4. Dibalik Hidup Sempurna

12.6K 514 10
                                    

HALO APAKAH KALIAN KANGEN SAMA CERITA INI?? WKWKWK SUCI KEMBALI MEMBAWA UPDATE CERITA RAKHSAN DENGAN PENUH KEYAKINAN HAHAHA.

BUAT KALIAN JANGAN LUPA VOTE SEKALIGUS KOMEN CERITA INI YA CANTIK GANTENGG😍😍

JANGAN BIASAKAN JADI SIDERS!

ABSEN DULU YOK, DARI MANA AJA🫵

Happy Reading All 💫💐💐

*
*
*
*

~o0o~

Rakhsan perlahan memasuki rumahnya. Rumah dengan nuansa setengah gelap itu membuat dirinya mendesah pelan. Rakhsan terus menatap sekeliling rumah, tak ada siapapun disana, rumah itu terlihat suram. Hanya ada Rakhsan seorang dibaluti keheningan.

Setelah selesai mengatar Vania ke rumah Oma nya. Rakhsan memilih pulang untuk beristirahat sejenak.

"Semua masih sama. Gak ada yang berubah," gumam Rakhsan pelan. Ia menarik napas panjang sambil menatap sekeliling rumah yang terkesan tak berpenghuni itu.

Wajar jika rumahnya sepi. Agra dan Olivia tentu akan sering pulang telat ke rumah karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing diluar sana. Padahal Rakhsan sangat menginginkan satu hal, saat kepulangannya dari sekolah, ia ingin melihat wajah kedua orangtuanya dirumah. Tapi apalah daya, semua orang pasti punya kesibukannya sendiri. Dan Rakhsan tidak diharuskan berharap lebih.

"Apa yang gue harapin?" tanya Rakhsan pada dirinya sendiri setelah berdecak singkat. Tak ingin membuang waktu. Rakhsan langsung melangkahkan tuai kakinya menaiki anakan tangga. Cowok itu berniat untuk masuk ke dalam kamarnya.

Setelah memasuki kamar dengan nuansa abu-abu dihiasi dekorasi sederhana itu, tatapan Rakhsan langsung tertuju pada sebuah cermin besar yang berdiri kokoh di sudut kamarnya. Dengan langkah cepat ia langsung mendekat, berdiri di depan cermin mengamati pantulan dirinya di sana.

Rakhsan terdiam saat menatap dirinya di pantulan cermin. "Sialan!" umpatnya. Dengan cekatan ia membuka seragam sekolah abu-abu itu. Perlahan tubuh atletis nya terekspos sempurna menampakkan otot-otot kekarnya yang terkesan gagah. Tapi satu hal yang harus disadari, luka-luka baru, lembam, serta bekasan luka lama yang tergores-gores di setiap inci badan cowok itu terkesan membuat ngilu.

Rakhsan tak bergeming. Ia hanya menatap setiap luka itu dengan tatapan dingin. Tangan kanannya kini tergerak menyentuh luka baru yang berada di bawah pusat. Sesaat, ia meringis. "Gue harus apa biar di tubuh gue gak ada luka baru?"

Rakhsan menutup matanya sejenak. Sekuat apa tuhan mengira dirinya?

Rakhsan menarik napas pelan. Beruntung luka nya tak tergores di tempat yang dapat dengan mudah ditangkap oleh penglihatan mata. Rakhsan bersyukur luka itu hanya ada di punggung, paha dan perutnya. Karena ia tak ingin orang tau akan hal menyedihkan yang terjadi dalam lingkup hidupnya.

Tak berselang lama. Seakan dunia tak mengizinkan Rakhsan merutuki nasibnya yang malang. Sebuah suara bariton yang terdengar berat berhasil mengalihkan fokus Rakhsan.

"Tuan muda."

"Nanti malam akan ada acara penting yang harus tuan muda hadirin bersama tuan dan nyonya besar. Tuan besar berpesan agar anda bersiap-siap, dan tidak membuat keributan."

RAKHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang