Assalamu'alaikum.
Hallo, apa kabar?
Sehat, ya, kalian?Aku tuh males nulis, mana sibuk lagi, badan juga kurang Vit.
Kurang duit, kurang perhatian, kurang kasih sayang😭Follow dulu, ya, biar ada notif terus😁
Follow juga IG aku, @qoljannaturofiahUdah, lanjut, ya? Terima kasih telah membaca. Kritik saran diterima dengan baik, kalo nggak feel, komen ya😭
(。>‿‿<。 )
"Sebenarnya setiap detik waktu sangatlah berharga karena ia bisa mengetahui apa yang tidak diketahui orang-orang."
(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و
"Ada apa, Sya?" Adnan bertanya dengan heran saat melihat mata Tasya yang sembap.
Perempuan itu datang ke rumahnya dengan muka tertekuk, nyelonong masuk dan memakan kue yang ada di atas meja. Perempuan itu sangat membuatnya bingung.
"Gue sedih, Nan," jawab Tasya seadanya.
"Sedih? Masalah apa?" Adnan ikut duduk dan meraih kue kering di dalam toples.
Tasya melirik dengan ragu pada Adnan.
"Biasa aja sama gue, mah. Nggak usah sungkan, tapi kembali ke lo aja, sih." Adnan berujar dengan pengertian.
"Bokap gue datang, disuruh pulang," jawab Tasya seadanya. Ia kembali merenung sembari menghadap ke layar televisi yang menampilkan siaran gosip.
Adnan yang mendengar itu menghela napas. "Sulit juga, ya? Disuruh lanjutin pernikahan yang batal kemaren?" ujarnya memastikan.
Lagi Adnan menghela napas melihat anggukan dari perempuan di depannya. "Hidup ini memang rumit, Sya, tapi kayaknya masih rumit rumus fisika."
"Gue kira hidup seorang Adnan Farizal yang paling menyakitkan, ternyata ada yang lebih dari itu," ujar Adnan. Ia melirik canggung pada Tasya karena takut salah bicara.
"Lo nggak boleh nyerah buktiin pada mereka kalo lo nggak salah," sambung Adnan.
"Nggak mudah, Nan. Mereka itu keras, apalagi papa, pendirian dia itu mantap banget sulit buat digeser," ujar Tasya. Tiba-tiba kepala gadis itu bergerak, bersandar pada bahu Adnan. Membuat lelaki itu menegang, ini sangat canggung.
Adnan menetralkan tubuhnya, ia berdeham, kembali meraih kue untuk dimakan guna mengalihkan perhatian dirinya sendiri. "Nggak mudah bukan berarti nggak bisa, 'kan? Sulit bukan berarti mustahil, Sya. Gue akan ada di samping lo," ujarnya.
Hati Tasya terenyuh mendengar itu. Ia merasakan haru, baru ini ada orang yang peduli akan dirinya. Ternyata Adnan tidak seburuk yang ia pikirkan. "Makasih banget, Nan. Lo baik banget, padahal kita belum lama kenal," ujarnya.
Adnan berdecak. "Santai." Dan seperti dugaannya, Tasya tidak seburuk yang ia pikirkan. Perempuan itu bahkan rela menemani ke pantai padahal dirinya sendiri phobia laut.
"Kabari gue kalo ada apa-apa, jangan sungkan," ujar Adnan yang tanpa sadar mengusap kepala Tasya yang masih bersandar di bahunya.
Mereka terdiam sembari menikmati masa-masa berduaan, hingga akhirnya suara orang berdeham mengalihkan atensi kedua orang itu.
"Akur, ya? Dilihat dan diterawang, kalian ini cocok jadi pasangan, gimana?" Orang itu Shafira, ia baru pulang dari supermarket membeli keperluan rumah. Sepulangnya ia dibuat terkejut dengan kedekatan Tasya dan anaknya, itu sangat membuatnya senang.
"Iya, nih, Bu. Tasya nyaman banget bersandar di bahuku, mungkin udah nyaman, ya?" Adnan berdeham dan menegakkan duduknya. Ia melirik Tasya dengan senyuman menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh (On-going)
Teen Fiction"Yang satu ditinggal nikah, satunya lagi gagal nikah, cocok kali ya?" Awalnya, Adnan dan Tasya tidaklah mengenal satu sama lain, tetapi sepertinya Tuhan memang tidak akan salah mengatur perihal jodoh. Mereka yang awalnya selalu bertengkar kini sal...