Chapter 5 : Quote from childhood book

61 13 0
                                    

Diantara seluruh kota di Indonesia, Jakarta memanglah seglamor itu di malam hari. Ia menjelma seperti putri raja dengan emas permata yang menghiasi seluruh tubuhnya. Kerlap-kerlip lampu jalanan, dentuman musik yang mengisi pojok-pojok gedung, juga jalanan yang penuh suara klakson selalu jadi rutinitas harian. Namun, untuk beberapa orang itu adalah hal yang memuakkan.

Dan menyedihkan.

Sehan bahkan tidak tau lagi apa yang tengah dilakukannya saat ini, terlentang di ranjang kemudian berguling ke kanan dan ke kiri.

Setelah turun dari kereta, Sehan langsung pulang dan mengurung diri hampir sepanjang hari di dalam kamar. Tidak ada rasa lapar, yang tersisa hanya dada yang sesak dan pikiran yang penuh. Benar-benar tak ada yang mengusik.

Hingga akhirnya...

Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...

"Tck.." Sehan berdecak dan segera menutup mukanya dengan bantal.

Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...Ding... Dong...

Si rusuh datang

Ken. Hanya satu orang itu yang berulah seperti ini dan tak kenal waktu. Sehan benar-benar gak habis pikir dengan jalan pikirannya. 🤌

Jika saat ini ada orang yang harus menertawakan Sehan, ia adalah para malaikat, hantu, dan cicak di rumah itu. Sehan menyeret kaki dan tubuhnya sepanjang jalan menuju pintu depan seperti kain pel yang membersihkan rumah. Tak ada energi kehidupan sama sekali.

Perlahan dia mulai berdiri tegak dan membuka pintu dengan penuh kemalasan.

Dan...

"LAMA AMAT SIH!!!" teriak Ken tepat pintu terbuka sempurna. "DITELEPON GAK BISA, DISMS GAK DIBALES, LU KEMANA AJA SI?"

Sehan memandang jengah. 

"EHEHEHE.... gue bawa ayam goreng sama soda gembira ~~~~." Nada bicara Ken berubah 180 derajat dalam sepersekian detik.

Lagi dan lagi Sehan udah males banget ngadepin Ken.

"Lu ngapa si?"

"Gue nginep sini. Di kosan airnya lagi mati." Ken sudah nyelonong masuk ke kamar Sehan meninggalkan si empunya rumah.

"Perasaan air kosan lu mati mulu."

Sehan mengunci rumah kembali. Kali ini ia kembali ke kamarnya sembari membawa selimut yang baru diambilnya dari tempat jemuran dan meletakkannya di ujung kasur. "Gue taro sini. Kalo gue pikir lagi, lu tuh ngotor-ngotorin selimut gue aja dah."

Ken terkekeh. "Jangan dipikir brader. Kek dipake mikir aja itu otak."

"BISA-BISANYA LU PASTI KESINI KALO ITU SELIMUT ABIS DICUCI."

Ken makin tergelak. "Rejeki anak soleh tuh begitu."

Kamar Sehan cukup lengkap dengan PC dan peralatan games lainnya, itu juga sebenarnya barang Ken. Kalo Sehan pikir lagi, sebenarnya setiap Ken datang selalu membawa sesuatu yang diseludupkan di ranselnya. Hari demi hari semua itu menumpuk di kamar Sehan. Dan voila... jadilah basecamp terkutuk di pojok sana. 

"Sini gaes sini, kita makan dulu." Ken sudah mengambil meja kayu kecil dan meletakkannya di  antara kasur dan PC. Dia menata sedemikian rupa dan mulai membuka tutup bucket ayam goreng paling terkenal di Indonesia, KCF. Tidak lupa Ken juga menyiapkan dua botol soda sebagai pelengkapnya. Perfect.

Zrackkkkkk zzzzzztttt. Soda yang baru dibuka Ken tumpah ke lantai. Sehan menatap Ken murka, namun segera ditahan. Dia mencoba tersenyum, namun dimata Ken, senyuman Sehan seperti senyuman Joker yang mematikan.

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang