ALASKA duduk bersedekap di meja belajarnya. Dia melamun sedari tadi, tujuannya duduk disini adalah untuk menguasai materi perlombaan besok. Namun justru pikirannya memutar kembali momen disekolah tadi.
"Im sorry Mrs, are you sure? Aku benar-benar harus gandeng.. his hands?"
"Of course darling, How do you refuse, if you are indeed chosen to be a couple. Lagian Mrs yakin kalau kalian bakalan jadi a good couple"
Riri menampakkan wajah yang sedikit tertekan mendengar perkataan Mrs Julie. Alaska sedari tadi hanya diam dan bersedekap menyimak perdebatan mereka berdua. Alaska sebenarnya risih untuk disentuh. Namun ikut serta berdebat bersama mereka juga bukan pilihan yang baik. Maka lebih baik dirinya diam saja.
Riri masih menampakkan kekesalannya, cewek itu berkacak pinggang dan melirik Alaska sembari menggigit bibir bawahnya.
"You have to do it for the sake of an impressive show, Ardhi. Mengerti kata Saya?" Mrs Julie menekan setiap perkataannya. Wanita berparas bule itu bersedekap, menatap Riri datar.
Riri memejam sejenak, Dia menghela nafas "Yes Mrs, I will do it"
"Sure, good girl" Mrs Julie tampak sangat gembira, seperti berhasil menyatukan dua insan. Beliau menepuk tangannya dua kali.
"Okey, We will start from here, and you will walk beautifully towards the center of the stage there. And one more! You guys have to show some really awesome chemistry, ready?"
Riri mengangguk malas, Dia mengambil posisi di samping Alaska. "So.. your hands darling" Mrs Julie tersenyum ramah, Riri dengan malas melingkarkan tangannya ke lengan Alaska. Alaska sedikit kaget dengan gerakan Riri yang lumayan tiba-tiba, membuat mereka menoleh bersamaan.
"Okey nice girl"
"Uhm, Your position Alaska"
Alaska tanpa menoleh ke arah Mrs Julie, mengarahkan tangannya didepan perutnya. Riri sudah mengalihkan pandangannya, karena jujur saja jantung cewek itu berpacu sedikit lebih cepat. Alaska masih setia menatap wajah Riri. Entah apa yang membuatnya ingin mengamati wajah Riri yang.. sedikit merah itu. Baginya itu sesuatu baru, Riri jarang terlihat seperti ini.
"Okayy, kita mulai. Satu.. dua.. tiga!"
Alaska meluruskan pandangannya kembali, Dia mengencangkan gandengan tangan Riri yang sempat mengendor.
Riri berusaha untuk tetap profesional, dirinya berusaha untuk menanamkan didirinya bahwa ini adalah chemistry yang mereka ciptakan.
Perlahan tapi pasti mereka berjalan menuju tengah panggung. Sebenarnya mereka harus cepat-cepat untuk menyelesaikan ini, namun entahlah mereka menikmati setiap momennya.
Aula pada jam itu penuh dengan sorakan dari Mrs Julie yang memuja penampilan mereka. Dengan logat semi-semi kebaratan, Mrs mengatakan mereka tampak mempesona.
Hingga pada satu momen hanya tersisa mereka berdua saja didalam aula. Riri menyopot heelsnya, karena Dia mulai kurang nyaman dengan sepatu itu. Terbukti kakinya ada lecet. Dia berjalan sedikit terseok menuruni panggung. Alaska dari kursi penonton hanya menatap Riri yang berjalan perlahan kearahnya
"Al latiannya nanti dulu ya, Gue mau beli handsaplast buat kaki Gue"
Alaska menahan tangan Riri yang ingin beranjak. Dia menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan chatnya dengan Tobi. Riri membacanya, room chat itu berisi Alaska yang menyuruh Tobi datang untuk memberi air dan handsaplast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Pandora Masalalu
Teen FictionBacalah, setidaknya kalian mengerti, mengapa kematian seseorang bukan akhir dari segalanya. Bisa jadi, awal dari segalanya. Kedua, setidaknya kalian tahu, perasaan mungkin tidak bisa diutarakan. Melainkan dapat dibuktikan, tanpa ada ucapan, hadiah...