Lembaran kertas sudah bertumpukan di meja Utara. Untuk malam minggu ini dia sudah menjadwalkan untuk mempelajari kembali materi yang akan dibahas pertemuan minggu besok.
Dia juga sudah meminjam beberapa buku tetangganya, Kak Luna. Untuk referensi belajarnya nanti. Jadi, untuk malam ini tak akan ada seseorang yang mengganggu dirinya. Terutama Selatan, dirinya tau bahwa Utara akan menghabiskan waktunya sebagai orang gabut yang membaca setumpuk buku. Dengan begitu Selatan bisa berkunjung ke rumah Kak Pelangi.
*tring*
Di tengah Utara membaca buku Biologi, muncul notifikasi pesan dari Barat. Tak memedulikan bukunya yang tengah dia baca itu, Utara lebih memilih untuk membuka pesan dari Barat.
Bagi Utara, calon suaminya lebih utama dari segala hal.
Bubbie
Coba lihat jendela
Itu satu pesan yang dikirimkan oleh Barat. Segera Utara melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya. Membuka gordennya. Dilihatnya ada Barat di sana. Menaiki sepeda. Itu sepeda Mama Riana. Bisa-bisanya Barat menaiki sepeda berkeranjang itu.
Utara melambaikan tangannya, dan tersenyum lebar. Keberuntungannya melihat Barat di malam minggu ini.
Bubbie
Apakah tuan putri sudi berkeliling bersama saya, menggunakan sepeda tua ini?
Membaca pesan itu hati Utara langsung berbunga-bunga. Kenapa Barat bisa selucu ini? Utara tidak membalas pesan dari Barat, dia memilih untuk berlari kencang menghampiri Barat di bawah sana. Tanpa memedulikan buku yang tengah dibacanya tadi.
Kedua orang tuanya pasti sedang menikmati sate ayam di Taman Kota, jadi dirinya tidak perlu berpamitan. Hanya perlu mengunci pintu rumahnya saja.
“Barat ga main sama temen-temen?” tanya Utara, karena biasanya untuk malam minggu begini, Barat selalu keluar bersama temannya. Ingat, teman cowonya, bukan cewe.
“Buat malam ini, mau ngabisin waktu sama Tara.”
Bisa-bisanya Barat bilang begitu, Utara kan jadi baper.
“Sini deketan, mau aku kiss bibirnya.”
Mendengarkan ucapan dari Utara, Barat segera memajukan wajahnya, mendekatkannya ke hadapan Utara.
Utara yang melihat tindakan Barat, langsung mengarahkan pandangannya ke arah bibirnya Barat. Ah, kenapa untuk malam ini bibirnya Barat begitu menggoda. Memang sih setiap harinya bibir Barat begitu menggoda di mata Utara, tapi khusus malam ini bibirnya Barat . . .
“Mana kissnya?”
Ketika suara itu yang tertangkap oleh telinganya, Utara bersusah payah untuk menelan ludahnya. Utara ingin langsung mencium Barat. Huh, jika begitu pasti dia akan di cap bar-bar.
“Hehehe bercanda.”
Aslinya mah ga bercanda. Utara mau langsung nyosor gitu aja. Tapi gimana ya, harga dirinya kan masih ada. Utara tidak ingin membahas ini lagi, bisa saja nanti kalau dia khilaf.
“Ayo berangkat.”
“Siap tuan putri.”
Barat segera menggayuh sepedanya. Bersepeda dengan Barat di malam hari memang tidak ada ruginya. Bahkan jika setiap hari begini pun Utara tidak keberatan sama sekali. Asalkan dengan Barat.
“Barat dingin.”
Setelah mengatakan itu, Utara melingkarkan kedua tangganya ke pinggang Barat. Aslinya malam hari ini tidak sedingin itu, itu semua hanya alibinya saja.
Mendengarkan pernyataan dari Utara, Barat berhenti mengayuh sepedanya. Menoleh ke arah Utara. Mengambil kedua telapak tangan Utara, dan menggenggamnya, menggosokkannya, dan meniup pelan.
“TARA MAU PINGSAN. GAS AJA KE KUA YUK, NIKAH.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua tentang Barat
Teen FictionEntah sampai kapan Barat akan terus memegang erat tangan Utara. Dan entah sampai kapan Utara sanggup menuntun tangan Barat. Yang jelas, Utara kalah terhadap perasaan yang dimilikinya terhadap Barat. Utara kalah dengan pikirannya yang menganggap bah...