Chapter 6

161 16 0
                                    


"Huaaah pertemuan yang membosankan," celetuk Uehara Yui suatu siang.

Saat itu Uehara Yui, Kansuke Yamato dan Morofushi Takaaki sedang jalan bersama setelah bubaran pertemuan di suatu tempat.

"Eh sudah mulai festival musim semi, bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu ke sana?" ajak Yui.

"Boleh saja, sambil cari jajanan enak. Bagaimana Komei?" tanya Kansuke pada temannya.

Takaaki melirik arlojinya, "masih ada waktu, oke saja,"

"Cih! Kan sudah tidak ke kantor lagi, untuk apa memikirkan waktu," gerutu Kansuke.

"Sudah sudah ayo jalan!" ajak Yui riang.

Mereka bersama akhirnya pergi ke festival musim semi Nagano. Gerobak-gerobak yang menjual makanan sudah mulai bertebaran. Lampion-lampion juga sudah mulai digantungkan yang akan dinyalakan di malam hari. Bunga-bunga di Nagano pada saat musim semi juga mungkin merupakan pemandangan paling cantik di Jepang. Tidak hanya sakura, melainkan tulip, azalea serta kanola juga bermekaran di saat yang sama.

Ketiga polisi senior itu akhirnya memilih memakan ramen di sebuah restoran. Makan siang yang amat sangat terlambat. Mereka menikmati hidangan sambil berbincang-bincang. Tentu saja Takaaki lebih seperti lalat, ia menyadari hubungan Yui dan Kansuke semakin dalam. Ia toh juga sedang memikirkan hal lain. Diam-diam dalam hati Takaaki, ia mempertimbangkan untuk mengajak Haibara ke festival ini. Anak itu sudah setengah tahun terkurung dalam rumah tanpa pernah keluar, kasihan juga. Mungkin sudah aman baginya untuk keluar sekarang.

"Jimat keberuntungan! Jimat keberuntungan!" terdengar seorang ibu pedagang berseru setelah Kansuke, Yui dan Takaaki keluar dari restoran.

Takaaki hanya menoleh sepintas sebelum akhirnya terpaku lagi pada gerobak yang menjual berbagai macam jimat tersebut. Mendadak ia tertarik pada sebuah jimat kecil dengan sulaman benang merah berbentuk phoenix. Warna merah tersebut serasi dengan rambut Haibara. Kemudian lambang phoenix adalah lambang kekuatan ratu yang mampu bangkit dari abunya sendiri. Takaaki akhirnya memutuskan untuk membelinya.

"Eh? Tumben kau beli begituan Morofushi-Kun," ujar Yui bingung melihat gelagat temannya itu.

"Ah, iseng saja," sahut Takaaki sembari mengantungi jimat tersebut di saku jasnya.

"Ehhh... jangan-jangan kau sudah punya pacar yaaa?" goda Yui.

Takaaki mendengus geli, "jangan mengada-ngada,"

"Benar Yui, jangan mengada-ngada. Tidak ada wanita yang tahan sama Komei. Dia lebih dingin daripada es batu," ejek Kansuke.

"Kejam sekali perkataanmu," Yui memelototi Kansuke.

Namun Takaaki tidak mengambil hati karena sudah terbiasa dengan sarkasme sahabatnya itu.

"Ayo kita jalan lagi," ajak Kansuke.

"Ayo! Semakin malam semakin bagus dan semakin ramai nih!" kata Yui bersemangat.

"Anoo maaf aku tak bisa ikutan... Aku harus pulang sekarang," kata Takaaki.

"Eh kenapa?" tanya Yui.

"Ada yang harus kukerjakan di rumah," jawab Takaaki.

"Jangan-jangan kau benaran punya pacar!" tuduh Yui.

Takaaki hanya nyengir saja seraya melambai dan berlalu pergi, "sampai nanti,"

Kansuke dan Yui terbengong-bengong.

"Dia kenapa ya? Tidak biasanya," kata Yui.

"Entahlah, mungkin sengaja memberi waktu untuk kita berdua," kata Kansuke.

Kansuke dan Yui akhirnya jalan lagi sementara Takaaki pulang ke rumah. Ketika sampai di rumah, Haibara baru saja menghidangkan miso sup hangat.

"Tadaima," Takaaki berkata. Kata yang telah diucapkannya selama enam bulan. Biasanya ia tak pernah mengucapkannya karena rumahnya kosong.

