Bencana datang bersama dengan kelahiranmu. Wahai sang penghancur.
•
•
•"Wang Seja memasuki ruang pertemuan!" teriak kasim Kim memberitahu keberadaan putra mahkota kepada siapapun yang telah ada di dalam ruang pertemuan sana.
Pintu jati berlambang dua naga raksasa itu terbuka lebar, "Tunggu diluar" perintah sang putra mahkota.
Park Chanyeol langsung memasuki ruang pertemuan dimana dua sahabat baiknya berada.
Setelah pintu ditutup dan menyisakan keberadaan mereka bertiga, Chanyeol melompat ke dalam pelukan dua sahabatnya; melupakan formalitas yang seharusya terjadi.
Suasana hati ketiganya sedang sangat baik karena setelah setengah tahun tidak bertemu, mereka akhirnya bertemu kembali di istana. Hal itu dikarenakan kedua temannya membantu pasukan kerajaan untuk menjaga wilayah perbatasan dari para pemberontak dan imigran gelap yang memasuki Guayong diam-diam.
Ketiganya kini duduk di kursi kayu dengan sebuah meja bundar yang lagi-lagi memiliki motif dua naga raksasa yang melingkar. "Barang yang aku inginkan ada di kalian kan?" Tanya Chanyeol dengan ceria.
Kim hanya memutar bola matanya malas, "Tidak adakah permintaan lain selain itu?" namun meski begitu, lelaki jangkung dengan kulit kecoklatan itu mengeluarkan gulali kapas yang diinginkan putra mahkotanya sebulan lalu dalam surat.
Seorang disebelahnya tertawa, "Ayahku sampai tidak percaya saat aku menghentikan rombongan Gwangju selatan hanya untuk membeli ini di pasar."
Mata seja Chanyeol bersinar melihat gumpalan gulali tersebut, dia kemudian dengan mantap menggenggam tangan kedua sahabatnya. "Oh Sehun, aku berjanji jika suatu saat nanti kau akan memimpin gwangju selatan." Dia kemudian beralih kepada sahabatnya yang satu lagi, "Kim Jongin, aku berjanji suatu saat nanti kau akan menjadi panglima perang terhebat di seluruh Guayong."
Jongin tersenyum sabar, "Sekedar mengingatkan, ayahku adalah panglima perang,"
Sehun ikut menimpali, "Ayahku adalah kepala gwangju selatan, jadi otomatis jabatan itu akan menjadi milik kami tanpa perlu bantuanmu."
"Tentu saja! Aku hanya mengatakan itu untuk formalitas. Tidak ada yang bisa ku berikan kepada kalian." Chanyeol tertawa oleh leluconnya sendiri, selalu seperti itu. Dia kemudian langsung tersenyum optimis. "Dibawah kepemimpinanku nanti, tidak akan ada yang lagi pejabat kerajaan yang menjabat karena suap! Jika ada yang melakukan itu dibawah kekuasaanku, maka akan aku lempar mereka ke hutan terlarang."
"Mungkin ini akan menjadi yang pertama dalam sejarah dimana pejabat kerajaan menyuap raja dengan gulali kapas." Gurau Jongin membuat Chanyeol terkekeh, menampilkan lesung pipi yang menawan di wajah tampannya.
Jongin dan Sehun ikut tersenyum, Chanyeol selalu memiliki cita-cita besar untuk negaranya. Di usia yang terbilang muda ini, dia bahkan turun langsung untuk mengikuti politik kerajaan.
Chanyeol tiba-tiba menunduk, "Tapi untuk mewujudkan itu, kalian harus tetap bersamaku." Suaranya mengecil, merasa rendah diri karena dia tidak dapat melindungi dirinya dan kerajaannya dengan kekuatan yang dimilikinya sekarang.
Suasana tiba-tiba menjadi suram, dia menghela nafas "Apa yang sebenarnya membuat seseorang layak menjadi raja?" tanyanya sendiri.
Sehun mengusap bahunya pelan, "Seja, kau hanya perlu terus mengasah kemampuanmu. Aku dan Jongin sendiri kesulitan menguasai kekuatan naga yang berbeda, kita semua memiliki proses yang harus dilalui."
"Aku tidak memilikinya dari lahir, apa aku masih layak?" Chanyeol mendongak. Pembahasan tentang kekuatan naga adalah topic yang selalu dia hindari. Bahkan saat para petinggi ingin melihat kemampuannya, raja selalu membantunya mencari alasan untuk keluar dari situasi semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINHWA (CHANBAEK)
FanfictionPark Chanyeol, seorang Putra Mahkota dari Negeri Guayong, rumah bagi para Naga. Dia diasingkan demi mempertahankan tahta dan dikirim ke tempat bernama Sinhwa, sebuah hutan terlarang yang di huni oleh mahluk-mahluk mengerikan. Dia pikir dia akan mat...