Epilog I

403 32 16
                                    

Jungkook terbangun dari tidurnya dalam keadaan menangis, ia semalam bermimpi sangat buruk. Nafasnya masih tersenggal-senggal dan keringat memenuhi pelipisnya. Ia memutuskan untuk pergi mandi.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Jungkook berencana untuk menikmati hari dengan bersantai di rumah. Ia turun ke ruang dapur dan melihat perempuan yang sangat ia cintai itu sedang sibuk memasak untuk sarapan mereka.

"Selamat pagi Yuna eomma", ujar Jungkook seraya melingkarkan tangannya di perut buncit sang istri.

"Selamat pagi Jeon kecil", Jungkook mengelus-ngelus perut istrinya itu.

"Selamat pagi, duduklah, sebentar lagi sarapannya selesai. Kau mau teh hangat?", tanya Yuna.

"Tidak, sepertinya hari ini aku mau kopi saja", ujar Jungkook seraya mencium pipi istrinya dan mendudukkan dirinya di meja makan.

"Baiklah kalau begitu, sebentar akan aku buatkan".

Yuna menyajikan menu sarapan dan kopi di meja makan, ia pun mendudukkan dirinya di kursi, tapi sepertinya ia sedikit kesulitan untuk duduk. Jungkook dengan sigap berdiri dan membantu istrinya itu.

"Bicaralah jika kau ingin meminta bantuan", ucap Jungkook.

Yuna tersenyum pada suaminya, semenjak perutnya mulai terlihat besar. Jungkook menjadi lebih posesif terhadapnya, bahkan untuk mandi sekalipun Jungkook selalu siaga di luar pintu takut Yuna terjatuh di kamar mandi.

"Berhentilah bersikap posesif, bahkan saat di kantor kemarin kau selalu memberi pandangan mengancam pada Jimin", ucap Yuna sambil menyantap sarapannya.

"Bagaiamana tidak, dia selalu melihatmu".

"Dia melihatku karena khawatir. Jimin adalah teman yang baik, dia bahkan melarangku untuk mencopy file dan beralasan itu akan membuatku lelah".

"Ah aku tidak bisa, sebaik apapun dia, tidak ada yang boleh melihatmu", ujar Jungkook dengan wajah cemberut.

"Kau tutup saja semua mata pegawaimu kalau begitu. Dasar laki-laki tua pencemburu".

"Yak Yuna kau bilang aku tua? Umurku masih 25 tahun".

"Terse..", ucapan Yuna terpotong, ia merasa ada sesuatu bergerak di perutnya.

"Sayang kamu kenapa, sayang?", tanya Jungkook yang mendekati istrinya.

Yuna mengambil alih tangan Jungkook dan disimpannya di atas perutnya.

"Bayi kita menendang", teriak Jungkook dengan antusias.

Yuna mengangguk dan tersenyum pada suaminya.

"Dia menendang lagi Yuna, ah aku tidak percaya ini. Jeon kecil kau sudah tidak sabar untuk melihat dunia? Kau menendang perut eomma mu dengan keras. Pelan-pelan kasihan eomma", ucap Jungkook seraya mencium perut istrinya.

"Dia sangat lincah", ucap Yuna.

"Sepertinya dia laki-laki", ujar Jungkook.

"Kita akan mengetahuinya hari ini, Oppa akan mengantarku ke rumah sakit kan hari ini?", tanya Yuna.

"Tentu saja, aku tidak akan membiarkan kau pergi sendirian. Pukul berapa janji temunya?".

"Pukul 11.00. ada waktu tiga jam lagi. Bolehkah aku bersantai dulu?".

"Kenapa kau bertanya, bersantailah, ibu hamil yang cantik ini harus banyak istirahat agar kuat berjuang bersama Jeon kecil nanti", ucap Jungkook yang masih betah mengelus perut istrinya.

"Sampai kapan oppa akan seperti ini", tanya Yuna.

"Sampai kau melahirkan Jeon kecil".

"Hmm berdirilah Oppa, aku ingin menonton tv. Ku dengar drama Jaehyun akan tayang hari ini".

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang