05

1.1K 78 23
                                    

Mentari pagi ini bersinar cerah, secerah senyuman haechan, jaemin dan chenle. Mereka bertiga sudah berada di kediaman yuta sejak pukul 6 pagi, mereka juga ikut sarapan disana, menikmati masakan yang dibuat oleh calon pengantin.

"Sebentar lagi johnny sampai, kalian bertiga jangan lupa pesan saya!." Mereka ber-4 tengah duduk di ruang tamu, winwin berada di dapur sedangkan renjun sedang bersiap-siap di kamarnya.

Hari ini renjun dan johnny akan memilih cincin pernikahan mereka, lalu fitting baju dan terakhir melihat tempat yang akan menjadi tempat tinggal keluarga kecil mereka setelah menikah nanti. Tentu saja dengan tiga sahabat renjun yang menjadi 'bodyguard' renjun sampai dia menikah.

"Om, kenapa renjun kok tiba-tiba mau nikah sama orang itu?, kami penasaran banget om..." chenle dengan rasa penasarannya yang sudah meluap memberanikan diri bertanya pada yuta.

Bahkan rasa penasaran itu membuat chenle susah tidur sejak malam pertunangan sahabatnya. Saat ia bertanya pada renjun, sahabatnya itu hanya menjawab 'aku belum siap cerita'.

"Saya dan johnny dulu pernah buat janji akan menikahkan anak kita tapi, sampai sekarang dia belum juga menikah, jadi saya nikahkan renjun dan johnny. "

"Tapi om, itu kan ga adil buat renjun om," Jaemin melayangkan protes pada yuta, renjun bahkan belum pernah pacaran selama hidupnya dan sekarang dia harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya.

Hanya karena janji konyol yang Yuta buat dengan Johnny, haruskah sahabatnya itu menghabiskan sisa hidupnya bersama orang asing yang baru ia kenal dan hidup bersama tanpa cinta?. Jaemin merasa itu sangat tidak adil untuk renjun. Jaemin hanya takut sahabat yang ia sayangi tidak bahagia dalam hidupnya.

" Itu sudah keputusan saya, ini masalah keluarga saya, kalian ga ada hak buat ikut campur. Lagi pula renjun juga mau menikah dengan Johnny meskipun dia juga memberi syarat. "

"Syaratnya apa om?" Haechan yang sedari tadi mendengarkan mulai angkat bicara. Sorot matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.

"Syaratnya, kalian tanyakan sendiri pada renjun."
Yuta tidak jadi memberitahu syarat itu saat ia lihat putra manis nya menuruni anak tangga. Ia juga tidak berniat untuk memberitahu isi syarat itu, biarkan tiga sahabat anaknya mengetahui langsung dari renjun, bukan orang lain.

" Maaf ya, kalian pasti lama ya nungguinnya." Bibir mungil itu di-pout-kan oleh si empu. Terlihat sangat menggemaskan di mata siapapun yang melihatnya.

Binar matanya meneliti sekitar, mengabsen orang yang ada dihadapannya. Namun seketika sorot matanya berubah menyiratkan sedikit kekecewaan saat sosok yang ia nantikan belum terlihat wujudnya.

" Om johnny belum dateng ya? "

Semua pasang mata menatap heran ke arah renjun karena dia tiba-tiba bertanya tentang orang yang paling malas ia bahas.

" Belum. " Jawab yuta singkat.

Bibir renjun semakin maju saja saat mendengar jawaban yuta,

'ni anak responnya kok gitu?, apa jangan-jangan dah di guna-guna lagi sama om itu?' Haechan hanya bisa membatin melihat sikap tidak wajar renjun.

"Nah, yang di bicarakan datang juga." Semua atensi ikut mengarah pada orang yang yuta maksud.

Begitupun dengan renjun, saat ia lihat sosok yang di nantinya seketika matanya melebar, seperti anak-anak yang melihat banyak makanan manis didepan matanya.

"Renjun, kamu sakit?" Yang ditanya hanya Memiringkan kepalanya menampilkan wajah bingung, " Wajah kamu merah, kamu demam? " Lanjut haechan.

"Eng... A-aku ga sakit kok! " Renjun berlari menjauh dari tempatnya berdiri, meninggalkan lima orang yang terlihat bingung dengan sikap aneh renjun hari ini.

Om Johnny || JohnrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang