6. Accident?

12.5K 504 48
                                    

SEBELUM MEMBACA MARI SEMPATKAN DIRI UNTUK MEMBERI VOTE DI CERITA INI. JANGAN LUPA KOMEN AGAR AKU BISA LEBIH SEMANGAT LAGIII😍😍

TANDAI TYPO JUGA YA!

Happy Reading All 💐💐
*
*

*
*

“Tentang rasa yang harus abadi dalam bait aksara, tentang asmaraloka, tentang harsa yang harus menjadi lara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tentang rasa yang harus abadi dalam bait aksara, tentang asmaraloka,
tentang harsa yang harus menjadi lara.”
—Author.

~o0o~

Vania menatap sekeliling yang sudah mulai gelap sempurna. Langit yang sempat berwarna jingga itu kini berubah hitam pertanda malam sudah datang. Vania yang sedari tadi menunggu Rakhsan hanya bisa mendesah pelan kala kekasihnya itu masih belum terlihat sosoknya.

Vania menutup matanya sejenak, menengah ke langit merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Angin malam yang lumayan dingin serta halte yang cukup sepi itu tak membuat Vania gentar menunggu Rakhsan di sana.

"Lagi-lagi gue repotin dia," gumam Vania lesu.

"Kenapa selalu dia yang bisa gue andalin," gumamnya lagi.

Vania menunduk lesu, ia merasa dirinya sangat payah karena hanya bisa mengandalkan Rakhsan seorang. Sedangkan dirinya sendiri? Ah sudahlah!

Brum...

Vania menatap lurus seketika saat mendengar suara mobil terparkir di depannya. Itu Rakhsan, pacarnya. Senyum Vania seketika terbit menyambut kehadiran Rakhsan.

Rakhsan langsung keluar dari mobil dengan tergesa-gesa, tatapannya yang terkesan khawatir berhasil terpancar dari bola mata kecoklatan nya itu. Jelas ia sangat khawatir pada Vania.

Pasalnya cewek itu hanya mengenakan kaos putih polos dengan lengan pendek. Buru-buru Rakhsan melepas jaket yang ia pakai, memasangkan jaket itu dengan lembut di tubuh Vania.

"Hehehe makasih karena mau aku repotin," ucap Vania cengengesan menatap pacarnya.

Rakhsan tak menjawab. Cowok itu malah mendekap tubuh mungil Vania tanpa permisi.

"Jangan senyum gitu. Aku tau kamu lagi gak baik-baik aja. Gak perlu senyum. Itu lebih terkesan menyakitkan. Ada aku disini, kamu boleh nangis sepuasnya," ucap Rakhsan lembut. Cowok itu mengelus dengan lembut kepala Vania, Rakhsan tau, bahkan tau persis apa yang bisa terjadi antara Vania dengan neneknya.

"Aku baik-baik aja, San," balas Vania berusaha menguatkan diri sendiri. Ingin terkesan baik-baik saja, tapi nyatanya cewek itu tidak bisa. Di detik berikutnya Vania mulai terisak, ia memeluk erat tubuh Rakhsan. Air matanya perlahan luruh membasahi kaos hitam pacar nya.

RAKHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang