Hari ini renjun terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo putih yang ia kenakan. Bukan hanya tampan, ia juga terlihat manis dan anggun.
Renjun duduk dengan tenang walaupun rasa gugup sedang mendominasi dirinya. Tiga sahabatnya selalu setia berada di sisinya, berusaha menciptakan tawa agar dirinya melupakan rasa gugup itu.
Hanya tinggal menghitung menit renjun akan lepas dari tanggung jawab orang tuanya dan resmi menjadi tanggung jawab johnny sepenuhnya. Jari-jari lentiknya terus ia mainkan, terkadang juga ia tautkan jemarinya guna memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.
Namun rasa gugup itu kian melanda ketika tiga sahabatnya sudah tak menemaninya di ruangan itu. Tinggallah Renjun seorang diri disana, ia masih tidak menyangka dirinya akan segera menikah, dia bahkan tidak pernah memiliki hubungan asmara dengan siapapun jadi, dia tidak tau apa yang harus dilakukannya setelah menjadi istri nanti.
Dirinya juga bahkan tidak tau apapun tentang Johnny, orang yang akan menghabiskan seluruh sisa waktu kehidupan bersama dengan dirinya. Apa yang harus dirinya lakukan setelah menikah nanti? Hal itu terus mengganggu dirinya.
Walaupun Renjun selalu menyaksikan keromantisan orang tuanya, ia tidak begitu yakin ia juga akan seperti itu dengan Johnny. Cinta?, apakah itu akan hadir dalam kehidupan rumah tangga keduanya?. Renjun takut dirinya tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
Uluran tangan seseorang menyadarkan dirinya dari lamunan yang tanpa sadar ia lakukan cukup lama. Tangan kekar dari seseorang yang sudah memberikan seluruh cinta padanya, menjaga dan merawat dirinya dengan penuh kasih sayang. Orang yang akan menjadi garda terdepan jika ia dan baba nya disakiti. Ya, orang itu adalah Yuta, seseorang yang selalu menjadi panutan Renjun, ayahnya yang paling ia cintai di seluruh semesta.
Renjun menerima uluran tangan itu dengan senang hati, senyum lembut mengembang indah dari keduanya. Yuta menggenggam jemari mungil anak semata wayangnya, Satu-satunya buah dari cintanya dengan orang yang paling ia cintai di dunia, Winwin.
"Gugup? " Dengan lembut Yuta bertanya pada si mungil.
"Iya ayah, Renjun sangat gugup, bagaimana ini... rasanya jantung Renjun mau copot." Renjun mengadu pada ayahnya. Senyum lembut dari Yuta masih terpatri di wajahnya, ia sangat bersyukur anak semanis Renjun hadir dalam hidupnya. Anak manis yang selalu memanggilnya ayah, anak manis yang ia besarkan dengan limpahan cinta kini akan ia serahkan pada orang lain.
Seseorang yang sudah ia percaya untuk melanjutkan tugasnya menjaga serta melimpahkan kasih dan cinta untuk Renjun. Ia juga tidak menyangka momen untuk mengantar buah cintanya ke altar pernikahan akan datang secepat ini. Rasanya baru kemarin ia menemani persalinan Winwin di rumah sakit, mendengar tangis pertama dari Renjun yang baru lahir ke dunia, merasakan jemarinya digenggam oleh tangan mungil Renjun untuk pertama kalinya.
Menyaksikan Renjun yang berhasil tengkurap dengan usahanya sendiri, menyaksikan si kecil yang sudah bisa duduk sendiri, melahap apapun yang ia pegang, celotehan khas bayi mengisi hari-hari nya, membuat rumahnya terisi dengan kebahagiaan dan tawa. Apalagi saat ia lihat dengan kedua matanya sendiri Renjun kecil yang berusaha berdiri dengan cara berpegangan pada dinding, perasaan haru dan bahagia saat si kecil menyebutkan kata 'ayah' untuk pertama kalinya walaupun masih tidak jelas pengucapannya namun, tidak mengurangi kebahagiaan Yuta saat mendengarnya.
Yuta juga tidak melupakan saat kedua tangan si kecil menggenggam kedua jari telunjuknya ketika Renjun kecil sedang belajar berjalan. Air mata haru menetes dikala buah kasihnya melangkahkan kaki kecilnya pertama kali tanpa berpegangan pada apapun, murni usahanya sendiri. Semua ingatan tumbuh kembang Renjun terasa masih segar di memorinya.
Kini ia kembali menggandeng tangan si kecil bukan untuk belajar berjalan, melainkan mengantarnya menuju altar pernikahan, menyerahkan genggaman tangan si kecil pada tangan pria lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Om Johnny || Johnren
FanfictionDi usia yang baru menginjak dewasa, Renjun harus menikah dengan sahabat ayahnya sendiri. Alasannya karena dulu sang ayah dan sahabatnya berjanji akan menjodohkan anak mereka. Namun ternyata sahabat ayahnya belum juga menikah sampai Renjun sudah dew...