"Ah kau sudah pulang Inspektur, aku baru saja menyiapkan miso sup," sapa Haibara.

"Gomene... tadi makan siangku agak telat, jadi masih cukup kenyang sekarang,"

"Oh..." Haibara tampak sedikit kecewa.

"Tapi kalau untuk semangkuk miso sup tanpa nasi, aku masih bisa," Takaaki buru-buru menambahkan.

"Baiklah," Haibara kembali cerah.

Mereka akhirnya menikmati miso sup bersama-sama.

"Pertemuannya berjalan lancar?" tanya Haibara basa-basi.

Enam bulan tinggal bersama, sekarang Takaaki dan Haibara sudah terbiasa berdiskusi. Tidak hanya mengenai organisasi hitam, melainkan juga kasus-kasus yang ditangani Takaaki di Nagano seperti dulu saat Haibara masih menjadi partner Conan. Diam-diam Takaaki mengagumi kecerdasan Haibara. Padahal anak ini 17 tahun di bawah usianya, tapi cerdasnya sudah melebihi professor berusia 50 tahun. Dalam benak Haibara sendiri, ia juga mengagumi polisi senior ini. Takaaki begitu tenang, tajam dan sabar. Ia cepat namun tidak tampak terburu-buru dalam menyelesaikan kasus-kasusnya. Tindakannya tepat sasaran, tepat pada waktunya.

"Eh, hanya sedikit molor dari jam makan siang. Aku, Kansuke dan Uehara akhirnya memilih makan ramen di sekitar tempat festival musim semi,"

Haibara tampak cemberut, "sudah telat makan lalu sekali makan malah mie, itu tidak baik untuk lambungmu Inspektur Morofushi. Apalagi dengan usiamu sekarang,"

Entah kenapa Takaaki jadi merasa tua karena perkataan Haibara itu.

"Kalau kau mau, aku bisa membuatkan bento untuk makan siang," Haibara menawarkan.

Dan Uehara akan semakin mengejekku karena dikira aku punya pacar... batin Takaaki.

"Bagaimana?" tanya Haibara memastikan.

"Ah anooo... tidak usah... Terima kasih. Aku tidak ingin semakin merepotkanmu Miyano-San. Lagipula tidak setiap hari juga kami makan telat, tidak perlu khawatir,"

"Baiklah kalau begitu,"

Mereka kembali menikmati miso sup.

Haibara memandang jendela, ia bisa melihat bunga sakura yang sudah mulai bermekaran di pohon-pohon depan rumah, "jadi sudah masuk musim semi ya?"

"Eh," Takaaki mengangguk, "oh ya..." ia mengeluarkan jimat yang dibelinya dari saku jas dan menyerahkannya pada Haibara.

"Ini? Jimat keberuntungan?" Haibara melongo melihat jimat itu.

"Eh, kubeli di tempat festival,"

"Untukku?"

"Tentu saja, supaya kau tidak terus menerus menyalahkan dirimu sendiri sebagai pembawa sial," ujar Takaaki.

Haibara nyengir, "arigatou. Ini mungkin pemberian pertamamu yang bersifat dewasa. Biasanya kau membawa pulang baju anak-anak,"

"Mau bagaimana lagi? Kau memang anak-anak,"

Haibara mengangkat sebelah alisnya, "aku 19 tahun,"

"Di mataku sekarang, kau tetaplah anak-anak,"

Haibara memutar bola matanya, "ya ya baiklah, aku hargai semua pemberianmu. Aku tahu tidak mudah melakukannya. Para penjaga toko pasti mengira kau membelinya untuk anak perempuanmu,"

"Tepat sekali,"

Haibara kembali memandang jendela, "aku terlalu lama di rumah, sampai lupa waktu. Ternyata sudah musim semi saja,"

"Kau mau keluar?" tawar Takaaki.

Haibara diam tertegun.

"Aku punya waktu akhir minggu ini kalau kau mau ke festival musim semi,"

Haibara memandang Takaaki, "bolehkah?"

"Sudah enam bulan berlalu sejak peristiwa itu dan tanpa info pergerakan baru dari organisasi. Kau juga harus sedikit bersenang-senang Miyano-San. Musim semi di Nagano sangat indah, sayang kalau kau melewatkannya,"

Haibara tersenyum, "Baiklah. Arigatou Inspektur,"

Love of The StrategistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang