TUH KAN BARAT BANJIR KERINGAT

0 0 0
                                    

Sepanjang upacara Utara tak henti-hentinya untuk memikirkan Barat. Yeah, memang setiap harinya dia begitu, namun kali ini beda. Bagaimana jika nanti Barat kepanasan karena terkena sinar matahari? Bagaimana jika nantinya Barat di berikan hukuman yang berat? Baratnya Utara pasti nanti kepanasan. Hiks, bagaimana jika Barat meninggal karena sinar matahari?

Dan bagaimana jika nanti Barat keringetan? Pasti nanti makin banyak yang naksir sama Barat, terus nanti Utara di selingkuhi sama calon suaminya itu. Memikirkannya saja membuat Utara ketakutan.

Dan lagi apa itu? Kenapa pula harus Pak Joko yang menjadi pembina upacara? Kenapa? Ceramahannya yang panjang lebar, tak berhenti 1 detik pun itu mulutnya. Kenapa Pak Joko cerewet sekali sih? Ingin rasanya Utara maju kedepan, dan menarik rambut Pak Joko. Rasanya, bukan hanya Utara yang ingin menarik rambut itu, tapi juga murid lainnya.

"Baiklah, saya tidak akan lama-lama berbicara di hadapan kalian. "

Apanya yang tidak akan lama-lama? Sudah 20 menitan Utara mendengarkan amanatnya. Bahkan sudah banyak murid-muridnya yang pingsan karena amanat Pak Joko yang begitu lama. Apa tidak haus tenggorokannya itu? Jika Utara jadi Pak Joko, mungkin dia akan minum air putih di tengah amanatnya. Sungguh.

Ini kalau ada siswa/i yang masuk rumah sakit karena dehidrasi, fiks Pak Joko yang harus nanggung.

"Semoga kalian sebagai generasi muda, dapat menjaga negara kita, tidak merusaknya dengan perkembangan jaman ini."

Tuhkan, katanya ga mau lama- lama bicaranya. Pak Joko mah suka gitu, omdo doang ih. Kan kasihan Barat kalau gini.

Bahkan tadi teman-temannya Utara sudah berbicara dengan lumayan keras, menggerutu tentang betapa lama amanatnya, dan ada yang bercerita. Tak peduli lagi dengan amanat Pak Joko.

Guru-guru pun yang di belakang barisan sudah menegur beberapa murid. Namun setelah ditegur, mereka tetap mengulang hal yang sama. Jika tidak begitu, jika semua orang hanya diam membisu memperhatikan amanat Pak Joko, yang ada mereka akan tidak sadarkan diri. Untung saja Utara tidak ikutan pingsan.

"Saya akhiri ya."

Ketika kalimat itu terucap dari mulut Pak Joko, semua murid langsung mengucapkan kaya 'IYA PAK JOKO' dengan lantang. Akhirnya semua penderitaan mereka akan berakhir.

"Saya berharap kedepannya kalian dapat menjadi generasi muda yang baik."

Katanya tadi saya akhiri ya. Pak Joko tuh ya memang. Bagaimana jika dia terus melanjutkan amanatnya, tiba-tiba ada sepatu yang melayang tepat di mukanya. Kan ga lucu.

"Baiklah saya tau kalau kalian semua kepanasan."

Ampun, kenapa harus basa-basi-busuk segala sih di akhiran amanatnya ini. Utara harus menunggu berapa lama lagi ini. Dirinya mah tidak masalah jika kepanasan begini, karena dirinya memakai topi, dan barisan upacaranya tidak terlalu panas, karena adanya bangunan kelas. Tapi masalahnya barisan Barat itu panas banget, mana ga ada yang menutupi barisan itu, dan lagi Barat tak memakai topi.

Duh mana cewek-cewek sekolahannya itu pada ngelihat ke arah Barat. Ingin sekali Utara teriak, dan bilang kalau ketampanan Barat itu aset paten milik Utara seorang. Jadi tidak boleh ada yang menikmati wajah atau tubuh ganteng Barat.

"Ini beneran saya akhiri ya."

Astaga naga, Pak Joko itu punya masalah hidup apa sih.

"Karena wajah kalian sudah seperti cacing kepanasan. Cukup sekian amanat dari saya. Kurang lebihnya saya minta maaf karena sudah memotong banyak waktu kalian semua. Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatu."

Akhirnya, akhirnya selesai juga. Semua murid langsung berteriak senang, tidak peduli dengan teriakan guru-guru. Sedangkan Tamara dan Utami sudah pargoy, tak lupa mengajak Utara. Yeah walaupun gerakannya Utara masih patah-patah macam lidi kering.

Setelah amanat yang panjang lebar dari Pak Joko, rangkaian upacara terlaksanakan lancar tanpa adanya ganguan seperti suara Pak Joko.

Dilihatnya ke barisan Barat, di sana ada Barat yang sedang memperhatikan Bu Eris berbicara, biasa mengomel seperti ibu-ibu. Utara jadi kangen kalau gini mah.

Langsung saja Utara melangkahkan kakinya untuk mengambil tas dia dan Barat. Barat pasti kehausan. Apalagi tadi panas banget, pasti panasnya nembus nyampe ke tulang-tulang.

"Barat. Panas banget ya." ucap Utara dengan menyodorkan air putih miliknya. Untung saja Utara selalu membawa air minum dari rumah. Jadi, Barat tidak akan kehausan lagi.

"Kalau habis jangan salahin Barat. Jangan minta ganti martabak manis."

Pasalnya Utara selalu begitu, meminta ganti ke Barat. Karena dengan begitu, dia akan menerima pemberian dari Barat. Dan tentunya tambahan bertemu dengan Barat bertambah. Apalagi tambahan melihat wajahnya Barat.

"Hehehe kalau itu pasti. Tapi kali ini, katsu aja ya. Malam minggu deh beliinnya."

Sudah meminta ganti, sekarang menentukan makanan dan harinya. Memang dasarnya Utara, ingin berduaan dengan Barat di malam minggu. Jika begitu kan Utara berasa jadi pacarnya Barat.

Dikeluarkannya tisu yang selalu Utara bawa di dalam tas nya. Keringatnya Barat tuh ya, kaya buat Barat jadi tambah lakik. Mana ganteng banget.

Bersihin keringat Barat, memang engga ada ruginya. Tak akan Utara buang tisu bekas keringatnya Barat ini. Akan Utara pamerin ke anaknya nanti dan bilang,

"Ini loh, keringet harum Ayah yang susah banget Bunda dapetin."

Semua tentang BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang