2. mie rebus dan kak yoshi

721 103 2
                                    

"Caramel Macchiato 1, sama Scone nya satu. Totalnya 45 ribu ya kak. Ini kembaliannya."

Yoshi mundur dari konter untuk beralih membersihkan beberapa meja yang terlihat sudah ditinggalkan para pelanggan. Dengan cekatan dirinya membersihkan sisa sampah minuman dan makanan, tidak lupa memberi cairan pembersih agar meja Cafe selalu terjaga kebersihannya.

Kling!

Pintu tertutup dan kehadiran Jihoon membuat Yoshi agak heran. Dijam segini biasanya Jihoon akan main game dan tidak keluar dari kamar mereka.

"TADA!!." Yoshi memegang kunci gantungan kunci miliknya yang tadi ia pikir hilang. Segera ia ambil dan mengucapkan terima kasih kepada Jihoon. "Tadi pas tabrakan kayaknya jatoh."

"Tumben keluar jam segini?"

Jihoon duduk disalah satu kursi. "Gara-gara Asahi nih! Dia belum balik ke Asrama, jadi gue yang harus tour guide empat anak baru di Asrama."

"Empat? Perasaan tadi cuma tiga deh?"

"Satu lagi telat dateng. Bukan mahasiswa baru." Jihoon melirik kasir kemudian berjalan untuk memesan minuman. "Dia bilang tinggal di Busan. Dan capek bolak balik, jadi mau pindah ke Asrama."

"Busan? Lo kenal?" Tanya Yoshi.

Jihoon yang merasa bunuh diri kemudian mencibir. "Lo pikir Busan cuma dua meter apa? Mana gue kenal!"

Yoshi terkekeh. Membuat Peach Tea kesukaan Jihoon tanpa harus menunggu Jihoon memesan.

"Shift lo gimana nih? Besok udah mulai ngampus."

"Udah ngatur sama Asahi kok. Kita nggak punya kelas yang sama."

Jihoon menyedot Tehnya dengan perasaan bahagia. Biarpun dia yang membuat resepnya, buatan Yoshi adalah yang paling enak menurutnya.

Tepatnya, Cafe tersebut adalah milik Jihoon. Anak itu memang suka berbinis dan akhirnya membuat Cafe di dekat lokasinya. Yoshi dan Asahi lah yang bekerja di Cafe dan untuk urusan Administrasi tetap ada ditangan Jihoon.

"Lo besok ada kelas pagi?"

Yoshi mengambil gelas kosong di depan Jihoon yang terlihat pucat diatas meja. "Ada, Analisis Film."

"Hm? Ngapain lo ngambil kelas itu?"

"Lo juga ngapain ngambil kelas itu?"

Jihoon berkedip. "Tiga SKS sih.. Tapi kata kak Hyunsuk kita cuma analisis dasar."

"Yup! Dan... Gue nggak punya waktu kalau harus ambil kelas praktek." Sahut Yoshi dari balik Kasir.

Benar juga, Yoshi akan kuwalahan dengan tugas praktek jika mengambil kelas lain. Sengat Jihoon juga anak itu tidak lulus beberapa mata kuliah tahun lalu dan harus mengejar SKS.





•••






"7.30?! GILA LO?!"

Jeongwoo menutup kupingnya. Matanya memekik tajam ke arah Haruto yang baru saja berteriak ke arahnya.

"Lo nggak mungkin kan ngambil kelas siang mulu, anjir! Kalau bokap gue tau yang ada kita bertiga bakal kena omel!" Balas Jeongwoo tidak kalah nyaring.

Seperti biasa Junghwan memilih diam, dirinya sibuk merapikan buku dan pakaiannya ke dalam lemari.

"Sialan gue males banget bangun pagi. I'm not a morning person!"

Jeongwoo mendecih. "Kan nggak tiap hari, ege! Udah jangan bacot lagian lo berdua nyuruh gue yang ngambil kelas. Ya jangan nyalahin gue lah!"

"Park Jeongwoo sialan." Sampai akhir pun Haruto masih tidak terima.

Harusnya dia memilih kelas sendiri jika begini. Padahal hidup di Asrama yang dibayangkan Haruto bisa senyaman mungkin tanpa orang tua atau perawatnya yang akan membangunkannya tepat waktu hanya untuk sarapan.

Pindah ke sini malah membuat Haruto harus bangun lebih pagi hanya untuk mendengarkan materi yang membosankan dari dosen.

"Kelas apa besok?"

Jeongwoo menoleh. "Analisis Film. Lo juga jangan protes! Lo bilang ambil kelas yang nggak ada tugas Prakteknya kan? Gue bela-belain beliin Bang Woojin lego baru supaya dia ngasih tau gue matkul mana yang nggak ada Prakteknya."

Melihat wajah kesal dan omelan Jeongwoo, Junghwan mengangguk ragu. "G-gue suka nonton Film kok."

"Dan lo... Arghㅡ jangan bikin masalah deh pokoknya! Ini bukan LA, Jam! Lo bisa langsung Drop Out kalau bikin masalah, oke?!"

Junghwan terdiam sejenak mencerna kalimat yang baru saja ia dengar. Tanpa menjawab dirinya berdiri dan menyambar ponselnya di atas kasur.

"Mau kemana lo?! Udah malem." Namun ucapan Jeongwoo mengabaikan Junghwan. "JAMIE?!"

"Mau bikin mie instan, elah. Berisik deh." Kemudian terdengar gerutuan Jeongwoo dibelakangnya. "Dan berhenti manggil gue Jamie."





•••





Yoshi berpaling ke arah dapur. Kunyahannya terhenti melihat seorang pemuda tinggi yang terlihat bingung menatap kompor di depannya.

Ia menghela napas sejenak, kemudian menaruh sumpitnya di atas meja. Yoshi beranjak untuk mendatangi pemuda tersebut.

"Mau bikin apa?"

Junghwan, si pemuda tinggi membalik badan. Ia tidak lantas menjawab kemudian menunjuk mie instan yang ada disebelahnya.

"Baru ya?" Junghwan menjawab dengan sebuah anggukan.

Setelah beberapa saat akhirnya mie instan Junghwan telah siap. Tentu saja dibuatkan oleh Yoshi yang sekarang sudah kembali ke mejanya, melanjutkan makannya sembari sesekali melihat buku catatannya.

Junghwan kemudian duduk dihadapan Yoshi. Merasa tidak asing dengan orang dihadapannya ini, lalu dirinya seketika mengingat kejadian tadi pagi saat Jihoon ditabrak seseorang, dan benar orang itu adalah Yoshi.

"Nggak dimakan?" Lamunan Junghwan teralihkan. Yoshi tengah menatapnya bingung sembari menyodorkan sepiring kimchi yang tadi ia makan.

"Angkatan berapa?"

Yoshi menutup bukunya. Kemudian menjawab dengan santai, "2020."

Baru saja Yoshi ingin beranjak, Junghwan kembali memanggilnya. Kali ini dengan sebutan kak diujung kalimat. "Nama lo siapa, kak?"

"Gue? Yoshinori."


**

Ditto | HwanshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang