hujan memasukkan gigil di sela rambutmu sewaktu pulang bekerja. tapi gigil tak menjadikan tubuhmu beku, melainkan mirip mata seseorang yang memeluk erat renjana.
kau berjalan pelan menginjak genangan air yang hampir tidak lagi memantulkan wajahmu yang asli. kau begitu paham: terkadang jika tak beruntung; cinta bisa menjadikan langit sembunyikan banyak warna, termasuk warna birunya.
kau tak pernah peduli dengan gigil itu. bibirmu menari mengikuti gemeletuk gigi yang sudah tak mengerti bagaimana caranya berhenti. sementara kau masih ingin melangkah maju, seolah pada peluknya saja, satu-satunya jalan yang tersisa. mataku yang terus menatap lurus ke depan, menggandeng sekantong besar keyakinan: hanya di matanya, pantulan dirimu akan jadi yang paling sempurna.
semakin lama langkahmu semakin ragu. kakimu mengerti cara berhenti; matamu tahu cara memejam; lenganmu pandai memeluk diri sendiri. tapi di kepalamu seolah tak ada jalan lain. tak ada jalur untuk berbalik. di pikiranmu hanya ada satu lajur. sempit.
kau yakin hanya untuk kau saja lajur itu ada. meski seluruh dunia di raga bicara: jika pun kau sampai di depan pintunya, pintu itu tak akan pernah terbuka.
![](https://img.wattpad.com/cover/283191504-288-k199836.jpg)