun kali ini orang itu membawa bayi. Winwin bingung, mengapa pemuda itu membawa bayi ke rumahnya?

"Boleh masuk? " Tanya nya tanpa ragu, Winwin masih sedikit bingung namun tetap mempersilahkan Jeno masuk. Mungkin ada titik terang dari permasalahan ini yang Jeno bawa.

"Mau apa kamu? " Yuta melipat tanganya di depan dada, menatap tajam Jeno membuat bayi yang berada di gendongan hipset menyembunyikan wajahnya takut.

"Izinkan saya bertemu Renjun om, sekali ini saja" Mohon Jeno.

"Sudah berapa lama kamu di sini? Tapi tidak ada perubahan yang kamu bawa"

"Saya janji om, jika kali ini saya gagal saya tidak akan menganggu kehidupan Renjun lagi"

Jeno begitu yakin ia akan berhasil kali ini, ia hanya ingin menjelaskan semuanya pada Renjun dan bertanggungjawab penuh atas hidup Renjun.

Yuta memberikan kesempatan pada Jeno, diam diam ia juga berdoa semoga anak semata wayangnya mau keluar kamar dan menyapa mereka.

Jeno melangkah semakin dekat dengan pintu kayu jati itu, ia mengetuk dengan keras hingga mustahil orang di dalamnya tidak mendengar.

"Njun, ini Jeno. Aku mohon dengerin aku, setidaknya untuk anak kita... Sunoo" Jeno sedikit menunduk menatap manik bulat yang menatapnya polos.

"Aku bawa Sunoo Njun" Kini suara Jeno terdengar pelan tidak seperti sebelumnya.

"Kamu gak rindu Sunoo kah? "

Tidak ada respon dari pemilik kamar, Jeno tidak putus asa kini ia mengetuk pintu lebih keras.

"Njun, dengan kamu ngurung diri kayak gini gak bikin masalah ini selesai. Aku mohon dengerin aku dulu, setelah itu aku ikut kamu. Terserah kamu mau apa, aku bakal turutin Njun"

Dalam hati Jeno terus bergemuruh takut, takut jika keinginan Renjun berbeda dengan keinginannya. Ia takut Renjun memilih menyingkirkan Sunoo dari hidupnya. Jeno takut ini kali terakhirnya Sunoo melihat Ibunya.

Cklek

Semua orang yang berada di ruangan itu tersentak. Yuta melangkah lebih dekat namun Winwin menahannya, Winwin ingin Yuta mengerti ini adalah waktu mereka.

🐶🦊

Jeno tidak dapat membuka mulutnya sedikit pun melihat kondisi Ibu dari anaknya yang jauh dari kata baik. Wajahnya kusam, kantong matanya tebal, rambutnya lepek dan terlihat lebih panjang, tubuhnya pun lebih kurus dari sebelumnya hingga pipi chubby nya sudah tidak terlihat.

"Kalau kamu cuma mau natap aku mending keluar" Sepatah kata membuat Jeno tersadar dari lamunannya. Ia sadar, ia tidak boleh membuang waktu yang berharga ini.

"Maaf"

Jeno menghela nafas, sebenarnya ia tidak ada persiapan untuk membicarakan ini. Karena ia tidak menyangka Renjun akan memberikannya kesempatan hari ini.

"Maaf"

"Kenapa minta maaf terus? " Renjun sedikit kesal karena Jeno mengulur waktu.

"Seribu maaf yang aku keluarkan dari mulutku gak bisa gantikan kehidupan berat kamu sebelumnya. Maafin aku Njun, karena aku kamu harus nerima ini semua. Seandainya aku bisa nemuin kamu lebih cepat, mungkin aku bisa bertanggungjawab lebih awal dan kamu gak perlu ngerasain ini sendirian" Suara Jeno bergetar, hatinya sakit menginggat semua yang Haechan ceritakan padanya. Ia tidak menyangka ia telah menghancurkan hidup orang lain.

"Sebenarnya aku tau laki-laki malam itu kamu"

Jeno menatap Renjun dengan tatapan tidak percaya, jelas sekali jika dia teramat terkejut.

"Ma-maksud kamu apa Njun? "

"Malam itu aku di kasih obat sama orang yang gak aku kenal, setelah efek obatnya habis aku sadar aku udah gak pakai baju. Aku kaget ada tangan meluk aku, ternyata itu kamu setelah itu aku ketiduran lagi karena efek mabukku masih ada. Waktu itu aku belum kenal kamu, wajah kamu masih asing"

"Tapi kan setelah itu kita sering ketemu Njun"

"Setelah Sunoo lahirkan? "

Jeno bingung harus menjawab apa, ia masih tidak menyangka ternyata Renjun tau siapa yang menidurinya tapi memilih diam.

"Kenapa kamu gak minta pertanggung jawaban aku? "

Renjun terdiam sejenak sebelum menjawab alasannya tidak jujur dari awal.

"Setelah dokter mengatakan anak yang baru aku lahirkan meninggal, duniaku bener bener gelap, aku seperti tidak hidup dan tidak mati. Hanya Yangyang dan Haechan yang menemaniku saat itu, setelah aku pulih aku bertekad mengejar kuliahku yang kandas tengah jalan. Aku berusaha ngelupain kejadian kelam itu, aku gak mau kejadian itu menghalangi kehidupan ku setelahnya. Aku kaget ternyata laki-laki malam itu satu universitas sama aku, tapi aku lebih kaget karena kamu sudah punya anak. Aku gak berusaha nyari informasi tentang kamu, karena kamu termasuk masa lalu kelam aku. Yang aku pikirkan kamu udah nikah, dan malam itu kecelakaan. Lagi pula yang aku tau anakku saat itu sudah meninggal, jadi tidak ada lagi yang harus kamu pertanggung jawabankan"

"Gak Njun, bagaimana pun aku udah ngerusak kamu. Walau saat itu memang anak kita sudah tidak ada dan aku udah punya istri dan anak, kamu harusnya tetap datang dan nampar aku. Kamu harusnya tetap dateng ke aku"

Tangan kekar itu menggenggam tangan kurus Renjun, menatap Renjun dengan mata yang penuh air siap untuk menetes. Ini lebih membuatnya terluka, sebenarnya terbuat dari apa hati Renjun ini?

"Jen. Masa lalu aku emang gelap, masa lalu aku memang rusak, tapi aku tetap bisa jadi Ibu yang baik buat Sunoo kan? "

Tanpa ragu Jeno mengangguk, Renjun adalah Ibu yang terbaik untuk Sunoo apapun masa lalunya. Jeno menarik Renjun dalam pelukannya, lega karena ia sudah mendengar semuanya dan ia sudah di dengarkan. Bagaimana pun mereka di masa lalu itu hanyalah jalan untuk menuju masa depan. Lagipula jika kejadian itu tidak pernah terjadi Jeno tidak akan bertemu Renjun dan Sunoo.
















Kalau ada salah tolong koreksi soalnya aku udah lupa lupa ingat alur ceritanya😭🙏🏻

Maaf ya guys cerita ini bakal slow update karena author sangat sibuk kuliah, soalnya author sedang mengejar ipk 4.0 walau sebenarnya author ini bodoh.

Terimakasih karena tetap setia sama book ini, sayang kalian😘❤









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAR FOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang