Memesan Gigil

1 1 0
                                    

Malam menanggalkan matahari dari langitmu saat ini. Kalender hanya bicara angka. Kita hanya bergerak dari masa ke masa. Dari angka yang mulai berguguran seiring malam yang seringkali menghilang.

Aku tidak mengerti.
Malam kah yang tiba-tiba menelepon hujan lalu membuat mu berselimut tebal?
Atau kah kau yang memesan dingin untuk memadamkan nyala api yang terus membakar kepalamu dengan nyala-nyala lilin?

Kau selalu menolak perayaan dari orang lain, sebab dirimu sudah menjadi orang asing.
Kau punya lilin merah sendiri dari angka yang selalu kau kutip dari kalender tepat saat matahari dan awan saling meninggalkan.
Dan kau terlalu senang lilin-lilin itu tak pernah bisa padam. Tapi kau juga tak menyadari nyala apinya seringkali membuatmu lupa memejam.

Untuk itukah kau memesan gigil di balik hujan malam ini? Ternyata langit selalu buka 24 jam, hampir saja kau melupakannya. Langit ternyata masih punya banyak karyawan yang tidak pernah mengeluh mengantar berbagai pesanan.

Apakah pesananmu itu sampai dengan selamat? Kau harus menuliskan ulasan yang seru, agar langit selalu kedatangan pelanggan-pelanggan baru. Agar semua penduduk bumi mengangkat tangannya, memesan apapun yang selalu langit punya.

Mungkin juga gigil yang sama, memastikan hujan yang sama, untuk memadamkan amarah yang sama. Lalu bisa tertidur lelap persis saat mereka telah selesai memadamkan lampu, memadamkan "kau" yang entah kapan akan selesai bekerja.

Selamat menikmati gigilnya.
Semoga pesanannya sesuai harapan.

Menjelang BangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang