21.

99 10 0
                                    

"Ayo cepat, Nyonya Yu! aku ingin menjadi yang pertama sampai ke gusu. Aku sudah tak sabar melihat kelinci-kelinci gusu yang menggemaskan!" seru seorang gadis bersurai hitam sepaha dengan wajah menawan. Wajah bulatnya terlihat polos tak berdosa dengan poni micro bangs yang menutupi dahi putihnya. Gadis itu memakai hanfu.

"Jujurlah, Ming mei. kau hanya ingin menguliti kelinci-kelinci itu!" tuduh gadis bersurai perak abu-abu sepinggul yang seusia gadis pertama.

"Aku tak yakin Mingzhu berani menguliti anak-anak itu. Paman Buyut akan sangat murka jika itu terjadi, Ming jie," kata pemuda bersurai pirang platina panjang yang berdiri di samping kedua gadis itu.

"Itu, jika Paman Buyut bahkan tau siapa kita," cibirnya dengan smirk durjana hasil copas paman tersayang.

Ketiganya memakai seragam serupa yang terlihat mewah. Di belakang mereka berdiri rombongan pria dan wanita berseragam dan membawa pedang.

"Kenapa kita harus pergi ke Gusu, sih? Bukankah kita memiliki tutor yang mumpuni?" tanya Lan Mingzhu kesal. Anak bungsu Lyzbeth itu teringat akan sosok sang paman kesayangan yang tak pernah gagal membuat mereka terpesona oleh trik-trik murahan yang beliau bagikan kepada mereka sewaktu kecil. Paman Sembilan Jari adalah guru yang luar biasa. Lan Mingzhu mengangguk yakin akan pemikiran jeniusnya ini.

"Rumput tetangga lebih hijau," kata Lan Mingxia santai.

"Di Yun Shen Bu Zhi Chu ada rumput hijau?" tanya Lan Mingzhu dengan wajah teratai putih hasil pembelajaran ibunya yang terkasih.

"Sebuah tempat yang mendapat julukan Ceruk Awan, bagaimana mungkin terlihat gersang?" ujar Lan Minghao cepat.

Lan Mingzhu memasang wajah garang. Berani sekali saudaranya ini menjatuhkan wajahnya di depan pengikut sekte mereka. Gadis ketiga dalam urutan suksesi itu menunjukkan kepalan tangan kanan kepada putra pertama keluarga Lan dari garis Shuang.

"Pftt ... Ming mei. Kau jatuh ke dalam tipuan Ming di. Jika Mama tau sikapmu hari ini ... Tsk! Tsk!"

Lan Mingzhu ingin membalas ucapan kakak tertua saat ia menyadari mereka sudah berada di depan gerbang tak berpintu yang memperlihatkan ratusan anak tangga yang terpahat dari batu. Entah sudah berapa banyak nyawa yang terbuang sia-sia hanya untuk membangun tangga securam itu. Pasti saat-saat itu sangat membosankan. Duduk lesehan dan memegang martil. Hah, derita rakyat ke bawah terbawah dan lemah.

"Siapa yang memegang undangan?" tanya Lan Minghao.

Lan Mingxia membuka mulut anggur merahnya-

"Mama memberikannya pada Lao Shi yang memberikannya pada Lao Ran yang memberikannya pada Lao Min yang memberikannya pada Lao-"

"Berhenti di sana!" sela Lan Mingzhu sambil merentangkan kelima jari lentiknya di depan Lan Mingxia.

Gangguan Lan Mingzhu dimanfaatkan oleh salah satu pengikut yang setia membisu untuk memberikan undangan dengan desain membosankan yang familiar.

"Nona Muda Pertama," sapanya dengan wajah menunduk sambil mengulurkan undangan dengan hormat.

"Terima kasih, Fang Jinglan."

Lan Mingxia menyerahkan undangan kepada murid yang menjaga gerbang. Murid malang yang selalu invisible di depan tokoh utama.

"Tangga batu ini mengingatkanku pada seseorang di cawan emas Mama," ujar Lan Mingzhu sambil mengamati tangga batu yang akan mereka lalui. Sungguh aneh melihat batu berusia ratusan tahun yang tidak diselimuti lumut.

'Apakah pemeliharaan batu ini dibantu oleh mantra kebersihan?' batin Lan Mingzhu yang mendadak tertarik dengan tangga batu itu.

"Ayo pergi dan selesaikan urusan kita di sini! Hanya beberapa bulan, jika aku tak bisa menahan siksaan seperti ini, aku akan melakukan handstand tujuh hari tanpa makan dan minum sambil menulis 2000 aturan Gusu!" tantang Lan Mingxia pada dirinya sendiri.

"Tercatat!" kata Lan Minghao dengan wajah lempeng.

"Akan kuingat ini, Kakak. Persiapkan hatimu," gurau Lan Mingzhu dengan kerlingan usil.

Lan Mingxia nyaris terpeleset anak tangga saat menyadari kecerobohannya.

"Ah ah! Mulut celaka!" umpat Lan Mingxia.

"Dilarang mengucapkan kata-kata kasar di Yun Shen Bu Zhi Chu," kata pria taman dengan pakain biru yang mencerminkan pangkatnya yang merupakan ketua sekte.

"Lan Zongzhu!" sapa ketiga Ming dengan penuh kesadaran memberi salam sebagaimana ajaran sang Mama tentang adab orang Tionghoa.

"Nyonya Yu, salam. Senang melihat kalian sampai di Gusu dengan selamat. Tetapi aku khawatir aku tidak tau nama kalian?" kata Lan Xichen tenang.

"Gadis ini merupakan putri pertama pemimpin Sekte Wu, bernama Mingxia, bermarga Lan."

"Namaku Lan Minghao, putra pertama; urutan kedua dalam suksesi."

"Nama gadis ini adalah Lan Mingzhu, aku yang paling normal di antara mereka."

Nyonya Yu bertopeng yang sama dengan pengawal Lyzbeth di hari lalu hanya bisa menahan amarah meski raut wajahnya seperti lahar panas, untung ada topeng. Bisa-bisanya ketiga putra dan putri ini melupakan tata krama! Memang buah terpental tak jauh dari akar.

"Wah! Siapa ini? Lan Zhan, lihat pemuda itu mirip sekali denganmu? Hei, hei, Lan Zhan, katakan padaku kau tidak berselingkuh dariku."

"Tidak."

"Ah, Lan Zhongzhu, salam. Aku tak tau kita memiliki aturan menjemput tamu?"

"Wei Gongzi, tidak. Kebetulan aku akan pergi menemui Jin Gongzi dan berpapasan dengan mereka." Dengan senyum teduh Lan Xichen menjelaskan kepada adik iparnya.

Wei Wuxian menatap tamu yang tertahan di pintu gerbang.

"Pemuda ini mirip Wei Shimei, eh?" komentar Wei Wuxian. Pria itu memasang pose berpikir yang membuatnya terlihat imut dan menggemaskan sampai membuat seseorang ingin melakukan hal-hal yang iya-iya.

"Wei Shimei?" tanya Lan Xichen bingung.

"Iya! Bukankah gadis berbaju merah itu memiliki mata Wei Shimei, gadis berbaju emas itu memiliki hidung dan mulut Wei Shimei, dan pemuda berbaju biru ini memiliki rambut, bentuk wajah, dan alis Wei Shimei. Katakan, nak. Siapa nama kalian?" tanya Wei Wuxian tertarik dengan penemuannya.

Ketiga Ming ingin mengulangi perkenalan mereka, tapi Nyonya Yu menyela ketegangan yang terjadi karena mulut ember Wei Wuxian.

"Lan Zhongzu, Lan Er Gongzi, Wei Gongzi, maafkan kelancanganku, tapi alangkah baiknya jika kalian membiarkan kami beristirahat. Kami menempuh perjalanan jauh dan belum sempat beristirahat karena satu dan lain hal."

"Aku mengerti, kenapa kalian berdua tidak menemani rombongan Sekte Wu ke kamar mereka?" tanya Lan Xichen pada Lan Wangji dan Wei Wuxian tanpa memberi kesempatan kepada Nyonya Yu untuk menolak.

"Ah! Kami akan melakukannya, aku pemandu jalan yang baik, percayakan saja padaku dan Lan Zhan."

Lan Xichen tersenyum melihat keantusiasan adik iparnya sebelum memalingkan wajah ke arah tiga remaja yang kata Yiling Patriach sendiri memiliki kemiripan dengan mendiang istrinya. Setelah di amati, ketiga pemuda/i itu juga memiliki kemiripan dengannya. Sambil menuruni tangga Lan Xichen tersenyum.

END

Shuang Rong: Lyzbeth In Mo Dao Zu Shi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang