05. Roti Jepang

4 2 0
                                    

Happy Reading 🕊️

~ • ~

"Kok lo bisa kenal temen gw, Bang?" tanya Melati pada Nanda sembari melangkahkan kakinya menuju toilet perempuan.

"Gak sengaja kenalan." ucap ketus Nanda.

"Ya, gw jga tau gak sengaja. Tapi gimana?" kesal Melati menatap tajam Nanda.

"Jangan suka kepo deh." ucap sarkas Nanda.

Astaga!

"Yaudah, jangan suka main hati ya, Bang."

Belum sempat Nanda membalas, netra matanya menatap kesal pada Melati yang sudah masuk ke dalam toilet perempuan.

Tak ingin menunggu lama, remaja itu berbalik dan melangkahkan kakinya menuju lapangan basket indoor.

Tadinya, sebelum Ia melihat teman Melati itu, dirinya akan pergi ke perpustakaan sekolah. Bukan untuk tidur ataupun membolos, tapi memang Ia ada buku yang ingin di bacanya.

Nanda juga sedikit heran dengan gerak tubuhnya yang secara refleks menghampiri teman Melati itu. Entah perasaan apa itu, intinya remaja itu masih belum bisa memastikan.

Berjalan dengan santai melewati koridor yang sepi karena memang jam pelajaran sedang berlangsung. Nanda dengan polosnya menuju ke tempat favoritnya.

Sesampainya di lapangan basket indoor, Nanda bukannya memainkan bola basket tetapi remaja itu malah mendekati sebuah ruangan yang berada di pojokan.

Terlihat berdebu, tapi saat pintu ruangan itu terbuka, bukan debu lagi yang terlihat. Ruangan itu, ruangan yang dijadikan Nanda sebagai tempat melepas lelahnya yang hanya Ia ketahui.

Tak ada yang mengetahui ruangan itu, bahkan Bagus yang notabene-nya teman Nanda saja tak tahu-menahu tentang ruangan itu.

Ah! Biarkan saja.

Ruangan itu terbilang cukup luas. Awalnya ruangan ini tak digunakan oleh pihak sekolah. Jadi, tanpa izin sekolah, Nanda menjadikannya layaknya sebuah kamar.

Terdapat single sofa dengan sprai berwarna coklat, dua buah bantal mini dan juga satu buah guling.

Di sudut ruangan itu terdapat sebuah etalase yang dilengkapi pintu kaca. Setiap rak tersebut berisi bingkai foto seorang wanita paruh baya.

Alrm. Ibunda Nanda. Bunga Cantika.

Nanda mendekati foto tersebut dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Tak bisa dicegah oleh remaja itu, airmatanya pun mengalir melewati pipinya dan jatuh kebawah. Nanda memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap foto Alrm.Ibundanya.

"Kita ketemu lagi?" lirih Nanda disela tangisnya.

Bahu remaja itu bergetar. Ia sungguh tak kuasa jika melihat foto Alrm. Ibundanya itu. Entahlah, perasaan bersalah selalu menghampirinya.

"Manik mata kalian sama, tatapan kalian juga sama. Bunda kembali?"

Nanda lemah.

Nanda tak bisa.

Ia tak sanggup.

Kenapa hanya menatap foto Alrm. Ibundanya dirinya menjadi lemah seperti ini?

"Bunda, nanda kangen." lirihnya dengan airmata yang tak berhenti mengalir.

Sisi yang tak pernah Nanda lihatkan. Sisi lemahnya.

"Bunda pasti udah tau kan? Namanya Lovely, bund. Matanya persis kaya bunda."

NaVeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang