02; Kesadaran Pangeran

70 19 0
                                    

Aku akan melakukan apapun untukmu asal kau mengampuni nyawaku.



"Wangseja sudah sadar!" Teriakan para tabib menggema di seluruh klinik kerajaan.

Chanyeol mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya lentera keemasan dengan netranya setelah terbangun lama dari kegelapan.

Seseorang berpakaian serba putih yang diketahui sebagai kepala tabib mondar mandir dengan mangkuk marmer yang sering dipakainya meracik, mencari berbagai bahan dengan cepat sebelum kembali duduk di kursi kecil disampingnya.

Chanyeol berusaha bangkit begitu merasakan hawa dingin yang menusuki tulang di punggungnya. "Aku kedinginan," keluhnya, entah mengapa badannya terasa sakit dan ditusuk-tusuk. Netra besarnya lantas menoleh ke tempat tidurnya semula. Ah, giok es rupanya.

Dia dapat merasakan tatapan aneh dari semua orang yang ada disana, namun meski begitu semua orang langsung memalingkan wajahnya dari sang putra mahkota.

"Seja, putra gwangju selatan, Oh Sehun dan putra panglima kim, Kim Jongin telah datang." Ujar Jongdae, seorang kasim yang telah setia menemaninya sedari dulu.

Chanyeol mengangguk, "Biarkan mereka masuk." Dia lantas menjauhkan bokongnya dari giok es, karena demi apapun tempat tidur ini sangat tidak nyaman. "Siapkan segalanya, aku ingin di rawat di puri," ah Puri adalah bangunan besar di dalam istana yang merupakan tempat pribadi sekaligus kamar putra mahkota.

Saat para tabib serta pelayan istana berbondong-bondong memindahkan barang, dua ksatria tinggi Guayong memasuki klinik perawatan. Membuat semua orang menghentikan aktivitasnya dan membungkuk sesaat sebelum melanjutkan aktivitas lainnya.

"Nueve bansi, Wangseja!" keduanya mengucapkan salam penghormatan khas negeri Guayong sambil berlutut dengan satu kaki; persis seperti pose lamaran dengan satu tangan menyilang di dada dan satu tangan berada di belakang punggung jika membawa senjata, jika tidak membawa senjata maka tangan satunya wajib di letakan diatas lutut. Itu adalah sebuah pose penghormatan yang dilakukan oleh seluruh ksatria yang ada di Guayong.

Chanyeol mengangguk, memberikan gesture yang meminta mereka untuk berdiri. "Kapan kalian kembali? Seharusnya kalian kembali kemarin kan?" ujarnya sambil melihat ke arah jendela, matahari pagi.

Kedua sahabatnya saling menoleh dengan canggung, "Kami sudah kembali seminggu yang lalu, Seja." itu Jongin yang berujar.

Giliran Chanyeol yang tersentak, menoleh ke arah tabib yang membungkuk hormat disampingnya. "Apa aku tidak sadarkan diri selama seminggu?" pertanyaan itu membuat Sehun dan Jongin kompak berdehem canggung.

"Benar yang mulia," jawab sang tabib hati-hati.

Chanyeol menghela nafas, "Aku ingin segera ke puri, kita lanjutkan disana." Putusnya.

Jongdae lantas segera memakaikan jubah kerajaan untuk menutupi busana pasien sang pangeran yang berwarna putih, jubah putra mahkota berwarna biru gelap dengan dua ornament naga raksasa emas yang melingkar di bagian punggungnya, lambang kerajaan.

Selama perjalanan menuju puri, Chanyeol berinisiatif mengambil jalur alternative yang akan membawanya ke puri lebih cepat. Dia diikuti oleh Sehun dan Jongin di belakangnya, lantas kasim Kim Jongdae dan barisan para dayang istana.

"Hey, aku dengar seja kesakitan dan kedinginan saat tertidur di giok es."

"Benarkah? Bukankah mereka yang memiliki kekuatan naga tidak akan merasakan dinginnya giok es?"

SINHWA (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang