1. Warisan

1.8K 267 35
                                    















Di dalam sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun terbilang hampir mewah, lima orang dengan pakaian serba hitam baru saja masuk. Tiga orang duduk berjauhan di sofa, satu orang duduk lesehan di lantai, dan satu orang lagi memilih berdiri di depan sebuah piano tua.

Tidak ada obrolan yang tercipta. Semuanya seolah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Kesedihan yang begitu mendalam karna sang ayah telah pergi untuk selama-lamanya, seolah membungkam mulut-mulut yang biasanya selalu berlomba untuk saling melantangkan suara demi kemenangan semu yang tidak jelas apa hadiahnya.

Mencoba untuk saling menjatuhkan untuk menjadi yang terkuat meski mereka terikat hubungan yang sangat kental.

Ikatan darah!

Ego yang tinggi dan rasa iri menjadi pemicu utama pertengkaran yang selalu terjadi setiap hari, bahkan setiap waktu di kediaman milik keluarga besar Widjaya. Yakni seorang pengusaha sukses yang diakhir hidupnya harus menerima kenyataan bahwa perusahaan miliknya mengalami kebangkrutan akibat penipuan besar oleh client. Ditambah, ia hanya hidup berdua dengan si anak bungsu karena keempat anaknya yang lain memilih hidup terpisah akibat pertengkaran hebat kala itu.

Sejak meninggalnya sang istri, Arini Sukma— 14 tahun yang lalu, di dalam rumah ini tidak pernah lagi tercipta sebuah kenyamanan yang dibuat oleh para penghuninya.

Sebagai kepala keluarga, Widjaya pun bahkan tidak mampu untuk membuat kelima anaknya hidup rukun, layaknya sebagaimana mestinya sebuah keluarga. Hingga kemudian, satu persatu dari mereka mulai pergi, dan Widjaya pun jatuh sakit.

Pria itu meninggalkan kelima anaknya dengan sebuah misi penuh harapan bahwa mereka semua bisa rukun dan hidup berdampingan.

“Udah nggak ada yang harus diurus lagi kan? Kalau gitu gue mau cabut.”

Danielle bangkit dari duduk singkatnya dan pamit untuk meninggalkan kediaman mewah peninggalan sang Ayah. Dia tidak betah berlama-lama disana, apalagi suasana terasa sengit dan mencekam.

“Gue juga. Masih banyak urusan yang mesti gue kerjain.”

Begitupun dengan Minji yang tak kalah dingin dalam berucap. Gadis itu segera bangkit, mulai melangkah meninggalkan yang lain.

Disusul pula oleh Haerin dan Hanni yang tanpa sepatah kata turut melakukan apa yang Minji dan Danielle lakukan.

“Tunggu Kak. Kalian harus tetap disini sebelum Om Minho datang. Bukannya selaku anak ayah, kita semua harus kumpul buat bahas surat wasiat tersebut?”

Hyein mencoba menahan kepergian keempat kakaknya. Tapi yang ia terima justru penolakan secara kasar.

“Anak ayah?” Haerin tertawa sarkas. “Bukannya yang dianggap anak sama ayah cuma lo doang ya.”

Tidak ada pembelaan untuk si bungsu atas ucapan si anak nomor urut empat barusan. Karena yang lain pun beranggapan sama. Mereka menganggap bahwa sang ayah hanya menyayangi si anak terakhir.

Sejak kecil, ketika Hyein melakukan kesalahan, ayah mereka pasti tidak akan menghukumnya. Bahkan saat gadis SMP itu menginginkan sesuatu, pasti dikabulkan dengan sangat mudah.

Berbeda perlakuan untuk anak yang lain. Jika berurusan dengan si anak bungsu, pasti mereka yang akan disalahkan. Dan ketika mereka menginginkan sesuatu, sang ayah selalu mengatakan 'nanti', atau justru ditolak dengan alasan mereka harus berhemat.

Jelas itu semua akhirnya jadi sebuah pemicu kenapa si anak bungsu selalu diacuhkan oleh kakak-kakaknya.

Tapi tanpa mereka ketahui, sebenarnya dibalik itu semua, ada satu alasan yang disembunyikan oleh ayah mereka. Dan sampai detik ini, hanya Hyein, Om Minho, dan asisten rumah tangga di rumah itu yang mengetahui alasannya.

Stay With Me ; BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang