07

438 77 20
                                    

Rina melangkah kan kakinya memasuki ruang UGD yang memang pada sore itu terlihat begitu ramai.

Sembari mengedarkan kepala nya, Rina perlahan berjalan menuju meja perawat yang disana nya sudah ada Esok dan juga Yadesh.

"Jadi gimana?" Seru Rina begitu sudah berdiri bersisian dengan Esok dan juga Yadesh.

Rina lantas mendekatkan layar komputer dan melihat hasil usg dan MRI milik seorang pasien yang begitu dia kenal.

"Kita terpaksa harus mengoperasi pasien, ada pembengkakan di sekitar dada dan paru, dan jika di lihat dari hasil MRI.." Yadesh menunjuk ke arah gambar di dalam layar. "Terjadi pendarahan di sekitar jantung." Lanjutnya sembari menunjuk layar komputer menggunakan bolpen dan memutari di area yang di tunjuk nya.

Rina terdiam, lalu dia melihat dari hasil USG. "Usia janin saat ini memasuki minggu ke 28, terlalu berisiko untuk melahirkan, apalagi dengan kondisi jantung  dan paru yang belum matang sempurna, di takutkan akan mengalami penyakit kelainan. Dan bahkan berat bayi pun hanya 1 kg." Ucap Rina.

"Tapi jika kita tidak melakukan operasi, kondisi ibu nya akan semakin kritis?." Lanjut Rina.

"Iya, operasi ini tidak bisa kita tunda." Ujar Yadesh.

"Kalau kita tunggu sampai usia janin menginjak minggu ke-30, ah tidak minggu ke 29,bagaimana? Sampai jantung dan beratnya sedikit lebih besar?" Tanya Rina berharap akan mendapat kan solusi lain.

"Terlalu berisiko untuk ibu nya." Terang Yadesh.

Rina menghela nafasnya pelan. "Keluarga pasien nya dimana?" Tanya Rina.

Esok lantas menunjuk ke arah seorang pria  yang menggunakan penyangga leher, tengah menunduk.

"Kau kenal?" Pertanyaan Yadesh membuat langkah Rina terhenti.

"Ya, dia kakak iparku." Jawab Rina berhasil membuat Yadesh dan juga Esok sontak terdiam mematung.

Rina berjalan mendekati Endra yang masih menunduk sambil menggenggam erat tangan Yerisa yang saat ini masih tidak sadarkan diri.

"Bang.." ucap Rina setengah berbisik.

Endra mendongak dan menatap Rina, kemudian dia tersenyum tipis.

"Mbak Caca pasti baik-baik saja, bang." Kata Rina.

"Nanti temanku, dokter Yadesh yang akan menjelaskan keadaan mbak Caca kepada abang." Lanjut Rina.

Tak lama Yadesh datang menghampiri keduanya dan meminta agar Endra segera pergi ke ruang dokter untuk menjelaskan kondisi Yerisa.

"Abang kesana aja dulu, biar mbak Caca aku yang jaga." Ujar Rina.

Endra mengangguk. "Terima kasih." Balas nya dan mulai berjalan mengikuti Yadesh masuk ke ruang dokter.

Sepenggal kepergian Endra, Rina duduk di samping Yerisa, namun sebelum itu Rina sempat memeriksa infus dan juga selang oksigen milik Yerisa yang tidak terpasang dengan baik.

Rina menatap sendu wajah Yerisa yang penuh dengan luka di sekitar pipi, leher dan juga kening.

Ingatan nya mengarah pada 15 tahun lalu, tepatnya di saat awal pertemuan dia dengan Yerisa dan juga Mahendra.

Pertemuan pertama mereka seminggu sebelum pertunangan Rina dan juga Jendral.

Siang itu Yerisa memeluk nya begitu erat dan berkata bahwa dia sangat bahagia karena akan mendapatkan seorang adik perempuan.

"Iih mbak senang banget deh! Akhirnya setelah lama jadi anak tunggal, terus nikah sama Endra jadi punya adik laki-laki. Eh gak lama kemudian nambah deh jadi punya adik perempuan!" Yerisa masih memeluk nya erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Choice ✔ JaemRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang