010

1.6K 104 0
                                    

Mereka menatap wanita yang bersimpuh di lantai dengan datar, kecuali satu orang yang menatapnya instens.

" Ada apa kau kesini? " tanya suara tegas milik pria paruh baya itu dingin.

" Ayah, tolong bantu aku, " mohon wanita itu dengan berlinang air mata.

" Ck, setelah mendapatkan apa yang kau mau, sekarang kau meminta pada kami yang dulu pernah diabaikan . Benar- benar wanita rakus, " sindir salah seorang wanita yang paling tua.

Wanita yang bersimpuh itu tidak membalas. Dia hanya memandang pada pria tua tersebut.

" Ayah pernah bilang kalau selalu menyanyangiku dalam keadaan apapun. Apa Ayah tega melihat cucumu ini? Aku sangat menderita, Ayah. Aku.... "

" Cukup! Aku sudah muak dengan omong kosongmu. Segera angkat dari rumah ini. Kami tidak menerima sampah seperti kamu! " usir Wanita tua itu.

" Hentikan, Lina!" Pria itu membentak istri keduanya.

" Mas, Kamu.... "

" Dia putriku. Kau tak berhak mengusirnya. Walaupun dia pernah melakukan hal yang buruk, tapi aku tidak pernah membencinya. Putriku, kemarilah.... "

Wanita yang bersimpuh itu bersimpuh itu tersenyum. Dia berlari menghamburkan diri dalam pelukan ayahnya. Sedangkan wanita lain menatap wanita itu tidak senang. Seolah- olah dia baru saja kedatangan parasit.

Di kediaman Pramanda, Asih sedang bermain dengan Arjuna. Anak itu tampan ceria bersama pengasuhnya.

" Tante cantik, kemarin kemana saja? Jujun nggak melihat tante cantik, " tanya Arjuna.

Asih tersenyum simpul. " Kemarin Tante istirahat, Sayang. Memangnya kenapa? Apa kamu merindukan tante? " goda Asih.

" Iya. Jujun sangat merindukan tante, " jawab Arjuna jujur. " Tante, Tante! "

" Iya, iya, " jawab Asih.

" Buatkan Jujun kue lagi, dong! " pinta Arjuna dengan puppy eyes- nya. Asih langsung mencubit hidung Arjuna dengan gemas.

" Dasar kamu ini. Ya sudah, tante ke dapur dulu. Kamu di sini saja. Jangan ke mana-mana! " peringat Asih.

" Siap, Tante cantik! " jawab Arjuna sambil memberi hormat.

Asih menggelengkan kepala sambil tersenyum geli. Dia berjalan menuju dapur untuk membuatkan kue.

Beberapa menit kemudian, Asih keluar. Dia bingung tidak melihat Arjuna di tempat tadi.

" Arjuna, " panggilnya. Namun, tidak ada sahutan yang dia dengar. Seketika Asih menjadi panik. Dia langsung mencari Arjuna keluar. Instingnya mengatakan kalau Arjuna ada di luar.

" Arjuna! "

Matanya membelalak saat melihat Arjuna berlari ke jalan besar untuk mengambil bola. Dari arah lain, muncul mobil yang melaju kencang menuju Arjuna. Di waktu yang sama , Satria baru saja keluar dari mobil. Dia melotot melihat putranya berada di tengah jalan.

" Arjuna! " Satria melempar tasnya sembarangan. Dia berlari untuk menyelamatkan anaknya, begitupun dengan Asih .

Arjuna yang mendengar suara yang memanggilnya dari arah yang berbeda langsung menoleh.

" Daddy, Tante Cantik! " Dia melambaikan tangan dengan gembira tanpa menyadari bahwa dirinya dalam bahaya.

" Arjuna, awas! " teriak Asih.

" Arjuna!! "

Braak!

Mobil itu melewati mereka. Arjuna terduduk dengan wajah melongo, juga syok. Dia melihat dua insan yang tergeletak di depannya dengan posisi Si wanita di atas tubuh Si pria.

Pandangan kedua insan itu terkunci satu sama lain dengan pikiran yang melalang buana. Pria itu memeluk erat pinggang wanita tersebut. Dia menatap wanita itu begitu dalam. Dia bisa melihat tatapan rindu dan juga kecewa di kedua mata Asih. Tanpa sadar pria itu mengelus pipi Asih.

' Mas Satria.... ' Asih memejamkan matanya menikmati sentuhan lelaki ini. Mereka terbuai hingga melupakan anak kecil yang cemberut memandang kedua insan itu.

" Daddy, Tante cantik! " teriaknya kesal.

Kedua insan itu tersentak. Mereka menjauhkan diri dengan canggung yang bercampur malu.

" Arjuna, Kamu tidak apa- apa? " tanya Asih khawatir. Dia memeriksa setiap inci anak tersebut.

Arjuna mengangguk. " Jujun baik- baik saja. Kenapa Bibi lama sekali memeluk Daddy? " jawabnya sekaligus bertanya dengan tatapan polos.

" Ah, itu.... " Dia bingung untuk menjelaskan pada Arjuna. Lalu, Dia melirik Satria yang sama sekali tidak menoleh sedikitpun. Pria itu sedang termenung, entah apa yang ia pikirkan

Satria menatap telapak tangannya dengan rumit.

' Seperti dejavu,' batinnya bermonolog.

Tbc.


Panji || Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang