Chapter 20

154 15 0
                                    


Orang tua Shiho kembali membuka Klinik Miyano di rumah lama mereka di Tokyo. Shiho akhirnya bisa merasakan hidup bersama keluarganya. Seandainya saja kakaknya Akemi masih hidup, tentu segalanya akan lebih sempurna.

Shinichi, Shiho dan detektif cilik mengurus rumah peninggalan Profesor Agasa. Di buku catatan harian Profesor Agasa, tertulis cita-citanya untuk membuka balai penelitian khusus untuk pertukaran pikiran para ilmuwan muda. Profesor Agasa tidak punya anak dan tidak punya saudara lain. Satu-satunya yang bisa mewujudkannya adalah Shiho. Maka bersama ayahnya Atsushi, Shiho membuka balai penelitian Agasa Research Institute.

Rum, Vermouth dan Gin bertahan terhadap siksaan di penjara. Mereka tidak juga membocorkan markas pusat Karasuma Renya. Namun Vodka dan Korn tidak tahan siksaan, akhirnya mereka lah yang buka mulut. Markas besar Karasuma Renya dikepung. Pria renta itu ditangkap dan segala dokumennya digeledah untuk menangkap sisa-sisa anggota organisasi yang mungkin masih tersebar di seluruh dunia.

Shiho akhirnya juga mengetahui dia bersepupu dengan Masumi Sera dan masih memiliki bibi dari pihak ibu Mary Sera. Mereka akhirnya sering berakhir pekan bersama. Namun Akai Shuichi yang memiliki masa lalu dengan Miyano Akemi masih menarik diri. Dia tetap tinggal di Amerika dan bekerja di FBI.

Shinichi menjalani hidup normal. Bersama Ran, Sonoko, Masumi dan Shiho mereka bersama-sama memasuki universitas Tokyo walau semuanya berbeda jurusan. Shiho berniat mengambil gelar PhD nya. Sekarang anak-anak muda itu juga sering nongkrong bersama di sela-sela kesibukan kuliah.

Suatu sore menjelang malam setelah menutup laptopnya mendadak pandangan Shiho tertuju pada jimat keberuntungan yang tergantung di ponselnya itu. Kemudian ia menarik laci meja belajarnya dan mengeluarkan benda tersebut, walkie talkie hello kitty.

Takaaki-Kun... Kira-kira dia sedang apa... batin Shiho.

"Shiho sayang," Elena mengetuk pintu sebelum memasuki kamar Shiho.

"Okasan..."

"Makan malam sudah siap. Tidak usah menunggu Otosan, karena katanya dia ada pertemuan dengan teman ilmuwannya untuk membicarakan Agasa Research Institute,"

"Oh oke,"

"Eh? Kau kenapa?" Elena membaca kebimbangan di wajah Shiho.

"Kenapa apanya?"

Elena merangkul putrinya dan memandang jimat yang dipegang Shiho, "sedang memikirkan sesuatu?" tanyanya. Meski mereka ibu dan anak yang baru bertemu, kemampuan Elena untuk membaca pikiran putrinya tidak luntur.

"Anooo Okasan..."

"Uhm? Nani?"

"Seandainya ada dua orang. Yang satu adalah yang kau cintai dan yang satu lagi kau tidak mencintainya tapi kau nyaman sekali bersamanya. Mana yang akan kau pilih?"

"Hmmm..." Elena berpikir sejenak meski ia mengerti siapa yang dimaksud putrinya. Dengan hati-hati ia berkata, "Shiho-Chan, banyak orang salah mengira kalau cinta itu segalanya,"

Shiho diam menyimak ibunya.

"Tapi coba kau pikirkan, berapa banyak rumah tangga yang hancur padahal awalnya saling mencintai?"

Shiho mengernyit, berusaha mengerti maksud ibunya.

"Banyak yang menderita atas nama cinta. Cinta yang dijadikan sebagai syarat. Contohnya, bila kau mencintaiku jadilah begini atau jadilah begitu... Itu bukanlah cinta yang sesungguhnya Shiho-Chan..."

"Lalu?"

"Lihat juga berapa banyak rumah tangga yang bahagia meski awalnya tanpa cinta karena di dalamnya ada suami-istri yang saling menghormati dan menghargai. Suami-istri yang tidak saling memaksa untuk menjadi orang lain. Perlahan-lahan akhirnya mereka jatuh cinta dan bahagia..."

"Jadi maksud Okasan..."

"Eh... cinta bisa mati tapi cinta juga bisa tumbuh..."

Shiho tertegun merenungkan.

"Pilihlah dia yang membuatmu nyaman yang tidak memaksamu untuk menjadi orang lain. Seseorang yang bisa membebaskan Shiho untuk tetap menjadi Shiho..."

Kau akan mempunyai pilihan yang lebih bebas Shiho, aku akan mengupayakannya meski harus mati... Shiho teringat kata-kata Morofushi Takaaki.

"Seseorang dimana di hadapannya kau tak perlu menjadi orang lain. Perlahan-lahan cinta akan tumbuh, dengan pupuk yang baik dia bahkan lebih kuat,"

Shiho tampak lebih lega sekarang, dadanya lebih ringan, "aku mengerti Okasan. Arigatou..."

"Daripada menunggu pintu yang sudah tertutup, lebih baik kau menghampiri pintu yang masih terbuka," tambah Elena.

"Uhm," Shiho mengangguk bersemangat.

Elena tersenyum, "Okasan tunggu di ruang makan ya,"

"Eh,"

Saat mencapai pintu mendadak Elena berbalik lagi, "ah minggu depan kan sudah libur Natal, siap-siap ya kita akan pergi sekeluarga,"

"Eh? Kemana?"

"Liburan,"

"Liburannya kemana?"

"Nagano,"

Love of The StrategistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang