BAB 1

22 1 0
                                    

"Selamat untuk siswa siswi kelas 12 yang telah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun  di SMA Pancasila, semoga diluar sana kalian bisa menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, masyarakat, dan agama, kami bangga mempunyai kalian semua." riuh suara tepuk tangan mengiringi kepergian kepala sekolah SMA Pancasila dari panggung utama setelah menyelesaikan pidato singkatnya. Hari ini adalah saat-saat yang bahagia dan dinanti semua siswa siswi kelas 12 SMA Pancasila, setelah sekian lama berkecimpung dengan materi, latihan soal, dan ujian akhirnya mereka bisa lulus tepat waktu walau prosesnya menguras keringat dan air mata.

Semua orang didalam ruangan tidak melepas senyum dan rasa bahagia mereka saat ini, tidak terkecuali Zevano, laki-laki berjas hitam yang tengah duduk di salah satu bangku wisudawan. Dia terlihat tampan dengan gaya rambut slanted sweep yang memberi kesan ulzzang, didukung dengan proporsi wajah dan tubuh mirip idol korea membuatnya semakin menjadi pusat perhatian dimanapun berada.

"Acara selanjutnya dan yang terakhir adalah penyerahan penghargaan untuk tiga siswa siswi terbaik yang meraih nilai tertinggi ujian nasional tahun ini. Kami akan menyebutkan peringkat ketiga terlebih dahulu, peringkat ke tiga atas nama Nelan Putri Rejeki" mc pertama memulai menyebutkan nama peringkat terbaik ke tiga secara paralel.

"Selamat untuk ananda Nelan dan dipersilahkan menuju panggung utama untuk penyerahan penghargaan dari sekolah," pinta mc kedua, siswi yang bernama Nelan keluar dari rombongan wisudawan yang tengah duduk, lalu berjalan menuju tempat yang diminta.

"Baik, kita akan melanjutkan ke peringkat kedua, selamat untuk ananda Carelina Tasyia, ananda Carelina juga dimohon menuju panggung utama,"jelas mc pertama, Carelina juga berjalan ke panggung utama setelah namanya di sebut oleh mc, kebahagiaan terukir jelas di wajahnya.

Kali ini yang akan berbicara ialah mc kedua, dia bersiap memegang mic di depan mulut sambil sesekali melihat ke arah tulisan dikertas kecil dalam genggaman tangan kirinya," untuk peringkat pertama yaitu peringkat yang ditunggu-tunggu, hmmm jujur saja saya kaget melihat siapa yang menduduki posisi nomer satu, karena sepertinya dia adalah sosok laki-laki."

"Wahhhh" ucap semua wisudawan bersamaan mendengar clue dari mc kedua, membuat rasa penasaran semakin meningkat. " Oke, Tanpa berlama-lama kami akan menyebutkan peringkat pertama, peringkat ini diraih oleh...."

"Selamat untuk...."

"Zevano Mahendra"

Sontak semua orang terkejut dengan nama yang dipanggil mc kedua, Zevano peringkat pertama ? sungguh diluar dugaan, bahkan yang dipanggil belum bisa mempercayainya. "Eh Van, lo dipanggil itu buruan," ucap Ardiaz menyadarkan Zevano yang sejak tadi melongo, diapun cepat-cepat berdiri dan berjalan menuju ke panggung utama.

Dia berdiri di samping Carelina, kepala sekolah menyerahkan penghargaan dan sebuket bunga untuk Nelan sebagai peringkat ketiga terlebih dahulu, dilanjut Carelina dan terakhir Zevano. "Kamu hebat Zevano, Papa kamu pasti sangat bangga" puji kepala sekolah sambil tersenyum saat berhadapan dengan Zevano, bisa dibilang beliau memang mempunyai hubungan erat dengan Reino, papa Zevano. Mereka adalah teman satu angkatan semasa SMA dulu, bahkan teman sebangku. "Terima kasih pak, ini semua juga berkat doa Mama dan Papa," balas Zevano merendah hati.

Setelah pengambilan penghargaan dan foto bersama, akhirnya acara wisuda berakhir, orang-orang yang diruangan satu persatu meninggalkan tempat wisuda. Ada yang langsung pulang dan beberapa memilih tetap di sekolah sekedar untuk berfoto dengan teman , keluarga, bahkan pacar.

Zevano yang sudah keluar dari tempat wisuda masih mencari-cari Mamahnya yang sempat terpisah karena dia harus bertemu dengan bu Wati, wali kelasnya terlebih dahulu. Kedua mata laki-laki itu terus menyusuri semua tempat, hingga dia menemukan tempat duduk di sekitar pohon besar yang diduduki oleh seorang ibu-ibu berpakaian biru dongker. Diamati terus, hingga dia yakin sesosok wanita itu ialah Retha, Mamahnya. Dia berlari menuju tempat itu. Wanita yang sejak tadi mengamati keadaan di sebelah kanan kemudian mengarahkan pandangannya ke arah kiri saat merasa ada sosok yang mendekatinya, ternyata dia Zevano yang sedang berdiri memegang dadanya sambil mengatur nafas karena kelelahan berlari, terukir senyuman dari bibir Mamahnya yang membuat kerutan di mata terlihat.

DUA SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang