08

482 40 3
                                    

Terik matahari hari ini terasa sangat panas, sengatannya seakan bisa membuat kulit terbakar. Itulah yang renjun rasakan saat ini, kulit putihnya kini sudah menjadi kemerahan karena terpapar panasnya matahari. Peluh mengallir deras dari keningnya, bahkan seluruh tubuhnya terasa begitu lengket, dengan napas terengah-engah dan kaki yang sudah mulai lemas, ia terduduk di depan sebuah cafe yang ada di tepi pantai.

Renjun baru tersadar dan merutuki diri sendiri, betapa bodohnya ia yang kabur tanpa membawa dompet dan ponsel. Sebuah tindakan impulsif yang kini ia sesali, kabur dari jangkauan Seo Johnny tanpa membawa apa pun, hanya membawa tubuh dan pakaian yang melekatinya.

kejadian itu terjadi beberapa menit yang lalu, setibanya ia dan Johnny di penginapan. Ide gila itu tiba-tiba saja datang di otak kecilnya, ia beralasan ingin berkeliling penginapan dan mencari udara segar, Johnny yang tidak memiliki pikiran buruk sama sekali pada Renjun pun meng-iya-kan keinginan Renjun, sedangkan Johnny sendiri membereskan barang bawaan mereka.

Begitulah awal mula Renjun kabur dari Johnny, senyum lebar merekah di bibir Renjun tatkala ia berlari merasakan apa itu kebebasan, namun senyum itu seketika lenyap kala otak kecilnya memberi pesan bahwa ia kabur tanpa membawa uang. kilas balik ingatan beberapa menit yang lalu memenuhi pikirannya, ingatan saat ia meletakkan tas yang berisi uang dan ponselnya di atas meja.

Renjun mengetuk-ngetuk kepalanya dengan cukup keras sampai sendirinya merasa kesakitan.

"Bodoh, bodoh,  bodoh!" ucapnya sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

"Terus sekarang mau gimana coba? masa iya harus balik lagi ke Om Johnny? gagal dong kaburnya... argh...!" Renjun mengacak-acak rambutnya karena frustasi.

Seperti sungai di musim kemarau yang panjang, begitulah kiranya keadaan tenggorokan Renjun yang saat ini terasa begitu kering. Diliriknya kaca cafe yang berada tepat di belakangnya, di dalam terlihat sangat sejuk, dan melihat pelanggan di dalam sedang meminum minuman yang dingin, membuat Renjun  semakin haus. Apalah daya, ia hanya bisa menelan ludahnya sendiri untuk mengatasi rasa hausnya.

"Renjun?" sebuah suara berhasil membuat Renjun menoleh pada sumber suara. 

"Kak Jungwoo?" Matanya sedikit terbelalak tak percaya kala ia melihat siapa yang ada di hadapannya kini. Sosok yang tak asing lagi bagi Renjun, seseorang yang sudah cukup lama diam-diam ia kagumi.

"Kamu sedang apa di sini?" tanya orang di hadapannya yang bernama Jungwoo.

Renjun gelagapan, ia bingung harus memberikan jawaban apa untuk pertanyaan itu, otak kecilnya terus berputar mencari alasan yang bisa ia gunakan sebagai jawaban.

"Em..., aku lagi liburan, sendiri!" jawab Renjun dengan sedikit kikuk sambil mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Sendiri?" Jungwoo kembali bertanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Renjun yang ditanyai hanya menjawab dengan anggukan.

"Tumben, biasanya kalian berempat tidak pernah terpisahkan, seperti gorengan sayur." imbuh Jungwoo. Renjun hanya menanggapinya dengan senyum canggung.

Jungwoo yang melihat Renjun tengah terdiam menatap lautan lepas diseberang sana tanpa ada kata yang terucap, membuat Jungwoo memikirkan obrolan untuk mencairkan atmosfir yang terasa tak nyaman itu. Jungwoo baru teringat tujuan awal dia datang ke tempat yang Renjun singgahi saat ini. 

"Renjun, kebetulan sekali kamu lagi di sini, gimana kalau kita masuk ke dalam? di luar sini sangat panas." ucap Jungwoo sambil membuat gerakan mengingipasi dirinya menggunakan tangan.

Dalam hati kecilnya, Renjun ingin sekali masuk, tapi saat ini ia tidak memiliki uang, ia tidak ingin merepotkan seniornya itu.

"Nggak usah lah, aku di sini saja, aku lagi ingin melihat laut." Renjun kembali menatap lautan seusai ia menyelesaikan kalimatnya barusan.

Om Johnny || JohnrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang