7. Disembunyikan

14.6K 617 111
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan menekan bintang dan komen sebanyak-banyaknya yaaaa, ayo sama-sama berinteraksi di kolom komentar hihihi.

~o0o~

"Di mana cewek gue?!"

Prang...

Suara sentakan keras dan pecahan kaca yang nyaring terdengar memenuhi ruangan berdinding putih polos. Aroma obat-obatan yang kuat dan menyengat menyeruak, menciptakan suasana yang khas di rumah sakit.

Di tengah ruangan yang dibaluti aroma berbagai macam bau obat-obatan itu. Terlihat Rakhsan berdiri dengan tubuh sedikit sempoyongan di samping nakas. Keadaannya terlihat tak memungkinkan, terlihat kepalanya dibaluti perban tebal.

"Gue tanya sekali lagi. DIMANA PAPA NYEMBUNYIIN CEWEK GUE!" teriak Rakhsan lagi dengan nada frustasi. Ia menatap dua bodyguard berbadan kekar  yang berdiri tegap di sisi pintu, menatap Rakhsan dengan ekspresi datar. Mereka adalah suruhan Agra.

"JAWAB GUE, ANJING!" teriak Rakhsan lagi. Ia terlihat frustasi, sangat frustasi sekarang.

Rakhsan sangat mengkhawatirkan kondisi Vania, tapi ia malah dikurung didalam ruangannya. Dan sialnya, cowok itu mendapat kabar dari Gavin yang tadi mengirim pesan bahwa Vania tidak berada rumah sakit yang sama dengannya.

Rakhsan yakin, ini pasti ulah Agra. Pasti Agra menyembunyikan Vania di tempat lain. Rakhsan mengeram marah, ia menggepalkan tangannya saat mengingat kelancangan Agra.

Papa nya tidak berhak melakukan itu semua! Ia tidak sepatutnya menyembunyikan Vania, bukan? Rakhsan lagi-lagi menggepalkan tangannya, sial ia malah dibuat seperti tahanan sekarang. Cowok itu tak bisa keluar, bahkan hanya sekedar dijenguk oleh temannya pun tidak bisa.

"BILANG SAM___shhhhh."

Sesaat Rakhsan memegang kepalanya, merasakan rasa pusing yang luar biasa menyerang di titik sana. Dia berdesis mencoba menahan rasa sakit. Tapi, semakin di tahan, rasa sakit itu semakin luar biasa menggerogoti kepalanya.

Tubuh Rakhsan bergetar. Dirinya gemetaran menahan rasa sakit, ia berusaha sekuat mungkin menahan tubuhnya agar tidak tumbang dengan berpegangan di kasur sana.

Rakhsan meringis pilu, tubuhnya seperti tercabik-cabik, perlahan tangannya menyentuh pundaknya yang terasa basah sekaligus perih itu. Rakhsan menarik napas panjang saat tangannya kini sudah dipenuhi darah. Sepertinya luka di bahunya terbuka lebar.

Kepalanya lagi-lagi berdenyut hebat, membuat Rakhsan meringis.

"Tuan muda. Seharusnya anda beristirahat!" ucap Haider yang baru saja masuk ke ruangan Rakhsan. Buru-buru pria itu menghampiri Rakhsan, memegang bahu nya untuk menuntut cowok itu kembali ke kasur.

"Dimana papa nyembunyiin cewek gue?" lirih Rakhsan dengan nada parau. "Dia baik-baik aja, kan?" tanya Rakhsan lagi. Kini suaranya terdengar bergetar.

Haider hanya diam, tak menjawab ucapan Rakhsan. Kesannya seperti enggan.

"Kalian bisa keluar," ucap Haider pada dua orang disana.

"Tidak bisa, kita disini untuk menjaga tuan muda!"

"Menjaga apanya! Tuan muda bahkan hampir tumbang kalian bahkan tidak bergerak sama sekali ditempat kalian!" balas Haider geram.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAKHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang