03

1.4K 112 13
                                    

"Kemarin kamu kenapa ga kuliah? Juga ga ngasih kabar sama sekali. Kamu tau, gimana khawatir nya kita, Renjun?"

Saat ini Renjun dan sahabat-sahabatnya sedang berada di cafetaria, menikmati makan siang mereka.

Hingga Renjun yang mendapat omelan dari Haechan hanya bisa menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada, membuat gestur meminta maaf. Ia lupa, benar-benar lupa tidak memberi kabar pada para sahabatnya.

Renjun merasa bersalah pada mereka karena sudah membuat mereka mengkhawatirkan nya.

"Ya maaf Chan, Na, Le." Renjun menatap satu persatu sahabatnya.

Mereka hanya khawatir terjadi apa-apa pada Renjun karena tidak biasanya Renjun tidak masuk kuliah bahkan tidak memberi kabar pada mereka.

"Cerita sekarang pokoknya, ga mau tau!"

Chenle menuntut penjelasan pada Renjun. Na Jaemin yang mereka panggil Nana pun sama menuntut penjelasan Renjun dengan tatapan matanya.

Diantara mereka berempat, hanya Nana yang jarang mengeluarkan suaranya. Namun dia bisa jadi hiperaktif melebihi yang lain kalau mood nya sedang bagus.

"Iya iya, aku ceritain. Jadi gini... " Renjun menatap sahabatnya yang balik menatap Renjun dengan serius. Ide iseng pung muncul di otak kecilnya.

"Jadi... "

Tatapan mereka semakin serius menunggu Renjun melanjutkan kalimat nya.

"Jadi.... "

Mulai kesal karena mereka sadar tengah dikerjai Renjun, serempak mengatakan kalimat yang sama,

"Cepetan cerita!"

Gendang telinga Renjun serasa akan pecah, bagaimana tidak akan pecah? Mereka meneriakkan nya tepat di telinga Renjun.

Renjun suka melihat wajah serius dari para sahabatnya itu, dia juga sangat senang saat menjahili mereka.

"Maaf maaf..., Jadi, kemarin itu ayah nyuruh Renjun ga usah berangkat kuliah, "

"Yang bener?, ga mungkin deh om Yuta ngomong begitu."

"Iya, ga mungkin banget. Waktu kamu sakit aja om Yuta tetap maksa kamu berangkat kuliah, kamu bohongin kita ya?" Chenle menyambung perkataan Haechan dan menuduh Renjun sudah membohongi mereka.

"Iya, kamu pasti lagi bohongin kita kan?, berbohong itu dosa loh," Kali ini Jaemin yang berbicara.

"Kalian asal nuduh aja, aku serius ga bohong. Makanya dengerin dulu sampai habis."

"Iya iya, yaudah lanjutkan lagi."_Haechan.

" Kemarin ada tamu spesial nya ayah, sahabat ayah dari Chicago dateng ke rumah. Jadi ayah nyuruh ga usah kuliah dulu, begitu."

Renjun mengatakan yang sebenarnya, tapi dia masih belum mau menceritakan tentang dirinya yang akan dinikahkan dengan sahabat ayahnya itu.
Ia akan mengatakannya, namun menunggu waktu yang tepat.

"Ganteng ga orangnya?" Haechan, Jaemin dan Chenle mengatakannya dengan serempak.

Mereka memang menyukai pria tampan.

"Kalau menurutku, masih ganteng om Jaehyun." Renjun memang sangat mengagumi visual Jung Jaehyun. Lebih tepatnya semua anggota keluarga Jung.

" Sudah ku duga. Ayah mertuaku memang ganteng, apalagi kak Mark," Ucap Haechan, senyumnya mengembang saat membayangkan wajah Mark, putra sulung Jung Jaehyun.

"Ayah mertuaku, Chan" Jaemin pun tak mau kalah ikut menyebut Jaehyun sebagai ayah mertuanya. Ya, Jaemin berkata begitu karena Jeno, putra kedua Jung itu adalah kekasihnya.

Om Johnny || JohnrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang