Pelajaran hari ini bagi Utara terasa begitu lama. Dia tidak menyukainya, karena bagi Utara itu menguras semua tenaganya. Jika begini kan nanti dirinya tak akan bertenaga ketika pelajarannya Bu Dinda. Apa lagi cuaca pagi ini terasa panas.
Keringatnya dari tadi tidak berhenti, bahkan terus mengalir. Utami dan Tamara sudah menyemangatinya, mereka berkata bahwa pelajaran PJOK akan segera berakhir lima menit lagi. Lima menit apanya? Nyatanya hingga sekarang belum juga berakhir. Kenapa pula awal di pagi hari ini diisi oleh olahraga.
Orang mana yang menyukai pelajaran itu? Tak ada.
“Baik karena waktu pelajaran saya masih ada 6 menit, silahkan kalian gunakan untuk istirahat lebih awal. Saya akhiri pelajaran kali ini, sampai bertemu minggu depan.”
“Terima kasih Pak.”
Akhirnya selesai juga, Utara dapat bernafas lega kalau begini. Ketika hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan lapangan, Barat muncul di hadapannya.
Barat tuh ya memang asli pantes jadi pacarnya Utara. Utara capek begini aja, Barat langsung muncul. Tanpa di suruhnya.
“Pasti capek ya?” tanya Barat memberikan air mineral yang sudah dibelinya tadi sembari mengelap keringat yang masih ada di wajah Utara. Ingat menggunakan sarung tangan Barat, bukan langsung dengan tangannya, ya kali.
Tuh kan, kalau begini siapa coba yang tidak baper?
Melihat air mineral itu, Utara langsung menegaknya dengan tak sabaran. Tenggorokannya sudah menjerit-jerit dari tadi. Akhirnya diguyur oleh air dari Barat. Mana rasanya manis seperti senyuman Barat.
Sekali lagi Utara tegaskan, bahwa Barat itu memang sudah sangat cocok untuk menjadi suaminya Utara.
“Capek banget, tadi pelajarannya lama. Tara ga suka.” Jawab Utara dengan mengerucutkan bibirnya, menyilangkan kedua tangannya.
“Bocil kayak kamu harus rajin olahraga.”
“Ih Tara bukan bocil ya. Tara udah gede.”
“Bocil gini ngakunya udah gede.” Ledek Barat dengan mencubit kedua pipi Utara. Melihat wajah kesal Utara, membuat Barat tertawa kecil.
“Barat benerin ya rambutnya.”
“Huum.”
Melihat beberapa helai rambut Utara yang keluar dari kucirannya, membuat Barat ingin membenarkannya. Utara tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya anak mereka, pasti Barat akan seperhatian begini.
Ketika Barat menyentuh rambut Utara, pergerakannya lembut, tampak hati-hati. Rasanya rohnya Utara akan keluar begitu saja. Bagaimana ini? Utara tambah cinta kalau gini.
“Baguskan hasilnya.” Ucap Barat dengan tersenyum lebar, menyombongkan hasilnya kepada Utara.
“Jelek ih, bagusan juga hasil kucirannya Utara.”
Bohong, Utara mengatakan kebohongan dari mulutnya. Bagaimana bisa dia mengucapkan itu? Semua hal yang dilakukan oleh Barat begitu terasa bagus di matanya. Semua hal, tanpa kecualian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua tentang Barat
Teen FictionEntah sampai kapan Barat akan terus memegang erat tangan Utara. Dan entah sampai kapan Utara sanggup menuntun tangan Barat. Yang jelas, Utara kalah terhadap perasaan yang dimilikinya terhadap Barat. Utara kalah dengan pikirannya yang menganggap bah...