Gelombang yang Kau Punya

0 0 0
                                    

di tengah malam, saat matamu mulai memejam. saat satu persatu mulut mulai memilih terkunci. aku melihat gelombang air laut di keningmu. alismu tak henti menenangkan risau di matamu yang mulai tersapu air asin itu.

aku tersenyum. bukan hanya membantu alis menenangkan risau matamu, aku juga berniat menenangkan cemas di keningmu. ku sapu gelombang itu dengan tangan, karena kain perca di laci kita sudah habis ku jahit untuk menambal luka di baju kita.

pukul setengah satu, kau genggam tanganku. barangkali engkau pikir aku sudah tertidur; mataku masih menyala meski pura-pura terkatup.

kapal-kapal di laut tak pernah istirahat; begitu pun gelombang-gelombang itu; begitu pun cemasmu--aku tahu.

kau tak dengar air keran dari kamar mandi? suara rintik gerimis di atap rumah; burung walet dan angin malam lewat celah dinding rumah kita yang berlubang. juga suara televisi tetangga yang belum juga menutup mata. sesekali mereka menghiburku saat aku menjagamu. dan kau pun menggenggamnya pula tepat saat memegang tanganku.

semesta di kepalamu serupa laut. kalau masalahmu adalah kapal-kapal, maukah kau mengajakku mencari dermaga tempat mereka berlabuh? dengan begitu, gelombang laut akan menyurut; cemasmu pun ikut menyusut.

aku tak ingin selesai menjagamu. meski rasa cemasmu itu pun selalu menusuk jantungku. beribu kali dalam sehari.

Menjelang BangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang