13. DEAR FOX

2.6K 373 21
                                    

"Jeno, gue minta maaf"

Beribu cara ia gunakan untuk meminta maaf pada pemuda di depannya yang kini tengah duduk di lantai memeluk lutut tanpa menatapnya, seakan dirinya adalah makhluk yang paling tidak ingin ia liat.

"Je-"

"Cukup! Gue gak mau denger apa apa lagi dari lo! " Jeno menatap Haechan dengan mata memerah, marah dan kecewa bercampur menjadi satu membuat nafas Jeno memburu.

"Lo tega tau gak" Kini mata Jeno penuh dengan air yang siap untuk turun, semua di luar kendalinya namun sebisa mungkin ia tahan.

"Lo tega misahin Ibu dari anaknya, lo tega bikin gue kebingungan nyari Ibu anak gue. Lo tau gak gimana stresnya gue nyari Ibu anak gue, lo tau gak?! "

Jeno mengusap matanya yang semakin menunpuk air yang siap untuk turun, ia menatap jauh lautan yang kini tlah gelap karena sekarang mereka berada di tengah laut di bawa oleh kapal yang sedang berlabuh.

"Gue takut, gue takut anak gue besar tanpa Ibu. Gue takut sampai besar anak gue tumbuh tanpa kasih sayang Ibunya. Gue tau gue salah karena sembarangan berhubungan dengan orang lain, tapi itu semua di luar kendali gue. Gue siap bertanggungjawab, tapi kenapa berat banget? Bagaimana caranya gue jelasin ke Renjun nanti? Orang tua Renjun dan orang tua gue"

Haechan menunduk, penyesalan terus membayanginya. Ia pikir setelah bayi itu jauh dari Renjun hidup mereka akan bahagia, ia tidak menyadari dia telah melukai banyak orang.

"Gue cuma gak mau Renjun menderita Jen, gue sayang sama Renjun. Renjun itu teman baik gue, gue gak bakal biarin dia susah" Kini Haechan ikut menumpahkan air di pelupuk matanya hingga pipinya basah.

"Dia lebih menderita kalau tau lo teman baiknya tega misahin dia dari anaknya"

Jeno langsung beranjak tanpa pamit pergi begitu saja dengan perasaan rumit, ia ingin menenangkan diri. Sebenar saja, Jeno ingin menghirup udara bebas.

"Papa janji bakal bawain Mama buat Sunoo"

🐶🦊

Rumah itu tidak sesejuk biasanya, kemarahan seorang kepala rumah tangga tidak bisa lagi di bendung. Ia terus terusan mengomel membentak anak semata wayang nya setelah mengetahui fakta yang selama ini tidak pernah ia kira.

"Jawab Papa Renjun! Kamu ngapain di kota sampai bisa hamil, ha?! Mama dan Papa berusaha menyekolahkan kamu di kota biar kamu jadi anak sukses bukannya hamil di luar nikah begini! "

Kepala sang anak terus menunduk, ia tidak berani menatap manik penuh kemarahan Ayahnya yang mengebu. Mulutnya terus tertutup tidak mampu menjelaskan apa yang terjadi padanya dahulu.

"Kalau gini bagaimana Papa jelasin ke keluarga Guanlin kalau kamu udah pernah hamil sebelumnya, bagaimana?!"

Yuta kecewa, namun ia berusaha menutup semua itu dengan amarah karena bingung harus bagaimana lagi. Ia ingin memeluk tubuh kecil anaknya namun ia sudah terlanjur kecewa, ia tau anaknya tidak mungkin sebodoh itu menyerahkan diri pada laki-laki lain.

Sementara Winwin hanya terdiam tanpa kata duduk di kursi sebrang Renjun, tidak ada niat membela sang anak walau ingin. Ia hanya ingin Renjun di beri ketegasan karena ulahnya yang sangat fatal, Winwin tidak ingin Renjun begitu di manjakan.

Tok tok

"Biar aku saja"

Winwin berdiri menuju pintu utama  membukakan pintu untuk tamu mereka, ia terkejut karena wajah Haechan yang pertama kali ia lihat.

"Ya ampun Haechan? Kamu kemana aja nak? " Winwin menangkup pipi Haechan, begitu lega karena Haechan pulang tanpa lecet sedikit pun.

Mendengar nama Haechan di sebutkan Renjun menaikan pandangannya, ia ikut merasa senang Haechan pulang dengan selamat. Namun ia cukup terkejut karena Haechan tidak sendirian, di belakang Haechan ada sesosok pemuda yang tidak asing bagi Renjun.

"Ma, ada yang Haechan ingin jelasin sama kalian"

Haechan membawa Winwin dan Jeno duduk di kursi sofa dekat Renjun, Yuta yang awalnya berdiri ikut duduk di samping Renjun.

"Sebelumnya Haechan minta maaf karena semua ini salah Haechan. Haechan tadi dengar beberapa kata Papa dari luar tentang... Kehamilan Renjun" Ucapnya hati hati.

Renjun masih setia menatap Haechan walau agak menunduk masih takut karena Yuta duduk di sampingnya, tanpa ia sadari ada manik menatapnya sedu. Jeno ingin sekali memeluk tubuh itu, mengusap surainya dan mengatakan semuanya akan baik baik saja.

"Memang itu semua terjadi, tapi ini semua di luar kendali mereka. Renjun di jebak saat itu"

Yuta dan Winwin menghela nafas berat, entah harus bereaksi apa lagi.

"Lalu siapa pria ini? " Tanya Yuta penasaran membuat jantung Jeno berdetak lebih kencang.

"Dia Jeno, orang yang menghamili Renjun"

Yuta menatap Jeno dengan tatapan penuh kemarahan, namun Winwin segera mengalihkan pandangan Yuta pada dirinya meminta Yuta agar lebih sabar.

"Setelah Renjun hamil aku dan temanku Yangyang menjaga Renjun 24 jam karena Renjun sempat depresi, namun berlahan Renjun mulai menerima bayinya. Setelah Renjun melahirkan aku... " Haechan mengantung kalimatnya, terasa berat mengungkapkan dosa yang pernah ia lakukan.

"Aku menukar bayi Renjun dengan bayi yang sudah meninggal"

"Haechan?! " Renjun berdiri menatap Haechan dengan tatapan penuh kemarahan. Fakta yang begitu menyakitkan, Renjun begitu terpukul.

"Lo kok tega sama gue Chan?! "

"Njun" Yuta menarik pelan tangan mungil Renjun agar duduk kembali, namun Renjun sudah di tutupi kekecewaan yang memuncah.

"Lo gak tau bagaimana stresnya gue setelah tau bayi gue mati?! Gue stes Haechan!! Lo semua kok bisa sejahat itu sama gue sih?! Gue benci sama lo Chan!!"

Renjun menepis tangan Yuta berlalu menuju kamarnya, mengunci diri walau Winwin sudah berulang memangil namanya ia tidak kunjung membuka pintu kamarnya.

"Haechan, ceritain sama Papa semuanya tanpa ada yang di tutup tutupi sekarang"





Next chapter full flashback

Ada yang marah gak sih sama Echan?

Ilustrasi rumah Yuwin, emang adem banget karena mereka tinggal di pedesaan tengah pulau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi rumah Yuwin, emang adem banget karena mereka tinggal di pedesaan tengah pulau.

Tbc

DEAR FOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang