SIMULASI JADI ISTRINYA BARAT

6 1 0
                                    

Pukul 3 pagi tadi, Utara sudah bangun dari tidurnya. Belum ada satu pun anggota keluarganya yang sudah bangun. Bahkan dia rela menahan kantuknya. Ini semua demi Barat.

Kata Barat, sahabatnya itu ingin mencoba masakan buatannya Utara. Karena itu pula dia bangun lebih awal. Ini pertama kalinya Utara memasak. Dan juga ini pertama kalinya Utara simulasi menjadi istrinya Barat.

Barat suka sup ayam, jadi Utara membuat itu. Bagi dia, ini akan menjadi sup terfavorit Barat setelah sup buatan Mama Riana, mertuanya.

“UTARA, APA YANG LAGI KAMU LAKUIN NAK. ISTIGAFAR, DIKANDANG DULU SETAN TUBUH MU ITU.” itu teriakan Bunda Aluna, Bundanya Utara.

Orang tua mana yang tidak kaget melihat anaknya sedang di dapur se pagi ini. Mana anaknya itu tidak pernah memasak, tiba-tiba memasak begini. Yang selalu mengerjakan soal Olimpiade, kini tengah mengerjakan masakannya. Kesambet apa anaknya itu.

“Lihatlah putri mu yang menawan ini bun, sedang simulasi menjadi istrinya Barat.” jawab Utara dengan menunjukkan sup buatannya yang sudah jadi.

“Sini dicoba dulu.” ucap Bunda mendekati Utara sembari mengambil sendok. Tak yakin dengan rasa masakan anaknya.

Utara segera menyingkir dari hadapan Bundanya, menjauhkan sup ayamnya. Enak saja makanannya hendak dimakan sang Bunda. Itu kan makanan spesial buat Barat.

“Ini buat Barat, ga boleh ada yang nyoba makan.” jelas Utara, membawa supnya ke kamar tidurnya. Hanya itu tempat yang aman.

“GA ENAK ITU, BARAT MANA SUKA.”

“INI ENAK TAU, BARAT PASTI SUKA.” balas Utara dengan teriakan yang tak kalah menggelegar dari Bundanya.

Enak saja Bundanya bilang tidak enak. Dengan bantuan otaknya yang cerdas itu, pasti sup buatannya enak. Sekedar informasi, Utara memasaknya tanpa bantuan orang lain atau aplikasi. Ini semua berkat otaknya. Hohoho, enaknya menjadi orang pintar. Tetapi ini juga berkat dirinya yang selalu memperhatikan Bundanya memasak.

Tidak ingin membuat Barat menunggu lama, Utara bergegas untuk mandi. Untuk hari ini, dia tidak ingin mandi sambil bernyanyi. Karena jika melakukan itu, Barat akan menunggunya. Hohoho, padahal sudah dikatakan di awal tadi.
Kini Utara sudah siap dengan seragamnya, siap bertemu dengan Barat. Dan tidak lupa siap untuk menjadi istri Barat.

“Kamu bukannya masakin buat Ayah, malah masakin buat Barat.” ucap Hendry, Ayahnya Utara yang kini sudah duduk rapi di meja makan sembari melihat setiap pergerakan Bunda Aluna.

“Ayah ga boleh bilang gitu, nanti kalau Tara ga lupa pasti nanti Tara masakin buat Ayah.” kata Utara dengan menarik kursi di samping Selatan, saudara kembarnya.

“Gayamu, masakan ga enak aja bangga begitu.” itu satu kalimat yang keluar dari mulut Selatan, sembari memainkan sendoknya.

Bukannya membalas perkataan Selatan, Utara lebih dulu menyekap kepala Selatan dengan ketiaknya. Hohoho, rasakan. Salah sendiri menghina masakannya yang akan dimakan oleh Barat nantinya.

“Bun coba cium nih, keteknya Tara baunya kayak jigongnya Ayah.” celetuk Selatan yang berusaha melepaskan sekapan dari Utara.

Sebuah centong mendarat tepat di bagian kepala Selatan. Bunda Aluna yang melemparkannya, tanpa adanya rasa kasihan.

Utara? Dirinya sudah melepaskan sekapannya, dan tengah tertawa lebar memegangi perutnya. Bisa bisanya Selatan bicara begitu di hadapan Bundanya. Udah tau Bundanya itu sangat amat bulol.

“Makanya jangan suka ngejek Ayah gitu.” ucap Hendry dengan bangganya. Hohoho, istrinya itu pasti akan membela dia.

Selatan memilih untuk diam. Jika nanti dia membalas perkataan Ayahnya, yang ada panci akan mendarat ke kepalanya. Enak saja jika ketampanannya berkurang.

“Diminum susunya, Barat ga suka sama cewek kurang lemak kayak kamu.”

“SIAP BUNDA.”

Mendengarkan ucapan Bundanya, segera Utara menegak susu tersebut hingga habis. Bahkan milik Selatan pun dia minum, tak memedulikan ekspresi Selatan yang tengah menahan kesal.

Kepalanya sudah kena centong. Pagi-pagi sudah ditertawakan oleh Ayahnya. Dan sekarang susunya sudah diminum oleh Utara. Tripel kill.

Dilihatnya jam tangan yang terpasang di tangan kanan Utara, itu pemberian dari Barat. Jam sudah menunjukkan pukul 06.10, pasti Barat sudah berada di depan rumahnya.

Utara segera berpamitan dengan keluarganya. Melangkahkan kakinya dengan cepat, sembari membawa bekal yang sudah disiapkannya.

“Selamat pagi Barat.” sapa Utara dengan mengeluarkan senyum lebarnya.

“Selamat pagi Taranya Barat.”

Taranya Barat. Utara mau pingsan aja kalau begini. Ga kuat dia tuh diginiin. Biasanya Barat tak pernah membalas sapaannya begini. Setan apa yang sedang merasuki Barat. Utara suka sama setan yang begini.

“Hari ini Tara masak sup ayam, kesukaannya Barat.”

“Terima kasih Tara. Pasti Barat makan.”

“Nanti Tara suapin ya.”

Menurut Utara, Barat itu memang di takdirkan menjadi suami Utara. Fiks no debat.

Semua tentang BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang