NANO NANO

2 0 0
                                    

Karena semua tugasnya sudah terselesaikan, Utara lebih memilih untuk bergabung dengan teman-temannya itu. Ya bisa dikatakan teman dekatnya di kelas. Ada Utami dan Tamara.

“Tumben gabung. Biasanya juga ngilang ditelan Barat.” ucap Tamara, pasalnya Utara itu temannya yang paling tidak masuk akal bucinnya.

“Habisnya Barat ada pelajaran Biologi.”

“Oh gitu. Cara mainnya gitu.”

“Jadi kita cuma pelariannya Tam.”

“Sayang, kalian bukan pelarian kok. Kalian kan pacar kedua aku.”

“Jadian sama Barat aja belum, udah ngaku-ngaku pacaran.” celetuk Utami dengan melemparkan buku tulis ke arah Utara.

“Gapapa dong, suka suka aku. Iri kan kamu.”  

“Lagian lu juga aneh. Kenapa ga minta kepastian sama Barat?”

Utara segera menduduki kursi Reno yang kosong. Menatap serius Utami dan Tamara. Lalu tersenyum.

“Kalian ga tau rasanya seenak apa ngejalin hubungan sama Barat kayak gini.”

Ngejalin hubungan kayak gini sama Barat tuh, nano nano. Enak aja gitu. Barat yang baik. Barat yang perhatian. Barat yang ganteng.

“WAH UDAH MUNCUL SINTINGNYA.” heboh Utami dengan menepuk pelan lengan Utara. Disaat begini kenapa si Utara malah menjawab begitu. Kenapa tidak ada jawaban lain yang keluar dari mulutnya itu . Heran Utami tuh sama pikirannya Utara.

“Aku juga ga butuh status pacar dari Barat. Yang terpenting itu, Barat selalu ada buat aku.”

“Kenapa?” tanya Utami dengan sangat herman. Hal yang menyangkut hubungan Utara sama Barat tuh memang bikin kedua perempuan itu puyeng mlempeng.

“Karena status kayak gitu ga penting bagi aku. Selagi Barat masih butuh aku sama berada di sisi aku, itu udah cukup bagi aku.”

“Kalau semisal ternyata Barat suka sama orang lain, lu bakal tetep punya perasaan sebesar itu?”

“Berarti Barat udah nemuin seseorang yang bisa jadi rumah bagi dia. Dan buat perasaan aku sendiri, kenapa aku harus berusaha ngilangin perasaan itu? Sekali pun itu terjadi, aku akan tetap jadiin Barat sebagai tokoh utama di kehidupan ku.”

“Lu bodoh, iya kan Tam?”

“Bener kata Utami. Lagian apa yang lu suka dari dia?”

“Aku ga munafik kalau aku suka Barat karena dia ganteng. Bahkan dia very very ganteng bingitzz. Aku suka waktu dia senyum, senyumannya lucu. Dia juga punya kepribadian yang bagus. Semua yang ada di diri Barat, aku suka. Tapi semua itu cuma bagian kecil kenapa aku suka Barat. Aku suka dia karena dia Barat.”

“BUBAR YOK BUBAR GENGZ. GAK GUNA KITA DI SINI.”

Bukannya Tamara ikutan bubar seperti Utami, dirinya malah mendekati Utara. Menempelkan telapak tangannya ke kening Utara. Membacakannya ayat kursi. Menurut Tamara, Utara itu kesurupan. Tamara tuh udah curiga dari awal dia ketemu sama Utara.

Bagaimana bisa dia membicarakan Barat terus? Tiap hari Barat, hari Senin sampai Minggu Barat terus, kayak gak ada orang lain. Orang waras juga pasti tidak akan bucin mati kayak Utara. Sudah gila, kesurupan setan pula.

"WOI LU NGAPAIN." tanya Utami dengan suara lantangnya, bagaimana bisa Tamara tanpa adanya aba-aba melakukan hal tersebut, mana belum bilang-bilang sama dirinya.

"UTARA KESURUPAN INI. CEPET PANGGIL BU TARMI. AYO SEBELUM SETANNYA PINDAH KE PINGGANG NIH." teriak Tamara dengan hebohnya, sembari mengguncangkan tubuh Utara. Sedangkan Utara sudah pasrah di perlakukan oleh temannya itu.

Karena teriakannya Tamara yang seperti suara toa, alhasil teman sekelasnya langsung mengelilingi Utara dan Tamara. Dua orang temannya lagi sedang berlari menuju kantor Bu Tarmi, guru agamanya.

Jangan di tanyakan soal keberadaan Utami, dirinya sedang mengambil air di kamar mandi. Hendak menyiramkannya ke tubuh Utara. Konon katanya, air kamar mandi bisa menghilangkan arwah yang menempel di tubuh kita. Itu menurut neneknya Utami.

"ASTAGFIRULLAH. MANA MURID KESAYANGANNYA IBU? KENAPA BISA UTARA KESURUPAN? JANGAN BILANG DIA KESURUPAN MPOK DAR-"

Belum sempat Bu Tarmi melanjutkan perkataannya, Utami sudah lebih dulu menyiramkan air kamar mandi seember penuh ke arah Utara.

Mantap, semuanya memang mantap bagi Utara. Sudah tidak bisa berduaan dengan Barat. Dianggap kesurupan oleh teman-temannya. Bahkan Bu Tarmi pun percaya bahwa dirinya kesurupan. Memang mantap banget ini mah.

"AWAS KALIAN SEMUA, AKU CEKIK SATU SATU." teriak Utara, padahal dirinya hanya bercanda mengatakan itu. Tapi semua teman sekelasnya, bahkan Bu Tarmi ikut lari dengan kencang.

"CEPET SETANNYA NGAMUK ITU, PENGEN MAKAN MATA KITA." teriak Dani, teman satu kelasnya itu. Dengan begitu, semua orang pada lari tambah kencang, dan berteriak tolong.

Jika begitu, Utara ikutan lari mengejar mereka menuju lapangan. Memang rada-rada.

Semua tentang BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang