Aku butuh malam memanjangkan umurnya kali ini.
Aku ingin ibuku istirahat lebih lama. Memandangi mereka berdua duduk bercengkrama dengan aroma kopi bersama, ayah.Aku butuh lampu-lampu dipadamkan. Dimana ribuan kisah akan mulai menyala sebagai gantinya.
Kadang cahaya yang terang juga punya kisah yang muram. Dimana orang-orang memilih menyalakan televisi dan membiarkan hidup kian tak terisi.Aku ingin malam memanjangkan umurnya kali ini.
Sinar bulan menjelma suar menunjuk ke arahmu, yang terlalu lama berbaring di keningku.
Aku ingin menanggalkan segala kenang. Hanya ingin memelukmu sebagai tempatku harus pulang."Jangan pergi!"
Kata itu selalu menggantung hati-hati. Tapi tak pernah bertemu tuju. Karena aku tidak pernah tahu siapa sebenarnya kau.Aku ingin malam semakin redup. Agar perasaan-perasaan padamu kian hidup.
Merona merah jambu pada pipiku, seperti buah naga yang dikupas ibu dengan tangannya yang semakin jelita.
Saat aku menatap ponselku, debar di dadaku semakin terasa.
Berharap kau ada disana.
Entah darimana.
Aku menunggu ponsel itu menyala, dan namamu yang tertera disana.
Dan lagi-lagi, yang ada hanya resah yang tak pernah sudah.
Menunggumu yang entah.Aku ingin malam memanjangkan usianya sedikit lebih lama.
Aku ingin ibu dan ayah menikmati istirahatnya yang hanya berbatas waktu. Sebelum pagi kembali menanak nasi. Dan kapal bertemu samudra yang luas dan tidak akan pernah lagi kembali.Sebelum keningku akan kembali cemas dan kepalaku kian disirami hujan yang deras.
Aku ingin lebih lama menebak nama kau.
Menebak-nebak warna favorit kau.
Menebak-nebak apakah kau juga bersedia bersamaku, sampai jadi debu.