Pagi hari yang damai berubah seperti perang di kediaman paman Temmy. Si mungil ( Panji) membuat kue untuk abangnya, Jack. Paman Temmy yang tidak sengaja melihat itu langsung berteriak heboh. Lalu, dia mulai menggangu Panji.
"Kembalikan tepung milik Panji, Om Mimi!" pekik Panji. Dia meloncat- loncat kecil mencoba menggapai tepung yang dipegang oleh Temmy. Temmy menatap gemas. Diam-diam Ia tersenyum jahil. Dia mengangkat tepung itu lebih tinggi hingga anak itu merengut kesal.
" Om Mimi, kemarikan tepungnya! " rengek Panji.
" Ambil sendiri, " ledek Temmy.
Panji mencebikkan bibirnya. Dia menatap Temmy tajam yang justru terlihat menggemaskan di mata Temmy.
"AAKHH! " Temmy menjerit saat merasakan tangannya digigit oleh sesosok makhluk yang tingginya hanya sebatas pinggangnya.
"Iya iya. Ini Om kembalikan. " Temmy mengembalikan tepungnya pada Panji. Panji langsung merebut dengan kasar. Sebelum pergi, Panji menginjak kaki Temmy hingga pria itu menjerit lagi.
"Sadis banget tuh bocah. Mungkin aku harus lebih giat lagi berolahraga agar tidak digigit oleh kelinci yang berkedok serigala itu, " gerutu Temmy. Dia meninggalkan dapur setelah meminta salah seorang pelayan untuk mengawasi Panji.
Panji bertepuk tangan saat kue buatannya sudah matang di dalam oven. Namun, dia bingung cara mengeluarkan kue dari dalam oven. Pelayan yang melihat panji kesulita, berinisiatif membantu anak tersebut.
" Makasih, Kakak cantik, " ucap Panji membuat perempuan itu bersemu merah.
" Manis sekali, " gumam perempuan itu sambil menggigit jarinya setelah Panji pergi. Pelayan lain yang kebetulan lewat di dapur menatap perempuan itu aneh.
' Ada apa dengannya? '
Disisi lain, Panji menemui abangnya di kamar. Dia melongok ke dalam dan melihat Jack sedang mengenakan dasinya. Melihat itu, Panji ingin seperti abangnya. Dia berjalan menjijit mendekati Sang abang.
"Abang~, " panggilnya.
Jack menatap adiknya. Dia mendekati Panji dengan berjongkok.
" Ada apa? Ini kenapa mukanya berantakan begini? Kamu habis ngapain? " cerca Jack.
Panji mengeluarkan kue yang baru saja dibuatnya. " Tadaa~! Ini kue untuk Abang. Panji membuatkannya untuk abang, " kata Panji dengan malu- malu.
Jack menatap adiknya tak percaya. " Kamu yang membuatnya? " tanyanya. Panji mengangguk antusias. Jack meneliti seluruh badan adiknya. Tidak ada luka sedikitpun yang dia temui.
Dia menghela lega. Kemudian, dia mencubit kue itu, dan mencicipinya. Panji menunggu dengan cemas bercampur gugup. Apakah rasanya enak? Bagaimana kalau kue nya tidak bisa dimakan?
" Enak. Cuma sedikit hambar dan ada bau amisnya, " kritik Jack.
Panji menunduk lesu. Jack yang peka langsung meralat semua ucapannya. " Ini bisa dimakan, kok. Untuk anak seusiamu, mungkin nilainya 100. Karena kamu yang membuatnya, maka kue ini menjadi milikku. Apakah boleh? " tanyanya.
Panji menatap abangnya. Dia tersenyum cerah. " Boleh! Panji memang membuatnya untuk Abang, " jawabnya antusias.
Jack tersenyum tipis. Dia mengelus rambut panji dan mengacak- acaknya.
"Terimakasih, baby. " Dia mendaratkan kecupan di pipi gembul itu.
" Abang, abang mau kemana? " tanya Panji saat melihat penampilan Jack yang rapi.
" Sekolah, " jawab Jack. Dia berjalan untuk mengambil tasnya di kasur.
" Sekolah? Apa itu sekolah? " tanya Panji penasaran.
" Sekolah itu tempat untuk menimbul ilmu dan bertemu dengan banyak orang, " jelas Jack.
Panji memilin ujung baju. " Abang, bolehkah Panji ikut? " tanyanya . Dia berharap diizinkan oleh abangnya.
Jack terdiam. Dia menatap adiknya agak lama. Perlahan dia mendekati Panji. Laku, menatap teduh adinya.
" Lain kali, ya. Abang mengerti keinginanmu, tapi tidak sekarang, " ucap Jack.
Panji diam. Dia menunduk lesu dan tidak mau memandang abangnya. Jack menarik napas dengan kasar. Dia berdiri dengan tangan yang ditaruh dalam saku celana.
" Baiklah. Kamu boleh ikut, " putusnya final.
Panji yang mendengar itu langsung memeluk abangnya. " Ma' acih, Abang. Sayang abang banyak- banyak! "
" Mn. " Jack membelai kepala adiknya lembut.
Setelah ini, Dia yakin paman Temmy akan menceramahinya. Namun, Dia bisa mengatasi paman bodohnya itu. Sudah saatnya panji mengenal lingkungan sekitarnya. Dia tidak ingin mengekang kebebasan panji. Apapun yang diinginkan oleh Panji akan ia penuhi, selama itu membuat adiknya senang.
Dia memang Abang yang baik, bukan?
Tbc.