Orang kaya yang menyebalkan #1

2 0 0
                                    

DERAP langkah kaki dari boot tua, aroma dari bangunan tua, bangkai tikus yang berceceran. Bocah perempuan itu terpaksa makan makanan anjing sisa. Sambil menangis, Dia menerima suapan dari bocah laki-laki didepannya. Anehnya Dia terlihat kabur. Namun setelahnya terdengar suara bariton yang mengatakan "makan saja, Aku sudah terlalu baik untuk menyiapkan kalian menu makan siang ini." Seletelahnya terdengar suara cambukan yang disusul dengan berbagai suara tembakan dan suara lain yang bergemuruh, sampai akhirnya..

Kringg

Alarm dari ponsel yang sudah dimodifikasi berbunyi menggema dikamar seorang gadis cantik yang sudah mulai mengumpulkan nyawanya. Dia bergerak gusar, sebelum membuka mata coklatnya. "Anjing ternyata mimpi" gadis itu mengusap wajahnya. Dan segera bangkit untuk mematikan alarm. Dilihatnya dari jam diponselnya, rupanya sudah pukul lima pagi. Tanpa basa-basi, gadis itu beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk melaksanakan kegiatan paginya.

***

Namanya Ardhiona Apsarini Adiratna Koesmala Putri. Panjang sekali, iya jenenge wong sak kampung digowo. Itu kalimat pertama yang pasti orang ucapkan padanya sesaat setelah membaca nama lengkapnya. Entah apa yang dipikirkan oleh ayahnya sewaktu Ia lahir. Hebatnya Ayah juga dapat menamai bayi satunya dengan nama yang tidak kalah panjang. Arjani Darapuspita Kahiyang Koesmala Putri namanya, Dia adalah saudara kembar Riri.

Hidup Riri kerap dikata orang sempurna. Seorang konglomerat, punya banyak orang yang disayang, punya saudara kembar, fisik ayu, cerdas, serba bisa, definisi perfection world. Padahal bagi Riri sendiri, hidupnya biasa-biasa saja. Bukannya tidak bersyukur, tapi memang biasa-biasa saja. Bukan Dia yang kaya kok. Tapi entahlah, dikira orang tetap menganggap hidupnya sempurna. Cuma kurang satu, gapunya pacar. Tapi itu tidak masalah bagi Riri selagi itu tidak menghambat jadwal makan dan buang air besarnya.

Si gadis sempurna itu sedang memasang name tag nya didepan cermin. Ruang kamarnya begitu besar dan lengkap. Dimulai dari walk in closet, kasur Queen size, kamar mandi lebar, dan masih banyak lagi. Dan lagi lagi bagi Riri, itu benar-benar biasa saja. Dia beranjak dari cermin untuk segera turun dan sarapan. Masih pukul enam memang. Dan sekolahnya masuk pukul setengah delapan. Jadi Dia hanya akan mengambil kotak sarapan, dan menghabiskan waktu beserta sarapannya di perpustakaan sekolah.

"Selamat pagi Mbak Rini, apakah menu hari ini" Riri menyambut art nya di dapur. "Apapun menunya, pasti Nduk Riri gak akan bisa makan" itu Mbok Tuti, yang sudah melayani keluarga Riri dari kakak lelaki Riri lahir. "Loh masih program diet toh Mbak?" Mbak Rini yang sedang mengaduk sesuatu dipanci menyahut. "Iya, soalnya habis naik lagi berat badannya" Riri menjawabnya sembari duduk dimeja makan. "Ya Allah Mbak.. Mbak.. badan segitu mah udah kecil banget, jangan kurus kurus biar ada bahenolnya dikit" Mbak Rini mengatakan sambil melotot-melotot. "Wes gausah kakean omong, Kowe nek iri ngomong o. Mentang-mentang bokong e gede" Mbok Tuti menoyor kepala Mbak Rini dari belakang. "Loh sampeyan iku gailok Mbok njendul-njendul Kuwi, gak sopan" Mbak Rini seketika mendapatkan pelototan dari Mbok Tuti. "PENO NEK NGOMONG PISAN KAS MANEH TAK CUWEK LAMBEMU"

Riri tertawa keras, bisa-bisanya dua orang itu ribut didepannya. Ini yang dibilang Riri hidupnya biasa-biasa saja. Sebab disetiap pagi, Riri hanya mendapat asupan tertawa dari artnya ini. Bukan dari suasana hangat oleh keluarga. Justru jika ada sarapan pagi dengan keluarganya, maka jelas perang dunia akan terjadi. Riri menghembuskan nafasnya, dan memainkan ponselnya.

Seperti biasa Mbok Tuti akan menyiapkan bekalnya dan selalu bertanya, "pakai ayam atau sosis Nduk?"

"Hm.. sosis aja Mbok" jawab Riri.

"Dipotong Besar, apa dicampur disaladnya?"

"Dipotong aja Mbok"

"Oke siap arek ayu"

Kotak Pandora Masalalu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang